Rizki Hanya Berasal Dari Allah ar-Rozzaq
Semua Orang Memperoleh Rizki
Hampir semua orang tahu bahwa rizki datangnya dari Allah ‘azza
wa jalla. Dialah yang memberikannya kepada makhluk, baik melalui langit
maupun melalui bumi, darat maupun laut. Bahkan para dukun dan orang-orang
kafirpun meyakini hal itu, kecuali orang-orang yang sengaja mendustakan.
Allah ‘azza wa jalla berfirman menceritakan
pengakua orang-orang musyrik bahwa riski datang dari Allah:
“Katakanlah (Hai Muhammad kepada orang – orang
musyrik): “Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan pengelihatan, dan siapakah
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati
dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka menjawab:
“Allah”. Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya?””. (QS.
Yunus [10]:31).
Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah
seorang ulama besar pada zamannya (wafat tahun 1376H) menjelaskan, bahwa rizki
duniawi maupun rizki ukhrawi tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan taqdir
dan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala. Karena itulah Allah ‘azza wa
jalla berfirman :
“Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang
dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al-Baqarah [2]:212).
Jadi baik mukmin maupun kafir, mempunyai kesempatan yang
sama untuk mendapatkan rizki duniawi serta kesenangan-kesenangan duniawi. Akan
tetapi, rizki yang bersifat hati, berupa Ilmu, keimanan, rasa cinta kepada
Allah, rasa takut dan harapan kepada Allah, serta rizki-rizki lain yang
bersifat hati, hanya di anugerahkan oleh Allah ‘azza wa jalla kepada
orang-orang yang Dia cintai.1
Penetapan Nama Ar-Rozzaq Bagi Allah ‘azza wa jalla
Dan salah satu di antara nama Allah ‘azza wa jalla yang
sangat indah adalah ar-Rozzaq. Dalilnya antara lain, firman Allah subhanahu
wa ta’ala :
“Sesungguhnya Allah Dialah maha pemberi rizki yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat[51]:58).
Semua ulama yang menghimpun nama-nama Allah dalam
kitabnya, memasukkan nama ar-Razzaq dalam kitab-kitab mereka.2
Imam Ibnu Mandan rahimahullah (wafat th. 395H) memuat
nama ar-Razzaq dalam kitab beliau: Kitab at-Tauhid wa Ma’rifat Asma’i
Allah ‘Azza wa jalla wa Sifatihi ‘ala al-Ittifaq wa at-Tafarrud.3 Beliau membawakan Dalil dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu
‘anhu yang mengatakan :
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan
kepadaku (firman Allah ta’ala, yang artinya): “Sesungguhnya Aku adalah
ar-Razzaq (Maha Pemberi rizki), yang Maha Kuat lagi Maha Kokoh”. (HR. Abu
Dawud, at-Tirmidzi dan lain-lain).
Imam at-Tirmidzi rahimahullah mengatakan bahwa
hadits ini adalah hadits hasan shahih.4 Syaikh al-Albani rahimahullah juga mengatakan
haidts ini shahih matannya.5
Imam Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfan al-Ahmadziy bi
Syarhi Jami’ at-Tirmidzi6
mengatakan: ini adalah qira’ah (salah satu bacaan terhadap al-Qur’an
dari) Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Sedangkan bacaan yang mutawatir adalah
(yang terdapat dalam Mushaf, yaitu):
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki yang
mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat[51]:58).
Dengan demikian, ar-Razzaq adalah salah satu
diantara nama Allah ‘azza wa jalla yang sangat indah. Dari nama ini
dapat dimengerti bahwa nama Allah ‘azza wa jalla Maha Menganugerahkan
rizki kepada setiap hamba-Nya, menurut kehendak-Nya.
Rizki Atas Kehendak Allah ‘azza wa jalla
Rizki Allah subhanahu wa ta’ala ada yang bersifat
duniawi dan ada yang bersifat ukhrawi. Namun semuanya berdasarkan kehendak-Nya.
Baik mukmin maupun kafir mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan rizki
duniawi, bahkan binatang sekalipun. Bahkan terkadang orang kafir atau binatang
justru lebih banyak mendapatkan perolehan duniawi. Karena itu, jika seorang
muslim hanya menitik beratkan usaha serta hidupnya untuk mendapatkan rizki
duniawi serta perolehan dan sukses duniawi, maka apa bedanya ia dengan orang
kafir dan binatang?.
Mestinya mencari rizki duniawi bagi seorang mukmin tidak
lepas dari konteks peribadatan kepada Allah ‘azza wa jalla, sehingga
yang menjadi perhatian utamanya adalah mendapatkan rizki ukhrawi serta
rizki-rizki yang dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan ukhrawi.
Imam Ibnu al-Qoyyim rahimahullah (wafat th. 751H)
menjelaskan bahwa sikap hidup seorang mukmin berbeda dengan sikap hidup orang-orang
kafir. Orang mukmin, meskipun mendapatkan perolehan dunia dan kesenangannya,
namun tidak akan ia pergunakan untuk bersenang-senang semata, dan tidak akan ia
gunakan untuk menghilangkan kebaikan-kebaikannya selama hidup di dunia. Tetapi
akan ia pergunakan perolehan dunia itu untuk memperkuat diri dalam mencari
bekal di akhiratnya kelak. 7
Disamping itu, hendaknya kaum muslimin bersyukur kepada
Allah ‘azza wa jalla terhadap segala rizki yang telah di
anugerahkan-Nya. Antara lain dengan menginfakkan sebagian harta yang telah di
dapatkannya itu kepada orang-orang yang membutuhkan. Baik infaq yang berbentuk
wajib, seperti zakat jika sudah mampu, nafkah kepada isteri, sanak famili dan
budak serta hewan peliharaan. Maupun yang berbentuk sunat, yaitu infaq tidak
wajib yang diberikan di jalan-jalan kebaikan. Sebagaimana dikemukakan oleh
Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah dalam kitab
Tafsirnya, Taisir al-Karim ar-Rahman.8
Jenis Rizki Yang Lebih Penting
Kaum muslimin juga hendaknya tidak terpaku pada rizki
duniawi, sehingga ketika menghadapi terpaan-terpaan duniawi, seperti krisis,
melonjakkan harga kebutuhan-kebutuhan pokok, kekurangan pangan, dan
krisis-krisis lain, tidak menjadi gundah dan gelisah. Karenanya tidak perlu
melakukan hal-hal yang justru sebenarnya merupakan penghamburan potensi dan
pemubadziran energi sumber daya. Tetapi semua dikembalikan kepada taqdir Allah ‘azza
wa jalla, kemudian melkukan upaya-upaya positif yang di enarkan syariat,
tidak merusak dan tetap konsisten menjaga keutuhan persatuan, serta selalu
menghindari permusuhan serta saling balas-membalas.
Rizki ukhrawi, rizki keimanan, ketaatan, rasa takut,
cinta dan berpengharapan kepada Allah, justru lebih penting dan harus di upayakan
untuk mendapatkannya sungguh-sungguh serta dengan selalu memohon pertolongan
kepada Allah ‘azza wa jalla. Sehingga kehidupan akan menjadi berkah.
Bukankah rizki hanya berasal dari Allah ‘azza wa jalla?.
Nas’alullah lana wa lakum at-Taufiq.
Rujukan :
- Al-Jami’ ash-shahih wa huwa Sunan at-Tirmidzi, Tahqiq: Kamal Yusuf al-Hut, Dar al-Fikr.
- Kitab at-Tauhid wa Ma’rifat Asma’i Allah ‘Azza wa jalla wa Sifatihi ‘ala al-Ittifaq wa at-Tafarrud, Tahqiq, Ta’liq, dan Takhrij Ahaditsihi: Dr. Ali bin Muhammad bin Nashir al-Faqihi, Maktabah al-Ghuroba’ al-Atsariyah, al-Madinah al-Munawaroh.
- Miftah Dar as-Sa’adah, Imam Ibnul al-Qoyyim rahimahullah, Taqdim, Ta’liq dan Takhrij: Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi, Muraja’ah: Syaikh Bakr bin ‘Abdillah Abu Zaid rahimahullah, Dar Ibni al-Qoyyim, Riyadh, dan Dar Ibnu ‘Affan, Cairo, Cet. I, Th. 1425H/2004M.
- Mu’taqad Ahli as Sunnah wal Jama’ah fi Asma’i Allah al-Husna, DR. Muhammad Khalifah at-Tamimi, Maktabah Adhwa’ as Salaf, Riyadh.
- Shahih Sunan Abi Dawud, Syaikh al-Albani, Maktabah al-Ma’arif, Riyadh.
- Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani, Maktabah al-Ma’arif, Riyadh.
- Taisir al-Karim ar-Rahman, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di.
- Tuhfan al-Ahmadziy bi Syarhi Jami’ at-Tirmidzi, Imam Mubarakfuri.
Sumber : Majalah
as-Sunnah Edisi 06-07 TH. XII 1429H/2008M.
0 komentar: