Mendidik Anak Dengan Kasih Sayang
Melihat anak yang masih kecil merupakan sebuah
kebahagiaan bagi orang tua. Tingkah yang lucu, penampilan yang imut, atau sikap
mereka yang masih lugu membuat tertarik untuk menggoda. Rasa sayang kepada
mereka membuat orang tua tak segan menyempatkan untuk menggendong, mencium,
atau sekadar menegur sapa. Memang, anak-anak sangat pantas untuk disayangi.
Betapa tidak, keterbatasan kemampuan membuat mereka
sangat butuh bantuan orang dewasa. Terlebih dari orang tua mereka, di mana
keseharian dilalui bersama. Pun orang tualah yang Allah beri amanah untuk
mendidik dan mengasuh mereka.
Di dalam agama Islam, kasih sayang terhadap anak kecil
merupakan sikap terpuji yang sangat ditekankan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam banyak hadist mengajarkannya kepada kita. Sebutlah
peristiwa yang dinukilkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau
berkata :
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium
Hasan bin ‘Ali. Ketika itu di dekat beliau ada Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimiy
sedang duduk. Maka dia berkata, ‘Aku punya 10 anak, namun aku belum pernah
mencium seorang pun dari mereka’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
lantas melihatnya kemudian bersabda, “Barang siapa yang tidak menyayangi
maka dia tidak akan disayangi.” [H.R. Al-Bukhari dalam Al Adabul
Mufrad no.91 dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrad]
Dalam kesempatan yang lain, bahkan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam memberi ancaman bagi orang yang tidak menyayangi anak
kecil. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu juga, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
“Barang siapa tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak
mengetahui hak orang tua diantara kami, maka dia bukan termasuk golongan kami.”
[H.R. Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 353 dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam
Shahih Al-Adabul Mufrad].
Dan masih banyak teladan dari beliau dalam masalah ini.
Sehingga sangat mengherankan tatkala kita mendengar ada orang tua yang tega
menelantarkan anaknya. Bahkan tak sedikit pula mereka yang tega menyakiti dan
menyiksa darah daging dan buah hatinya. Entah karena kesalahan anak atau alasan
lain. Tidakkah perih hati mereka melihat anak-anaknya merasa kesakitan?
Tidakkah tersisa perasaan sayang terhadap buah hati dalam jiwa mereka?
Memang anak yang bersalah dan ini wajar muncul dari
mereka orang tua diperbolehkan menghukumnya. Namun meski menghukum, hendaknya
orang tua tetap melakukannya dengan kasih sayang. Hendaknya hukuman itu
bersifat pengajaran bukan penyiksaan. Yaitu hukuman yang betujuan agar anak
tahu kesalahan mereka dan berusaha untuk tidak mengulanginya. Bukan hukuman
membabi buta yang justru menumbuhkan kebencian pada diri anak terhadap orang
tua. Kita berlindung kepada Allah dari hal demikian.
Sehingga semestinya orang tua menjadi seorang pendidik
yang baik. Memberikan teladan kepada anak-anak dalam tutur kata dan perbuatan.
Menginginkan kebaikan ada pada diri dan anak-anak mereka, dalam wujud
memberikan pendidikan dengan kasih sayang. Hendaknya orang tua ingat, bahwa
nanti mereka akan ditanya tentang apa-apa yang mereka berikan terhadap
anak-anak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
“Sesungguhnya Allah akan menanyai setiap pemimpin
tentang apa yang dipimpinnya. Apakah dia menjaganya, atau menyia-nyiakannya.
Sampai-sampai seseorang akan ditanya tentang keluarganya.” [H.R. An-Nasa’i
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 1636]
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberi petunjuk
kepada kita agar bisa mendidik buah hati kita dengan sebaik-baiknya. Amin. Wallahu
a’lam bish shawab. [Ummu Umar].
Dikutip dari Majalah Tashfiyah Edisi 15 Volume 02, dengan
sedikit perubahan judul.
0 komentar: