Catatan Ringan Calon Pemimpin
Mendekati
masa-masa pemilu, begitu banyak kita lihat di pinggir-pinggir jalan, di
komplek-komplek berbagai macam gambar-gambar artis dadakan. Dengan berbagai
cara mereka berlomba-lomba mendapatkan suara rakyat untuk dapat maju menjadi
pemenag di arena pemilu.
Untuk
menggapai kemengan di arena pemilu ini, banyak calon-calon yang mengerahkan
segala upaya dari segi finasial, moral maupun sosial dalam berkampanye. Bahkan
jika kita lihat dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, kita akan dapati karena
totalitasnya dalam berkampanye dan menghabiskan seluruh hartanya, ketika tidak menang
pemilu dan tidak bisa mengganti pengorbanan yang telah ia lakukan akhirnya stress,
gila, ataupun bunuh diri.
Hal
ini menunjukkan betapa rapuh dan lemahnya calon-calon pemimpin yang seperti
ini. Dimanakan jiwa kepemimpinan mereka sehingga kita bisa memilihnya menjadi
wakil bagi masyarakat. Dimana keikhlasan mereka untuk dapat memajukan
masyarakat dan bangsa. Ataukah hanya sekedar keinginan untuk memperkaya diri,
atau mengejar tahta dan status sosial?
Inilah
yang harus menjadi perhatian bagi para calon – calon pemimpin di masyarakat.
Apakah ketika kita akan mengajukan diri atau diajukan menjadi pemimpin, kita
telah memenuhi kualifikasi menjadi seorang pemimpin? Atau apakah dalam diri
kita sudah terdapat jiwa kepimpinan sehingga kita layak menjadi pemimpin?
Atau
yang paling sensitive di saat – saat seperti ini adalah masalah keikhlasan.
Apakah kita ketika ingin mencalonkan diri atau di calonkan menjadi pemimpin
sudah terdapat keikhlasan di hati kita? Dan apakah tujuan kita tahta atau
keridhoan Allah jalla jaluhu?
Sehingga
dalam setiap amalan, setiap kegitan haruslah di hubungkan dengan kampanye.
Bahkan tidak sedikit kita lihat di acara-acara sosial, fasilitas-fasilitas
sosial ramai di tempeli berbagai macam foto manusia, foto calon-calon,
gambar-gambar parti.
Yang
jadi pertanyaannya adalah apakah begitu mahalnya keilhlasan untuk beramal
sosial? Sehingga apapaun harus ada embel-embel dan gantinya. Apakah engkau sudi
akhiratmu di tukar dengan dunia yang tidak kekal, dunia yang telah di laknat
Allah, atau jabatan dan tahta yang rendah di dunia. Atau tidak takutkan engkau
dengan balasan Allah kelak di akhirat?
Ingatlah
bahwa setiap apapun yang kita perbuat pastilah kelak kita akan mempertanggung
jawabkannya, apalagi seorang pemimpin. Dan kita adalah seorang pemimpin, maka
berhati-hatilah dalam memimpin. Seperti yang telah di sabdakan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
hadits yang shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari
Ibnu Umar yang berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin & akan dimintai pertanggungjawaban
atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin & akan dimintai pertanggungjawaban
atas kepemimpinannya & seorang laki-laki adalah pemimpin dlm keluarga &
akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, & wanita adalah
penanggung jawab terhadap rumah suaminya & akan dimintai tanggungjawabnya
serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya & akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Setiap
perbutan anak adam pun pasti akan dimintai pertanggung jawabab meski sekecil
biji zarahpun. Seperti yang kita hafal bersama dala kallamullah ‘azza wa jalla dalam surat Al-Zalzalah ayat
7-8 :
“Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula.“
Maka
jangankan kita ingin menjadi seorang pemimpin bagi masyarakat, menjadi pemimpin
bagi dri kita, dan keluarga sendiripun merupakan hal yang berat. Betapa banyak
dari kita yang masih belum bisa menjadi pemimpin bagi diri sendiri sehingga
masih sering kita menjadi pengkut hawa nafsu. Batapa sering kita mengetahui
kebaikan namun masih kalah dengan ajakan syaiton untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Maka
setiap diri seharusnya mampu menimbang nimbang, sudah berada diposisi manakah
keadaan kita saat ini. Apakah layak menjadi pemimpin masyarakat ataukah menjadi
pemimpin dalam keluargapun belum, atau bahkan belum mampu memimpin diri sendiri.
Jika
setiap pemimpin mampu menimbang-nimbang perkara ini, maka niscaya akan sedikit orang
yang berani maju menjadi pemimpin.
Dan
ingatlah wahai calon-calon pemimpin, bahwa hukum bagi seorang muslim hanyalah
bersumber dari dua sumber yaitu kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada
hukum yang lebih tinggi dari kedua sumber tersebut. Maka takutlah ketika kita
mengambil hukum bukand ari sumber hukum Islam. Karena kebenaran hanyalah dari
kedua hukum terbut. Kebaikan hanya dari dua sumber tersebut, dan tidak ada
kemslahatan, kabikan, keadilan kecuali dengan berhukum dengan hukum Allah ‘azza wa jalla. Wallahu a’lam.
Halaman Fanpage RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun Facebook Rumah Belanja Whyluth
www.RumahBelanjaMuslim.Blogspot.Com
Akun Facebook Rumah Belanja Whyluth
www.RumahBelanjaMuslim.Blogspot.Com
0 komentar: