Antara Selfie, Narsisme, Gangguan Kepribadian, dan Riya
Di era
yang serba canggih saat ini dengan media sosial yang selalu melekat di tiap
tangan baik yang di kota sampai yang di pelosok, membuat orang selalu ingin
eksis dimanapun berada. Berbagai macam foto, gaya, keadaan, di upload,
dipajang, dan di umbar di media sosial. Laki-laki atau perempuan, berlomba
menghiasi foto hasil selfienya dengan barbagai hiasan dengan editan maupun
dengan memilih posisi terbaik untuk mendapatkan gambar.
Tak
heran, jembatan roboh, taman rusak, bahkan belakangan beredar berita kebun pun
rusak akibat gejala ingin eksis dengan tampilan foto selfie terbaik. Segala
sudut ia coba, segala posisi ia jalankan, dan segala cara, upaya ia kerahkan
untuk tetap eksis dengan foto selfie terbaiknya.
Entah
untuk berdagang, entah untuk sekedar hobi, atau mungkin bisa sampai keapada
tahap gangguan kejiwaan karena terlalu beratnya kecanduan terhadap diri yang
berakibat mencintai diri secara berlebih, merasa memiliki nilai diri yang lebih
tinggi dari kenyataannya, merasa memiliki kepercayaan yang berlebih, ataupun
merasa memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain baik dari fisik, harta,
popularitas, ataupun jabatan.
Inilah
yang kita lihat fenomena pada msyarakat media sosial saat ini. Tidak tua tidak
muda, tidak laki-laki tidak perempuan, semuanya ingin eksis dengan berfoto ria,
berselfie ria yang kemudian di sebarlah foto tersebut di berbagai macam media
sosial yang ada.
Hal
seperti ini sering kita sebut dengan gejala narsis / narsisme. Dan sebutan ini
sudah sangat familiar di telinga kita. Ketika kita mendapati orang yang suka
berfoto, atau orang yang gila foto tentu dengan reflek kita akan ucapkan
padanya “narsis amat sih”.
Lalu
apa itu narsis / narsisme ini? Narsisme (dari bahasa belanda) maknanya adalah
perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami
gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali
digunakan dalam psikologi oleh Sigmud freud dengan mengambil dari tokoh dalam
mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin : Narcissus), yang dikutuk sehingga
ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Ia sangat terpengaruh oleh rasa
cinta akan dirinya sendiri dan tanpa sengaja menjulurkan tangannya hingga
tenggelam dan akhirnya tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis.
(Wikipedia)
Seseorang
yang narsis biasanya memiliki Memiliki perasaan bangga yang berlebihan tentang
kehebatan atau keunikan dirinya, misalnya membanggakan kemampuannya, kecantikan
atau bakatnya secara berlebihan.
Menurut
Papu (2002) yang mengutip DSM-IV (Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) orang yang
narsistik akan mengalami gangguan kepribadian, gangguan kepribadian yang
dimaksud adalah gangguan kepribadian narsisistik atau narcissistic personality
disorder. Gangguan kepribadian ini ditandai dengan ciri-ciri berupa perasaan
superior bahwa dirinya adalah paling penting, paling mampu, paling unik, sangat
eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki empathy, angkuh dan selalu
merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan berbeda dengan orang lain. (http://psikologid.com)
Nah
begitu juga orang-orang yang terlalu berlebihan dalam hal selfie. Di khawatirkan
hal ini bisa masuk dalam gejala gangguan kepribadian seseorang. Ketika timbul
rasa percaya diri yang lebih, rasa tinggi yang lebih, rasa cinta diri sendiri
yang berlebihan, maka kahwatirlah anda termasuk orang-orang yang memiliki
gangguan kepribadian yang tentunya ini harus diobati.
Dari
sedikit penjabaran diatas, kita dapatkan bahwasannya orang yang narsis, mungkin
juga termasuk di dalamnya orang yang suka selfie berlebihan, kebanyakannya
merasa apa yang ada padanya adalah sebuah hal yang patut dibanggaan, di
pamerkan, di umbar pada khalayak. Dan hal ini menimbulkan rasa tingginya harga
diri yang ia miliki, sehingga layak dan patut untuknya mengumbar apa yang ia
anggap tinggi tersebut. Namun dalam sebuah penelitian, justru kenyataan ini
berbalik dari apa yang dirasakan orang yang memiliki rasa narsime yang tinggi.
Dalam
sebuah jurnal yang berjudul Harga Diri
dan Kecenderungan Narsisme Pada Pengguna Friendster didapatkan dalam hasil
penelitiannya bahwasannya terdapat hubungan yang negatif antara harga diri dengan kecenderungan narsisme pada
pengguna friendster. Artinya semakin rendah harga diri maka akan semakin tinggi
kecenderungan narsisme pada pengguna friendster. Dan sebaliknya semakin tinggi
harga diri, makan semakin rendah kecenderungan narsisme pada pengguna
friendster. (Baca Jurnal)
Maka
jika anda termasuk orang-orang yang berlebihan dalam menilai diri, belerbihan
dalam mencintai diri, atau berlebihan dalam mengganggapdiri baik dari fisik, harta,
jabatan, ataupun prestasi, maka berhati-hatilah dengan gangguan kepribadian
ini.
Di
khawatirkan juga, ekepektasi yang berlebihan terhadap diri sendiri ini dapat
mengakibatkan seseorang terjerumus dalam perbuat riya. Dimana seseorang dalam
segala aktifitasnya, kegiatannya, apapun yang ada padanya ingin selalu di puji
dan disanjung. Apalagi kalau aktifitas tersebut adalah berkaitan dengan ibadah
kepada Allah. Ketika ia melakukan amalan ibadah kepada Allah dan ada rasa bangga
diri terhadapnya, ada rasa tinggi hati, yang berakibat pada publikasi amalan maka khawatirlah anda telah terjatuh dalam
perbuatn riya dan riya ini termasuk dalam golongan perbuatan syirik.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda yang artinya,
Sesuatu
yang aku khawatrikan menimpa kalian adalah perbuatan syirik asghar. Ketika
beliau ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab: ‘(contohnya) adalah riya’ ”(HR. Ahmad dan Ath Thabrani).
Wallahu
a’lam.
Fanspage
RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun
FB RUMAH BELANJA WHYLUTH
0 komentar: