Sabar Dalam Berbusana Syar’i


Sabar Dalam Berbusana Syar’i
Berbusana syar’i bagi seorang muslim dan muslimah merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah. Karena memakai busana syar’i ini diperintahkan di dalam syariat Islam. Bagi seorang muslimah diperintahkan untum menutup aurat dengan sempurna kecuali yang dikecualikan syariat seperti muka dan telapak tangan (walaupaun masih ada khilaf di dalamnya), dan bagi seorang muslim dilarang untuk memakai busana yang menutupi mata kaki (isbal).

Sementara, kita lihat di zaman kita saat ini, masih sangat jarang dari kaum muslim dan muslimah yang mengenakan busana syar’i. Bahkan karena sedikitnya pengguna busana syar’i ini, tidak jarang malah justru orang-orang yang memegang syariat Allah dalam berbusana muslim dan muslimah mendapat cacian, cercaan, dengan berbagai macam laqob yang sifatnya negatif.

Tidak jarang kita dapati seorang muslimah yang berbusana syar’i serba tertutup memakai cadar dikatakan ninja, orang arab, dan lain sebagainya. Begitu juga seorang muslim yang berbusana dengan celana diatas mata kaki, jenggot yang dibiarkan panjang, tidak jarang juga didapai sebutan-sebutan negatif seperti celananya kebanjiran, celananya kurang bahan, atau karena berjenggot  dikatakan seperti kambing.

Bahkan terkadang berbusana syar’i ini mendapat tentangan dari dalam keluarga sendiri. Terkadang dari pihak keluarga besar, atau bahkan dari orang tua sendiri. Tentu semua ini akan memberikan tekanan tersendiri bagi seorang muslim dan muslimah. Yang terkadang oleh syaiton dibisiki berbagai macam was-was dan ketakukan mengamalkan syariat Allah ini, dan membuat ragu-ragu atau kekurangan mental.

Maka dalam keadaan seperti ini, wajib bagi setiap muslim dan muslimah bersabar diatas syariat Allah. Jangan sampai karena tekanan yang begitu besar dari berbagai pihak untuk seorang muslim dan muslimah meninggalkan busana syar’inya ini membuat ia futur dan kembali berbalik dari jalan Islam.

Kesabaran dalam hal ini ada dua sisi, yaitu sabar ketika melaksanakan syariat Allah yaitu berbusana syar’i yang tidak melanggar aturan Islam, dan sabar dalam menahan berbagai macam ujian dan cobaan dalam menjalankannya.

Karena memang sudah sebuah konsekwensi bahwasannya seorang yang beriman dan beramal shalih itu pasti akan di uji. Dan ujian ini dari berbagai macam bentuk. Hal ini sudah di kabarkan oleh Allah di dalam al-Qur’an.

“Alif laaf miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka...”. (QS al-Ankabut 1-3)

Walaupun ayat ini memili sebab turun khusus kepada seseorang namun makna ayat ini bersifat umum, dimana setiap muslim akan itu pasti akan mendapat ujian sebagaimana orang-orang sebelum kita juga telah mendapatkan ujian. Dan ujian ini merupakan sunnah yang akan terus terjadi pada umat manusia, dan tidak seorang pun yang terhindar darinya.

Dan juga bahwasannya pahala bagi seorang muslim itu sesuai dengan besarnya ujian yang ia dapat sabar menghadapinya. Semakin besar ujian yang ia bisa jalani dengan sabar dan hanya mengharap pahala dari Allah, maka akan semakin besar pahala yang akan ia dapatkan, insya Allah. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Sesungguhnya besarnya pembalasan (pahala) itu bersama dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya manakala Allah mencitani suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa rela, maka untuknyalah kerelaan (Allah), barangsiapa yang murka, maka untuknya pula kemurkaan itu.” (HR. At –Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya) 


Maka dengan adanya ujian bagi seorang muslim, dengan esarnya ujian bagi seorang muslim, ini adalah pertanda bahwa Allah mencintainya, dan semakin besar cobaan yang dihadapi akan berbanding lurus dengan besarnya pahala yang akan ia dapat.

Maka kesabaran dalam melaksanakan syariat dan kesabaran dalam menahan ujian dan berlapang dada terhadapnya adalah sikap terbaik seorang muslim. Karena di balik kesabaran itu terdapat pahala yang besar yang akan diberikan Allah ketika seorang muslim ikhlas melakukannya hanya mengharap pahala dari Allah.

Dan sungguh di dalam sebuah ujian itu terdapat kebaikan bagi seorang muslim. Karena setiap perkaranya seorang muslim adalah baik, dan tidaklah seorang muslim dan uslimah itu mendaat musibah, mendapat ujian, mendapat tentangan dalam menjalankan syariat kecuali itu adalah baik untuknya, karena  pahala yang banyak menunggunya ketika ia rela dan sabar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah bersabda,  

“Aku heran kepada urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Jika sesuatu yang menyenangkan  menimpanya ia memuji kepada Allah dan itu baginya adalah baik. Jika sesuatu yang menyusahkan menimpanya, lalu bersabar, maka itu pun juga baik. Dan tidak setiap orang dalam semua perkara adalah baik, kecuali hanyalah orang mukmin.” (HR. Ahmad) 

Tentu ini merupakan sebuah motivasi bagi kita untuk terus dapat kokoh memegang syariat Allah dalam segala hal walaupun kebanyakan orang menyelisihinya. Mungkin saat ini terasa pahit dan berat menjalankan syariat Islam, tapi tujuan seorang muslim bukanlah mendpatkan dunai semata, namun tujuan akhir seorang muslim adalah kebahagiaan di akhirat yang ini hanya bisa di dapat dengan ketaatan kepada Allah dengan menajalnakn perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang. Wallhu a’alam.

Mari LIKE fanspage RUMAH BELANJA MUSLIM
Gabung dan add akun kami RUMAH BELANJA Whyluth

0 komentar: