Kerugian Cinta Dunia
Sumber gambar : Fanpage BBG AS SUNNAH |
Jika
kita melihat dunia, maka niscaya kita akan melihatnya hijau dan begitu
indahnya. Perhiasan di dalamnya sangatkah menarik yang siap membius setiap
hati-hati yang kosong dari harapan akhirat.
Dikarenakan
begitu menariknya perhiasan dunia ini, banyak manusia bahkan seorang muslim, mereka
begitu antusiasnya mengejar dunia. Sampai-sampai urusan akhiratpun ia lalaikan
kerana kesibukan pencariannya terhadap dunia. Ia bekerja keras siang dan malam
hanya untuk meraih dunia dan segala perhiasannya. Sampai – sampai ia lupakan
urusan akhirat yang lebih penting dari itu semua.
Saat
ini kita juga melihat fenomena yang
lebih parah dari manusia yang hanya sekedar cinta dunia dan terlupa terhadap
akhirat, yaitu orang-orang yang mengejar dunia namun ia kejar dunia ini menggunakan
amalan akhirat. Ia jadikan amalan akhirat, ibadahnya untuk mencari dunia. Ia
perbagus, ia perbanyak amalan yang menurutnya amalan shalih, guna untuk
mendapatkan dunia, mendapatkan ketenaran, dan mendapatkan popularitas.
Betapa
sedih ketika kita melihat kenyataan ini. Saudara-saudara kita terjerat dengan
perhiasan dunia dan terlupa akan urusan akhiratnya kelak, terlupa akn keikhlasa
dalam beribadah, terlupa akan tanggung jawab kehidupannya didunia. Padahal seandainya
ia tahu bahwasannya keindahan dunia ini adalah keindahan yang semu, kebahagiaan
dunia ini adalah kebahagiaan yang semu, maka niscaya ia akan tinggalkan
urusannya yang begitu banyak untuk meraih pahala akhirat. Mari renungkan firman
Allah subhanahu wa ta’ala berikut,
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu
serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia
ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)
Jangan sampai kita sebagai seorang muslim menukar akhirat
kita yang kekal hanya untuk dunia yang sementara. Juga perlu diketahui
bahwasannya dalam kitab tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menuliskan
dalam satu bab yang menyatakan bahwasannya termasuk kesyirikan menginginkan
dunia dengan amalan ahirat.
Untuk
manjauh diri dari mencintai dunia secara berlebihan, maka baik bagi kita mengetahui
beberapa kerugian dari para pencari dunia yang lupa akhirat. Sebagaimana telah
disebutkan tiga hal berkaitan dengan para pencita dunia oleh Ibnul Qoyyim.
Beliau berkata bahwasannya, “Orang yang
mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga hal, Kekalutan yang terus menerus,
kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir.
Maka kerugian para pecinta dunia ini jika dijabarkan akan
sangatlah banyak. Berikut dibawah ini beberapa poin minimal kerugian para
pecinta dunia lainnya. Mudah-mudahan dengan kita mengetahu kerugian-kerugian
ini, dapat menjauhkan diri kita dari sikap cinta dunia yang berlebihan dan lupa
dari akhirat kita.
·
Tidak Pernah Puas
Ketika
seorang manusia yang dalam hidupnya tujuan utamanya adalah meraih dunia, maka
niscaya mereka tidak akan pernah puas akan apa yang ia dapatkan terhadap dunia
ini. Seandainya ia diberi dua lembah, maka niscaya ia akan mencari lembah yang
kegita, dan begitulah seterusnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda mengenai hal ini bahwa, “Seandainya seorang manusia memiliki
dua lembah (yang berisi) harta (emas) maka dia pasti (berambisi) mencari lembah
harta yang ketiga“
(HR. Bukhori dan Muslim).
Padahal kalaupun kita ikuti hawa nafsu kita untuk mengejar
dunia ini, maka niscaya kita tidak akan mendapatkan dunia seluruhnya, karena
manusia itu terbatas, baik kemampuan maupun usianya. Maka ketika kita
mengetahui manusia itu serba dalam keterbatasan, janganlah ambisius mengejar
dunia yang tidak mungkin kita dapatkan seluruhnya karena keterbatasan manusia,
hingga akhirnya rugi di dunia dan rugi di akhirat kelak.
·
Kesedihan
Disebabkan
seorang manusia pencari dunia yang tidak pernah mendapatkan apa yang ia
inginkan dan selalu haus akan dunia yang tiada berujung, maka kesedihanlah yang
akan ia dapatkan. Ia tidak dapat merasakan kebahagiaan yang hakiki dimana
kabahagiaan ini berada di dalam setiap hati-hati setiap muslim.
Seorang
pencari dunia yang fokusnya hanya terhadap duni dan perhiasannya, tidak pernah
bersyukur, apalagi ridho terhadap apa yang Allah berikan kepadanya. Ia selalu
merasa kurang, dan kurang, ia selalu merasa sempit dan terus menyempit, dan ia
tidak pernah merasa lapang didadanya terhadap takdir Allah. Masalah-demi
masalah ia dapati dengan hati yang kalut, kacau dan jauh dari rahmat Allah subhanahu
wa ta’ala. Akhirnya ia tak mampu Manahan beban pikirannya, dan ia akhiri
hidupnya.
Ini
merupakan kenyataan yang kita saksiskan bersama. Berdasarkan penelitian
ternyata negeri-negri yang mayoritasnya orang kafir ternyata tingkat bunuh
dirinya sangat tinggi. Coba kita lihat seperti jepang, betapa majunya peradaban
dunia disana, namun ternyata apa, karena kebanyakannya meraka jauh dari Agama
Allah dan hanya berfokus pada dunia saja, akhirnya seperti yang kita lihat
bahwa Negri Jepan merupakan negeri dengan tingkat bunuh diri yang tinggi.
Kebanyakan penyebabnya adalah frustasi, stress dan semacamnya. Yang ini
dikarenakan salah satunya mereka tidak bisa merasakan apa yang hanya dirasakan
oelh seorang muslim yang merupakan sumber kebahagiaan hati-hati manusia.
Maka
patutlah bagi setiap muslim kita bersyukur, bahwasannya hanya pada hati-hati
seorang muslim kebahagiaan. Dimana Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua perkara
(yang menimpanya) adalah kebaikan baginya dan tidaklah hal ini terjadi kecuali
hanya pada diri seorang mukmin. Jika dia mendapat
kebahagiaan dia bersyukur maka hal ini adalah baik baginya. Dan jika tertimpa
musibah dia bersabar maka itu juga baik baginya.” (HR. Muslim)
·
Kesulitan
Dikarena
seorang manusia itu selalu sibuk dengan dunianya, ia tidak kenal lelah
mengejarnya, dan hari-harinya hanya dipenuhi kesulitan demi kesulitan tanpa ada
tempat ia bersandar. Ketika ia mengalami berbagai masalah, maka Allah lepaskan
urusannya kepada manusia tersebut, hingga akhirnya hanya purtus asa yang dapat
dirasakan oleh para pencari dunia.
Tidak
ada kemudahan bagi para pencinta dunia, karena ia tidak pernah memintanya
kepada Allah. Ia lepasakan kemampuannya seluruhnya untuk menggapai dunia,
sebagaimana Qorun yang bangga dengan dirinya, bahwasannya apa yang ia raih dari
harta dan perhiasan dunia ini adalah hasil jerih payahnya, hasil kecerdasannya
hingga akhirnya Allah hancurkan mereka.
Dan
tidaklah dari kesulitan dunia ini bagi para pencinta dunia, pencari dunia
kecuali menghasilkan kesulitan juga kelak diakhirat akibat minimnya amalan atau
bahkan nihilnya amalan. Maka ini adalah kerugian diatas kerugian.
·
Tidak Mengenal Kebahagiaan
Tentu
bagi seorang pecinta dunia, yang foskusnya hanya pada pencariannya terhadap
perhiasan dunia dan seisinya ia hanya mengetahui bahwasannya kebahagiaan itu
tempatnya pada harta benda, pada materi yang mungkin bisa ia dapatkan, pada
wanita-wanitanya, pada tahta dan jabatan-jabatan dunaiwi dan semua dari
perhiasan dunia. Ia seorang pecinta dunia tidak mengetahu bahkan tidak mengenal
sumber kabagiaan yang haqiqi, ia tidak mengenal apa itu yang dapat menenangkan
hati dan memunculkan kebahagiaan meskipun dalam keadaan sempit.
Ketidaktahuan
ini, kdikarenakan ia lupa menuntut ilmu syar’i. Ia tinggalkan majlis-majlis
ilmu hingga akhirnya ia jauh dari ketenangan, ia jauh dari kebahagaiaan. Karena
ketenangan dan kebahagiaan itu terdapat pada mejlis ilmu syar’i. Dengan
menuntut ilmu kita mengetahui jalan-jalan kebahagiaan yang haqiqi di mana di
dalam majlis itu para malaikat mengepakkan sayapnya dan Allah turunkan rahmah
di dalamnya. Allah jadikan hati-hati seorang muslim yang mau belajar, yang
mengetahui ilmu, dan beramal shalih menjadi hati yang selamat dari berbagai
macam fitnah syubhat maupun syahwat.
Hati
seorang muslim yang memiliki ilmu mengenai keimanan terhadap takdir, maka ia
tidak akan bersikap kecuali menerima, bahkan ridho terhadap takdir yang Allah tetapkan
untuknya. Hatinya menjadi lapang dan semua urusannya menjadi baik sebagaimana
yang telah disabdakan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sungguh
menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua perkara (yang menimpanya) adalah
kebaikan baginya dan tidaklah hal ini terjadi kecuali hanya pada diri seorang
mukmin. Jika dia mendapat
kebahagiaan dia bersyukur maka hal ini adalah baik baginya. Dan jika tertimpa
musibah dia bersabar maka itu juga baik baginya.” (HR. Muslim)
·
Tidak Tenang
Seperti
poin diatas, bahwa hati seseorang yang selalu terpaut hanya kepada dunia tidak
akan pernah merasa tenang. Ia tidak
mengenal ketenangan karena ia tidak mendatangi tempat-tempat sumber ketenangan.
Ia jauh dari masjid, ia jauh dari beribah kepada Allah, ia lupa bahwasannya
kahirat itu kekal.
Dalam
fikiran seorang yang berlebihan dalam mencitai dunia hanyalah bagaimana cara
mengejar dunia dan mengesampingkan akhirat. Mereka berusaha menuntut ilmu dunia
sementara lupa terhadap ilmu akhirat. Padahal ketenagan itu berada pada ilmu
Agama dan bukan pada harta-harta dan perhiasan dunia lainnya. Bahkan dalam
al-Qur’an Allah berfirman, bahwasannya ketenangan itu seumbernya adalah dengan
mengingat Allah, mari renungkan irman Allah berikut, “Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat)
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS Ar-Ra’du : 28).
·
Sibuk
Sebagaimana
seorang muslim yang menempatkan dunia di tangan mereka dan akhirat di hati
mereka, maka sehari-harinya seorang muslim itu sibuk dan terus sibuk dalam
perbekalannya menuju kampung halamannya akhirat kelak, dan para pecinta dunia
pun tidak kalah sibuk, mereka terus berlomba-lomba, mereka terus bekerja keras
untuk mendapatkan dunia dan perhiasannya hingga mereka lupa bahwa kelak mereka
mati juga dan hilanglah kebahagian yang mereka idam-idamkan itu. Berbeda dengan
seorang muslim yang sibuk dengan urusan akhiratnya, maka mereka menyadari bahwa
setiap yang bernyawa pasti akan mati, dan setelah kematiannya itu adalah
kehidupan baru baginya menanti ampunan Allah dan rahmat yang besar serta
pahala-pahala berupa kebahagiaan yang haqiqi.
·
Kesuksesan Yang Menipu
Tentu
telah kita dapati di mayoritas masyarakat kita saat ini banyak yang mengukur
kesuksesan itu adalah kesuksesan duniawi. Seorang dikatakan sukses ketika ia
berhasil mendapatkan harta yang melimpah, pendidikan yang tinggi, rumah yang
mewah, mobil yang banyak, dan jabatan yang tinngi.
Padahal
jika ini semua tidak dibarengi dengan taqwa kepada Allah maka pada hakikatnya
ini bukanlah kesuksesan yang benar. Ini hanyalah kesuksesan yang semua,
kesuksesan yang menupu. Karena dengan hartanya, dengan jabatannya, dengan
pendidikan ia tidak bisa selamat dari Neraka Allah maka sesungguhnya inilah
hakikat kerugian.
Lalu
apa itu kesuksesan yang haqiqi, kesuksesan yang benar, kesuksesan yang abadi? Ketahuilah
bahwasannya kesuksesan ini hanya terjadi pada diri seorang muslim. Ia sukses
dan memang ketika ia selamat dari api Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga oleh
Allah subahanahu wa ta’ala sebagaimana firman Allah, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)
Maka beberapa poin diatas hendaknya dapat menyadarkan kita
semua ketika saat ini kita berada pada titip dimana hati kita terlalu cenderung
terhadap dunia. Hendaknya kita sadari bahwa akhirat kita lebih utama dan lebih
kekal Jangan takur akhirat yang kekal ini dengan dunia yang sementara dan yang
perhiasan dan kesenangan di dalamnya hanyalah permainan belaka.
Mari kita simak perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
yang pernah mengatakan bahwa, “Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah
(surga), barangsiapa yang belum masuk ke dalam surga di dunia ini maka dia
tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti”
Makna “surga dunia” ini adalah adalah kecintaan yang utuh dan
makrifah kepada Allah subhanahu wa ta’ala serta selalu berdzikir
kepada-Nya, yang dibarengi dengan perasaan tenang, dan damai ketika mendekatkan
diri kepada-Nya, serta selalu mentauhidkan Allah dalam kecintaan, rasa takut,
berharap, bertawakkal (berserah diri) dan bermuamalah, dengan menjadikan Allah Ta’ala satu-satunya
yang mengisi dan menguasai pikiran, tekad dan kehendak seorang hamba. Inilah
kenikmatan di dunia yang tiada bandingannya yang sekaligus merupakan qurratul ‘ain (penyejuk
dan penyenang hati) bagi orang-orang yang mencintai dan mengenal Allah.
Link Grosir Gamis Syar'i
Fanpage kami RUMAH BELANJA
MUSLIM
Akun FB kami RUMAH BELANJA
Whyluth
Artikel : Kerugian Cinta Dunia
0 komentar: