Nasihat Untuk Suami

Nasihat Untuk Suami
Telah kita ketahui bersama bahwasannya di dalam Islam, seorang laki laki adalah pemimpin bagi seorang wanita. Hal ini tercantum di dalam Firman Allah ta’ala di dalam al-Qur’an,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ

Kaum laki-laki itu pemimpin bagi kaum wanita (QS. An Nisa’ : 34)

Dan seorang laki laki di dalam rumah tangga, juga bertanggung jawab terhadap apa yang ada di dalam rumah tangganya. Ia adalah pemimpin di dalam rumah tangganya, pemimpin bagi istri dan anak-anaknya, dimana kelak ia akan ditanyai berkaitan dengan apa yang telah ia bimbingkan di dalam keluarganya. Hal ini disandarkan berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ,

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت

“Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (HR. Bukhori Muslim).

Dengan jelasnya aturan Islam mengenai kepemimpinan seorang laki-laki terhadap wanita, seorang suami terhadap istrinya terhadap anak-anaknya ini, maka kita ketahui sekarang bahwasannya tanggung jawab seorang laki laki sebagai suami, sebagai ayah sangatlah besar. Dan kelak dengan besarnya tanggung jawab ini, ia akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap apa yang telah ia lakukan, apa yang telah ia bimbingkan kepada keluarganya. Apakah ia telah berbuat adil terhadap keluarganya, telah berbuat baik, telah menafkahi lahir dan batin, telah mengarahkan keluarganya dalam kebaikan, telah mencegah keluarganya dari perkara-perkara maksiat, kerusakan, ataukah justru ia tinggalkan keluarganya begitu saja, ia lalaikan tanggung jawab yang besar ini, ia biarkan istrinya bertabarruj, ia biarkan anaknya melakuan pergaulan bebas, ia biarkan keluarganya mengumbar aurat dan lain sebagainya.

Materi Bukan Segalanya

Banyak diantara kita saat ini, yang ia berfikir bahwasannya sudah cukup seorang suami, seorang ayah bertanggung jawab kepada keluarganya dengan ia rutin memberikan nafkah materi berupa harta dan kekayaan. Hingga iapun lalai terhadap pendidikan bagi istrinya, pendidikan bagi anaknya, dan ia biarkan begitu saja dengan hanya mencukupi materi dan harta benda saja.

Padahal materi itu bukanlah satu-satunya yang dibutuhkan di dalam keluarga. Justru ini kelak akan memperberat pertanggung jawabannya kelak di akhirat ketika ia tidak hati hati dalam mencari harta dan tidak hati hati dalam mengeluarkannya.

Tidak lah tanggung jawab disini hanyalah dalam bentuk sandang, pangan dan papan saja. Karena yang lebih besar dari itu tanggung jawab dari seorang suami terhadap istrinya terhadap keluarganya adalah sebagaimana yang telah difirmankan Allah ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ ناراً وقودها النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عليها مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدادٌ لاَّ يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim :6)

Penjagaan diri dan keluarga dari api neraka ini adalah tanggung jawab terbesar terhadap diri dan keluarga. Ali bin Abi Tholib radhiallahu ‘anhu mengomentari ayat ini bahwasannya kata beliau bentuk penjagaan itu dengan kalian mengajarkan kebaikan pada diri kalian pertama kali kemudian keluarga.

Maka wahai para suami mari bersama-sama kita menyadari ini semua, bahwasannya hal yang terbesar yang harus kita kerjakan di pertama kali adalah dengan menjaga diri kita dan keluarga kita dari api nerakan dengan mempelajari dan dan mengajarkan kebaikan kepada diri kita sendiri kemudian kepada keluarga, disamping juga kita juga bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan seperti pakaian yang layak menutup aurat bagi istri kita, anak-anak kita, kebutuhan makanan sehari-hari, dan tempat tinggal yang aman.

Beberapa Bentuk Tanggung Jawab Suami

Sebagaimana yang telah lewat diawal artikel bahwasannya seorang laki laki adalah seorang pemimpin, maka ia bertanggung jawab untuk menegakkan dan menjaga hak-hak Allah di dalam keluarganya, menjaga dari sebab terjadinya kerusakan, dan ia berkomitmen terhadap semua itu.
  • Bertanggung jawab menegakkan dan menjaga hak-hak Allah

Berkaitan dengan beberapa hak Allah yang harus kita jaga, maka mari kita lihat Firman Allah ta’ala berikut,

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا 

Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An Nisa’ : 36)

Dari sini kita dapati bahwasannya hak Allah ta’ala yang terbesar dan paling utama yang harus di berikan oleh makhluknya adalah hak mentauhidkan Allah dengan hanya beribadah kepada Allah saja dan tidak mensekutukannya dengan sesuatu apapun.

Maka hak Allah yang harus kita tegakkan pertama kali dan yang paling utama adalah mengakkan hak Allah untuk ditauhidkan baik dalam perkara Rububiyyah-Nya, Uluhiyah, maupun Asma wa sifat-Nya.

Kemudian setelah kita dapat melaksanakan hak yang paling utama ini yaitu mentauhidkan Allah di dalam keluarga, baru kemudian kita laksanakan hak berikutnya seperti berbuat baik kepada orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim dan seterusnya yang telah dijelaskan di dalam ayat tersebut diatas.
  •   Menjaga dari sebab-sebab terjadinya kerusakan
Menjaga dari sebab-sebab terjadinya kerusakan ini juga merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh para suami. Jangan sampai kita terlena dengan mengejar kebaikan untuk diri kita, namun kita lalai terhadap perkara yang satu ini.

Betapa banyak pada hari ini kita lihat para suami yang kurang perhatian terhadap perkara ini, hingga seperti yang banyak kita lihat sekarang ini, banyaknya seorang wanita yang bertabarruj, berpakaian tidak lengkap, menampakkan aurat di tempat umum, memakai wangi-wangian yang dapat menimbulkan fitnah diluar rumah, melakukan pergaulan bebas tanpa batas, dan lain sebagainya. Dan hal ini terjadi akibat seorang laki laki yang tidak memiliki kecemburuan terhadap istrinya, kecemburuan terhadap anak-anaknya sehingga ia membiarkan keburukan terjadi di dalam keluarganya. Dan inilah yang disebut dengan dayyuts yang ancamannya sangat keras seperti tidak mencium wanginya surga, tidak masuk surga, dan juga tidak akan dilihat oleh Allah (dengan pandangan kasih sayang) pada hari kiamat nanti. Wal iyyadzubillah, Nasalullaha salamah. (simak artikel Apa Itu dayyuts ini).

Mudah-mudahan kita semua dimudahkan oleh Allah ta’ala menjadi suami yang bertanggung jawab dan kelak dapat mempertanggung jawabkan apa yang telah kita kerjakan saat ini sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan apa yang telah dilarang Allah ta’ala. Mudah-mudahan yang sedikit ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan kami bertaubat kepada Allah, dan memohon ampun pada kesalahan-kesalahan yang ada, dan kebenaran hanya milik Allah azza wa jalla. Wallahu ta’ala a’lam.

Fanpage kami RUMAH BELANJA MUSLIM
www.RumahBelanjaMuslim.Blogspot.Com 

0 komentar: