Dampak Negatif Busana Terbuka


Dampak negatif busana terbukaJika kita lihat disekitar kita, di jalan-jalan umum, di warung-warung, ditoko-toko, di pasar-pasar, bahkan di masjid sekalipun kita mendapati para wanita yang notabene adalah seorang muslimah berbusana dengan pakaian yang terbuka auratnya. 

Hampir - hampir tak lepas dari sejengkal pandangan kita, akan kita dapati hal-hal yang semisal dengan ini, yaitu wanita yang membuka aurat nya.

Yang harus di mengerti dan di fahami bagi setiap kaum wanita muslimah, bahwasannya hal yang seperti ini (aurat terlihat) mungkin terlihat biasa di sekitar kita, mungkin terasa biasa bagi pelakunya atau bahkan ada yang bangga menampakkan aurat dan kecantikannya, padahal itu semua adalah sebuah perbuatan maksiat kepada Allah ta'ala yang menciptakan kita.

Hal ini juga perlu di fahami oleh setiap bapak, oleh setiap orang tua, oleh setiap suami. Bahwasannya anak perempuan mereka yang membuka aurat, istri mereka yang membuka aurat itu pasti kelak akan di tanyakan kepadanya. Bagaimana mereka telah mendidik anak dan istri mereka, bagaimana mereka telah berupaya menjaga dirinya dan keluarga dari ancaman api neraka. 

Perlu juga di ketahui oleh setiap kita, bahwasannya setiap perbuatan dosa, perbuatan maksiat itu akan berdampak pada turunnya keimanan seorang muslim. Karena diantara keyakinan ahlussunnah adalah meyakini bawasannya iman itu bertambah dan berkurang. Dan diantara penyebab berkurangnya iman seseorang yaitu dengan berbuat maksiat kepada Sang Pencipta. 

Tidak sampai di situ saja, bahkan perbuatan membuka aurat di tempat umum, atau menampakkan aurat di muka umum, atau menampakkan sebagian kecil atau besar aurat di depan umum ini dampaknya sangat luas. 

Perbuatan ini tidak hanya berdampak pada diri pelakunya saja. Bahkan orang tua, suami, dan orang - orang di sekeliling mereka dapat terkena dampak perbuatan negatif tidak menutup aurat dengan benar ini. 

Begitu juga bagi anak - anak nya, bagi anak - anak muslim yang seharus nya mereka tidak melihat hal - hal yang seharusnya tidak dilihat. Karena dengan kerelaan hati pada wanita yang membuka aurat ini akhirnya anak - anak kecil sudah melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat. 

Dan tentu ini akan menjadi sebuah contoh, sebuah pendidikan yang buruk bagi anak - anak muslim. Entah itu anaknya sendiri atau anak muslim pada umumnya. Karena bisa jadi kelak anak ini meniru apa yang dilakukannya, atau bahkan mereka berfikir dewasa belum pada waktunya. 

Maka hendaknya setiap kita menyadari maksiat ini. Bahwasannya maksiat yang terlihat biasa di sekitar ini, imbasnya sangat luas, entah untuk dirinya sendiri sebagai seorang wanita, untuk para laki-laki muslim, untuk anak-anak nya atau anak muslim pada umumnya dan juga untuk lingkungan sekitarnya. 

Untuk sedikit mengenal apa saja dampak negatif busana terbuka / tidak menutup aurat dengan benar ini, maka di bawah ini sedikit kami sampaikan beberapa poin pengaruh negatifnya dari beberapa sisi. 

1.    Dampak negatif bagi wanita muslimah

Dampak bagi seorang wanita ketika ia mengenakan busana yang tidak syar’i, mini dan tidak menutup aurat dengan benar, diantaranya yaitu mengurangi iman, terancamnya keselamatan dirinya dari berbagai macam kejahatan, dan turunnya harga diri seorang wanita yang membuka aurat.

Tentang berkurangnya keimanan telah di singgung pada paragraf bagian atas. Sedangkan tentang terancamnya kemanan seorang muslimah yang pakai busana terbuka ini sudah jelas. Berapa banyak tindak kejahatan yang terjadi terhadap wanita karena berawal dari perilaku wanita yang membuka aurat. 

Para laki - laki yang lemah dalam iman, di dalam hatinya ada penyakit, tentu ketika melihat wanita yang terbuka aurat nya akan terlintas dan terfikirkan di dalam otaknya berbagai macam pikiran kotor. Yang semakin rendah iman seseorang, maka semakin parah godaan dalam dirinya, yang mungkin jika ada kesempatan perbuatan kejahatan itu bisa saja mereka lakukan.

Begitu juga diantara dampak negatir membuka aurat di tempat umum bagi wanita yaitu berkurangnya nilai seorang muslimah di hadapan manusia. Kehormatan seorang wanita akan turun ketika ia umbar auratnya. Maka tidak heran jika di sebagian kita ada yang beranggapan wanita yang pakai pakaian mini identik dengan wanita yang kurang benar "nakal". 

Dan para lelaki pun lebih leluasa dan banyak menggoda wanita yang aurat nya terbuka ketimbang wanita yang menutup aurat (hukum umumnya). Ini juga merupakan fakta tentang dampak negatif dari membuka aurat bagi wanita.

Tentu hal - hal seperti ini sangat merugikan bagi wanita itu sendiri. Namun mengapa banyak dari kita yang belum menyadari hal ini. Ini adalah pertanyaan sekaligus hal yang harus kita jawab dan kita tanggulangi bersama. Karena tenyata banyak dari para wanita yang membuka aurat ini ternyata ia seorang muslimah. 

2.    Dampak negatif bagi laki - laki

Sedangkan dampak bagi kaum laki-laki dari perbuatan pamer aurat ini juga dapat menurunkan keimanan ketika seorang muslim tidak mampu menahan pandangannya. Karena setiap kita di perintahkan untuk menundukkan pandangan. Ketika mata seorang lalai munduk dari hal - hal yang haram, maka ini adalah awal hati terkotori dan dapat melemahkan iman seseorang. 

Selain itu, dampak negatif wanita membuka aurat bgai laki - laki yaitu akan memberi dan menambah peluang perbuatan kejahatan / kekerasan seksual baik pemerkosaan atau pelecehan.

Hal ini juga dapat menambah dan memperkuat peluang seseorang berzina. Akibat dari aurat yang di umbar, maka dapat meningkatkan syahwak bagi orang di sekitarnya. Dan di lengkapi dengan pergaulan bebas, maka semakin mudahlah terselanggaranya perzinahan itu, seperti kumpul kebo free sex dan semisalnya. 

Diantara dampak lainnya dari wanita yang membuka aurat bagi lawan jenisnya yaitu dapat membuka lebar peluang perselingkuhan. Alasannya sama seperti diatas. 

Maka hendaknya setiap kita tetap bertahan dari menahan pandangan terhadp perkara - perkara yang haram ini. 

Apalagi sekarang begitu mudah kita dapati berbagai macam posye tak senonoh di depan kita, di sekitar bahkan di tangan kita (smart phone) tanpa harus di cari. 

Semoga Allah melindungi kita dan menyelamatkan kita dan keluarga kita dari berbagai macam keburukan dan kerusakan ini. Aamiin. 

3.    Dampak negatif bagi anak-anak

Untuk dampak negatif perbuatan wanita membuka aurat di tempat umum bagi anak-anak yaitu dapat merusak akhlak mereka, merusak moral, mental dan merusak pendidikan mereka. 

Bagaimana tidak, mereka semenjak kecil di suguhi dengan tontongan tontongan yang memperturutkan syahwat. Mereka sedari kecil di suguhi pemandangan - pemandangan yang dapat merusak akhlak dan moral. 

Anak kecil ketika melihat sesuatu ia akan merekam apa yang ia lihat menjadi sebuah memori yang tersimpan di dalam fikirannya di sadari ataupun tidak di sadari. 

Ketika seorang  anak terbisa melihat kemaksiatan yang dianggap biasa, yang di dikhawatirkan kelak ia akan menirunya tanpa tahu dan sadar bahwa itu adalah perbuatan maksiat yang terlarang.  Karena sedari kecil ia melihat perbuatan itu adalah sebuah perbuatan yang lazim yang seolah - olah perbuatan biasa tidak ada kesalahan di dalamnya. 

Dalam keadaan seperti ini tentu perbaikannya akan lebih sulit. karena dalam diri anak sudah tertaman nilai - nilai yang kurang baik dalam jiwanya. Karena sedari kecil ia di suguhi dan di jejali contoh - contoh buruk. 

Dain tidak meenutup kemungkinan dampak negatif seperti yang kami sebutkan pada pint sebelumnya pun akan terjadi pada anak. 

Ternyata kita lihat ini benar terjadi. Betapa sedih, miris, dan tak sanggup berkata kata ketika di sebuah daerah di beritakan seorang anak SD telah menghamili anak SMP. 

Tentu kejadian ini bukanlah terjadi begitu saja. Namun ada sebab - sebab yang mendorong anak berbuat seperti itu bukan pada waktunya. 

Mereka mengetahui tentang hal hal yang seharusnya dalam masa bimbingan orang tua. Ditambah syahwat yang di pertontonkan oleh orang dewasa. Belum lagi efek gadget yang begitu buruk dan tidak tersaring. dan banyak hal lainnya. 

Kita berlindung kepada Allah ta'ala dari perkara - perkara yang merusak anak - anak kita. Semoga kita dan keluarga kita di selamatkan dari berbagai macam fitnah dan kekacauan, rusaknya akhlak, mental, dan akidah di lingkungan sekitar kita. Amin. 

4.    Dampak negatif bagi lingkungan

Sedangkan dampak negatif dari perbuatan wanita membuka aurat ini bagi lingkungan adalah tersebarnya bencana-bencana yang disebabkan perbuatan maksiat yang sudah merata. Karena bahwasannya Allah menurunkan adzab di dunia diakibatkan oleh perbutan dosa-dosa anak adam.

Dan masih banyak lagi dampak negatif wanita yang membuka aurat / berbusana terbuka ini. Yang mungkin akan sangat panjang jika di rinci dan di tulis satu persatu.  

Oleh karena itu hendaknya seorang muslim dan muslimah menyadari akan berbagai macam bahaya ini. yaitu bahaya yang tidak hanya mengancam dirinya, juga keluarga, anak - anak nya bahkan lingkungan dimana ia menghirup udara. 

Kita harus selalu waspada dari berbagai maca jerat - jerah dan tipu daya syaiton. Dan kita juga harus menahan dari berbagai macam ajakan ajakan syahwat yang buruk. Karena dua sumber inilah diantara faktor terbesar dari berbagai macam kerusakan. 

Mari hentikan dan jangan perturuti ajakan syaiton untuk berbuat maksiat dengan membuka aurat dan selainnya. Mari kita tahan diri kita dari perbuatan memperturutkan syahwat. 

Mari kita mulai perbaikan pada diri kita sedikit demi sedikit, kita kenakan busana yang syar'i yang menutup aurat dengan benar. Karena berbusana syar'i merupakan kebutuhan pokok bagi setiap muslim dan muslimah, dan ini lebih menjaga kehormatan bagi kita semua. Dan menutup aurat ini adalah perintah dari Rabb Sang pencinta kita. 

Hendaknya bagi siapa saja yang menginginkan hak nya terpenuhi, ia harus perhatikan kewajibannya kepada Allah penciptanya. Wallahu a'lam. 

Like Fanpage FB kami RUMAH BELANJA MUSLIM
Add Akun Facebook kami di RUMAH BELANJA Whyluth
Follow akun IG kami @RumahBelanjaMuslim

0 komentar:

Dimanakah Kebahagiaan Itu?


Dimanakah Kebahagiaan ItuBerbicara masalah kebahagiaan, maka kita tidak terlepas dari pokok dari organ tubuh yang dapat merasakan kebahagiaan yaitu hati. Karena hati inilah pusat tubuh kita, kita merasa kalut, sedih, marah, bahagia, dan selainnya pusatnya adai di dalam hati kita. Maka salah satu hal yang harus sangat diperhatikan dalam kehidupan seorang manusia adalah Hati. Mari kita simak sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini, yang artinya,  

Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila dia baik, maka akan baik pulalah seluruh jasad, apabila rusak maka akan rusak pula lah seluruh jasad. Ketahuliah bahwa segumpal daging itu adalah Hati.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Dari sini kita bisa mendapati bahwasannya kunci kebahagiaan itu terdapat pada hati kita. Apabila terdapat kejelakan di dalam hati kita, maka akan berimbas kerusakan pada jasad kita, dan begitu juga sebaliknya jik hati kita baik, maka akan baik pulalah jasad kita. Dan kebahagiaan yang didamba-dambakan manusia itu adalah bersumber dari kebaikan di dalam hati.  

Lalu pertanyaannya, bagaimana kita bisa mendapatkan kebaikan, kebahagiaan, dan kehidupan yang baik? Jawabannya terdapat pada firman Allah subhanahu wa ta’ala berikut, yang artinya,

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.(di dunia) dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl : 97)

Hendaknya siapa saja yang menginginkan kebahagiaan berupa kehidupan yang baik, hendaknya mereka beramal shalih, sebagaimana firman Allah tersebut.

Yang perlu diketahui dan menjadi catatan bahwasannya beramal shalih yang dimaksut adalah syaratnya dalam keadaan beriman kepada Allah. Karena seadainya ada seseorang yang seolah-olah dimata manusia ia mengerjakan amalan sholih, amalan baik, namun ia tidak beriman, maka hakikatnya hal tersebut adalah bukanlah amalan sholih dan tidak diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.  

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman dalam ayat yang lain, yang artinya,

Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan berikan kepada mereka (balasan) kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Rabb saja mereka bertawakkal” (QS. An Nahl:41-42).

Allah juga berfriman, yang artinya,

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (QS. Huud:3).

Dari ayat-ayat tersebut, maka bagi siapa saja yang menginginkan balsan yang baik di dunia maupun di akhirat, hendaknya ia dapat berbuat kebaikan, beramal sholih, bersabar, bertawakal hanya kepada Allah, dan selalu bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Maka dari sini kita dapat lihat, bahwasannya kebahagiaan itu terdapat pada agama Islam. Dengan kita belajar, memahami hakikat agama Islam dengan benar, kita mengamalkannya, maka hati kita akan tenang. Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, yang artinya,

Dan Kami turunkan kepadamu kitab ini (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. An Nahl:89).

Dengan kita mengimani takdir baik maupun buruk yang telah Allah ciptakan juga merupakan sumber kebahagiaan hati. Mari kita lihat, betapa bahagia hidup seorang muslim yang telah di jelaskn oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut, yang artinya,

“Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang yang beriman hanya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tidak pernah terjadi kecuali untuk orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kesenangan maka dia akan bersyukur dan hal tersebut merupakan kebaikan untuknya. Namun jika dia merasakan kesusahan maka dia akan bersabar dan hal tersebut merupakan kebaikan untuk dirinya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Subhanallah. Betapa bahagainya orang Islam yang dapat menerapkan apa yang telah di sabdakan Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa salam tersebut. Hendaknya sabar, tenang, dan berpositif thinking terhadap takdir Allah subhanahu wa ta’ala merupakan jalan setiap muslim. 
http://rumahbelanjamuslim.blogspot.com/2013/10/grosir-gamis-muslimah-syari.html 
Dan kunci utama untuk mencapai kebahagian adalah menyempurnakan keimanan kita. Sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan, yang artinya,

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah, ia membenci untuk kembali kepada kekafiran — setelah Allah menyelamatkannya darinya — sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam api.” (HR. Bukhori)

Wallahu ‘alam.
Diambil dari berbagai sumber

Mari like fanpage kami di RUMAH BELANJA MUSLIM

0 komentar:

Mendidik Anak Dengan Pembiasaan

Jika kita lihat kenyataan di lingkungan masyarakat kita pada di saat ini, maka merupakan pemandangan umum bahwasannya anak-anak muslim di sekitar kita dalam kesehariannya berpakaian dengan pakaian serba minim. Hal ini terjadi baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Mereka sudah terbiasa dengan pakaian – pakaian yang tidak menutup aurat dari masa masih kecil.
Mendidik anak dengan pembiasaan

Kenyataan ini cukup memprihatinkan bagi kita seorang muslim. Mengingat salah satu cara mendidik anak agar kelak dapat menjadi anak yang shalih-shalihah adalah dengan mengajarkan syariat Islam semenjak kecil dan membiasakan menerapkan sayariat Islam dari mengenalkan tauhid, mengajarkan al-Qur’an, mengajari berakhlak yang baik, bermuamalah yang baik, sampai mengenakan pakaian yang syar’i dan mencegah dari apa—apa yang dilarang syariat.

Namun ternyata tidak semua orang tua muslim tau bahwasannya mendidik anak itu haruslah dimulai dari masih kecil, bahkan dari saat mencari suami / istri untuk menjadi calon ayah atau ibu untuk anak-anaknya.

Kebanyakan dari kita mendidik anak diserahkan kepada orang tua kita yang memang dari segi pengalaman, mereka lebih dahulu pengalamannya dalam mendidik-anak. Namun jika dilihat pengalaman itu sudah menerapkan cara mendidik anak yang sesuai dengan syariat Islam, atau sudah mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka belum tentu.

Sebab jika kita kita lihat dari kebanyakan orang tua di saat ini, belumlah memasuki keriteria sebagai orang tua, dan ternyata kriteria dari kebanyakan adalah orang yang menyandang usia yang sudah tua, dan sudah berpengalaman hidup terlebih dahulu. Dan ini bukanlah jaminan bahwa mereka memiliki kemampuan lebih, namun tentunya kita harus tetap menghormati orang tua sebagai orang yang telah melahirkan kita, dan manusia yang paling banyak jasanya terhadap kita.

Jika kita lihat dari kaca mata syariat Islam, bahwasannya kewajiban mendidik anak adalah kewajiban setiap orang tua. Karena kelak orang tualah yang akan ditanya dan dimintai pertanggung jawaban terhadap anak-anaknya. Mari kita renungi ulang sabda Nabi berikut yang artinya,

Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya & akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Maka dalam mendidik anak, hendaknya kita perhatikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas. Karena anak adalah tanggung jawab kita, baik dari segi pendidikan, nafkah dan selainnya. Maka hendaknya kitalah sebagai penanggung jawabnya yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak.

Oleh karena itu, setiap orang tua hendaknya memiliki perhatian lebih terhadap anak-anaknya, khususnya dalam pembahasan ini adalah berkenaan dengan pakaian yang dikenakan sehari-hari. Karena sesungguhnya untuk mendapatkan anak yang kelak mau berpakaian syar’i, menutup auratnya, mengenakan jilbab dan menjaga pergaulan, ini didapat dengan cara membiasakannya sejak kecil.

Logika sederhananya, bagaimana anak mau berbusana tertutup jika seandainya mereka sejak kecil terbiasan membuka auratnya dan tidak diajarkan berpakaian syar’i, mengenakan jilab? Atau bagaimana seorang anak laki-laki mau mengenakan pakaian syar’i, celana diatas mata kaki, menutup aurat, jika seandainya dari kecil dibiasakan berpakaian mengikuti mode orang kafir?

Inilah urgensi pendidikan dari segi berpakain yang baik bagi anak. Walaupun di masa masih kecil anak-anak belum emiliki beban syariat, namun pendidikan pembiasaan dari kecil ini adalah bentuk latihan pembiasaan, agar kelak mereka setelah beranjak remaja, dewasa terbiasan dengan hal-hal yang sesaui syariat islam , baik dalam akidah, akhlak, muamalah sampai dalam adab berbusana muslim dan muslimah serta menjauhi hal-hal yang dilarang.

Contoh sederhana berkaitan dengan sholat. Nabi menghimbau orang tua memerintahkan shalat pada usia tujuh tahun, dan memukulnya jika tidak melaksanakan usia 10 tahun. Hal ini menunjukkan dalam tenggang waktu antara tujuah tahun samapai sepuluh tahun tersebut adalah waktu mendidik dengan pembiasaan.

Maka memakai pakaian yang syar’i merupakan buah dari pendidikan anak dan pembiasaan sejak kecil.

Dan harus diingat juga, bahwasannya jika kita ingin anak kita menjadi anak yang shalih dan sholihah, maka bentuklah pribadi shalih dan shalihan itu sebelumnya pada diri kita. Karena keshalihan orang tua itu berdampak pada kesholihananak-anak kita. Wallahu a’alam.

0 komentar:

Hati - Hati Tasyabuh!


Hati - hati tasyabuh
Fenomena Kaum Muslimin 
 
Jika kita melihat fenomena di saat ini, begitu banyak dari kaum muslim dan muslimah yang gaya hidupnya, baik dari prilaku, gaya bergaul, gaya berpakaiansampai-sampai model rambut dan kebiasan-kebiasaan perayaan mereka adopsi dari berbagai macam kebiasaan orang-orang barat yang natabene adalah orang-orang kafir diluar Islam.

Dari sini, dapat kita lihat betapa rendahnya keberlepas dirian kita terhadap orang-orang kafir, terhadap budaya-budaya non muslim. Banyak diantara kita, khususnya para pemuda – pemudia, remaja – remaja muslim yang mereka lebih berbangga mengenakan atribut-atribut orang-orang kafir.

Coba kita lihat para pecinta bola (yang berlebihan) disekitar kita, betapa banyak dari kaum muslimin yang mereka berbangga dengan kostum kesangan mereka yang ternyata dalam pakaiannya terdapat gambar salib, berapa banyak kaum remaja kita yang lebih menyukai gaya rambutnya para pemain bola yang notabene orang kafir?

Di sisi lain dari gaya hidup, kebiasan-kebiasaan perayaan yang berulang, maka akan kita dapati banyak dari kaum muslim dan muslimah yang mendidik dari kecil anak-anak mereka dengan kebiasaan perayaan-parayaannya orang kafir. Seperti dari bayi anak diajarkan selalu merayakan ulang tahun, setiap tahunya dan selalu berulang betapa riuhnya umat muslim dari kalangan anak-anak, remaja, dampaipun orang-orang dewasanya merayakan tahun baru, atau betapa banyak dari kalangan remaja setiap bulan februari merayakan hari valentine, atau yang lainnya merayakan April Mop dan yang lainnya yang merupakan itu adalah perayaan-perayaan orang-orang kafir.

Benarlah apa yang telah di sampaikan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR. Bukhari)

Dan di dalam riwayat lain, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim).

Dan inilah yang terjadi di saat ini. Sudah menjadi kebiasaan umum bahwasannya kebanyakan dari kaum muslimin telah menjani sedikit demi sedikit jalan-jalannya, kebiasaan hidupnya orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nashoro. Dan yang berbahaya lagi, banyak dari kita yang berbangga akan keadaan seperti ini dan justru banyak meninggalkan dari syariat-syariat Islam dalam keseharain. Nas'alullaha salamatan wal 'afiyah.

Ingatlah wahai saudara dan saudariku, betapa bahaya kita mengikuti jalan hidupnya orang – orang kafir. Hingga kelak pada titip tertentu kita akan berloyalitas kepada mereka dan sedikit-demi sedikit berlepas diri dari kebiasan hidup kaum muslimin.

Maka hendaknya kita lebih memahami dan mengamalakan kemabali salah satu prinsip pokok yang harus dipegang oleh Ahlussunnah Wal Jamaah berkenaan dengan prinsip Wala wal baro’ yaitu berloyalitas dan berlepas diri yang dilandasi atas kecintaan kepada Allah tabaraka wa ta’ala.

Tasyabuh Haram

Dengan fenomena yang terjadi pada umat muslim di zaman ini yaitu maraknya perbuatan tsayabuh penyerupaan diri terhadap orang-orang kafir ini, maka dalam Islam telah banyak larangannya. Diantara larangan itu adalah sebagai berikut,

“Dan janganlah mereka (kaum mukminin) seperti orang-orang telah diturunkan Al Kitab sebelumnya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid : 16)

Dan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam jelas larangan menyerupai suatu kaum, dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Dalam riwayat lain, Nabi juga bersabda, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi, dan yaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Dan jelas lagi dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu beliau berkata,

“Sesungguhnya orang-orang Yahudi, jika istri mereka haid, mereka tidak mau makan bersamanya dan mereka tidak berhubungan dengannya di dalam rumah. Maka para sahabat menanyakan masalah ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga turunlah ayat, ["Mereka bertanya kepadamu tentang darah haid, maka katakanlah dia adalah kotoran (najis), maka jauhilah perempuan saat haid"] (QS. Al-Baqarah: 222) sampai akhir ayat. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lakukan semuanya dengan istrimu kecuali nikah (jima’)”. Berita turunnya ayat ini sampai ke telinga orang-orang Yahudi, lalu mereka berkata, “Laki-laki ini (Muhammad) tidak mau meninggalkan satu pun dari urusan kita kecuali dia menyelisihi kita dalam perkara tersebut“. (HR. Muslim)

Dan banyak lagi hadits-hadits dan fatwa-fatwa para ulama lainnya yang dibangun diatas dalil al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman yang benar yang melarang perbuatan tasyabuh ini.

Sikap Seorang Muslim

Maka sebagai seorang muslim setelah mengetahui dalil – dalil yang jelas mengenai larangan perbuatan tsayabuh ini hendaknya kita tinggalkan perbuatan-perbuatan haram ini. Dan cukuplah apa-apa yang telah turun kepada kita berupa wahyu al-Qur’an dan as-Sunnah shahihah sebagai acuan hidup kita. Dan cukuplah teladan umuat muslim di zaman-zaman keemasan sebagai teladan kita. Jauhi dan tinggalkan kebiasaan-kebiasaan orang kafir. Tanamkan dalam diri seorang muslim kecintaan dan kebencian yang dilandasi atas kecintaan kepada Allah tabaraka wa ta’ala.

Sesungguhnya Islam ini telah sempurna. Tidak perlu ada tambahan dan tidak perlu disempurnakan. Tidak ada yang luput dari syariat Islam ini, kecuali semuanya telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang malamnya sudah seperti siang yang terang.

Allah tabaraka wa ta’ala telah berfirman dalam al-Qur’an,
Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam sebagai agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3).

Dan dari Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda,
Sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian (syariat) yang putih cemerlang (jelas), malamnya seperti siangnya. Tidak akan menyeleweng daripadanya sepeninggalku melainkan dia akan binasa”. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).

Dan hendaknya bagi setiap muslim juga memperhatikan, siapakah yang menjadi idola kita. Siapa orang yang menjadi panutan kita. Karena kita mengidolakan siapa, atau tim apa, atau kebiasaan apa, ini sangat berpengaruh dengan perilaku tasyabuh ini. Karena ketika seseorang mengidolakan individu kafir, entah dari kalangan artis, pemain bola, ahli motivasi (motivator), dan selainnya, maka lambat laun rasa cinta kita terhadapnya akan muncul dan tumbahlah benih ingin meniru apa yang mereka perbuat dalam didiri kita. Dan akhirnya syariat Islam di kesampingkan, kiblat kita berubah ke orang-orang kafir atau fasiq tersebut. Maka hendaklah berhati-hati dalam mengidolakan sesuatu atau individu. Cukuplah jadi idola bagi seorang muslim ada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagai suri tauladan yang baik, sebagai motivator dan sebagai tren pegangan hidup umat muslim. 

Wallahu a’lam

Mari like Fanpage kami di RUMAH BELANJA MUSLIM

1 komentar: