Natal Tahun Baru Dan Toleransi
Kata
toleransi ini selalu berulang hampir disetiap waktu khususnya pada saat
menjelang acara-acara perayaan umat non muslim. Seperti saat ini, mendekati
waktu perayaan natal dan tahun baru nya umat kristiani. Kata toleransi ini
banyak bertebaran di berbagai media masa dan medsos yang ada. Namun terkadang
kita dapati penggunaan kata toleransi ini disalah artikan oleh sebagian orang
untuk memojokkan umat Islam yang konsisten berpegang teguh dengan keyakinan di
dalam Agamanya.
Mari
kita tengok kembali, sebenarnya apa yang dimaksut dengan kata toleransi, apa
yang diinginkan pada kata ini dan bagaimana kaitannya dengan agama kita. Jika
dilihat dari definisinya maka makna toleransi adalah membiarkan orang lain
berpendapat lain, melakukan hal yang tidak sependapat dengan kita, tanpa kita
ganggu ataupun intimidasi. istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap
dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat
diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. (Wikipedia.Org) Di dalam KBBI
juga disebutkan salah satu arti dari kata toleransi adalah batas ukur untuk
penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Dari sini maka kita dapati toleransi itu melarang adanya
diskriminasi dan pemaksaan terhadap suatu pendapat atau keyakinan walaupun itu
mayoritas. Dan toleransi itu bukan berarti ikut-ikutan terhadap apa yang diyakini
orang lain khususnya dalam permsalahan agama. Karena pada hakikatnya setiap
agama memiliki akidah dan kepercayaannya masing-masing yang tiap-tiap individu
tidak boleh memaksakan keyakinan satu dengan yang lainnya.
Tentu secara sederhana dapat kita pahami, bahwasannya
toleransi itu tidak mengharuskan partisipasi. Kita mentoleransi orang lain
melakukan apa yang mereka yakini, maka bukan berarti otomatis kita harus
berpartisipasi pada apa yang mereka kerjakan.
Ketika umat nasrani merayakan Natal, Tahun Baru dan
sejenisnya, kita mentoleransi mereka dengan tidak mengganggunya apalagi sampai
melakukan pengeboman atau menteror. Begitu pula umat agama lainnya, ketika
mereka merayakan hari raya mereka, kita mentoleransinya dengan tidak
menganggunya, tidak membuat kericuhan, keributan dan ketidak amanan.
Namun toleransi disini bukan berarti kita ikur serta dalam
perayaan ataupun ikut bersuka cita di dalam acara mereka. Karena Islam memiliki
akidah tersendiri yang tidak boleh di campur adukan dengan kayakinan dari agama
lain. Jika seandainya ketika acara hari raya umat lain seperti kriten atau
selainnya umat Islam ikut bersuka cita menyambutnya, mengucapkan selamat
kepadanya, mendukung, dan memeriahkannya, maka tentu ini dapat berakibat pada
pencapur adukan antar agama. Padahal agama Islam berlepas diri dari agama-agama
Lain, karena Agama yang diterima di sisi Allah adalah hanya Islam. Sementara
jika kita ikut andil di dalam acara perayaan agama lain maka seolah-olah kita
tidak yakin akan kebenaran Islam, bahwasannya Agama Islamlah satu-satunya agama
yang diterima di sisi Allah.
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Agama yang diterima di sisi
Allah hanyalah Islam” (QS. Ali Imran: 19)
Allah ta’ala juga berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Ali Imran:
85)
Jika kita ikut-ikutan dalam
kegiatan dan acara-acara agama lain, seolah olah kita tidak berlepas diri dari
agama yang tidak di ridhoi, dari agama yang tidak diterima Allah. Padahal
jelas-jelas jika Allah membenci sesuatu, maka tentu kita harus menjauhinya, dan
membencinya tanpa meninggalkan berbuat adil terhadap mereka. Dan berbuat adil
bukan berarti mencapur adukan keyakinan beragama sehingga seperti tidak ada
batas keyakinan akidah Islam dengan akidah yang lainnya. Wallahu a’lam.
NB : Jika ada kesalahan,
mohon dikokoreksi.
Fanpage RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun FB Rumah Belanja Whyluth
0 komentar: