Jangan Malu!


jangan malu
Bismillah..
Sebuah fenomena yang terjadi di zaman kita sekarang ini, zaman dimana jarak antara kita dan zaman ke emasan sangatlah jauh, yaitu fenomena malu mengamalkan Sunnah (ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).  Dimana jika di zaman kemesan manusia berlomba-lomba dalam mengamalkan ajaran Islam, mengamalkan sunnah, namun di zaman ini, banyak orang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam namun banyak yang enggan mengamalkan syariatnya. 

Kita ketahui bersama, memakai busana syar’i yang menutupi seluruh aurat yang seharusnya ditutup merupakan bagian dari syariat Islam, namun berapa banyak saat ini muslimah yang membuka auratnya secara terang-terangan di tempat-tempat umum dan ternyata mereka mengaku sebagi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika dikatakan bahwasannya Islam mengajarkan kepada umatnya khususnya muslimah untuk menutupi aurat mereka ketika diluar rumah, sebagian mencela, sebagian bertanya “masa segitunya”, sebagian acuh, sebagaian lagi malu memakai busana yang tertutup dll.

Kita juga ketahui berjenggot / memelihara jenggot / membiarkan jenggot tumbuh merupakan bagian dari syariat Islam dengan berbagai macam dalil yang mendukungnya. Dan bahwasannya para Nabi pun berjenggot. Namun di zaman ini, banyak yang mengingkarinya, entah dibantah dengan logikanya yang sakit, atau dibantah dengan menyimpangkan makna dalil, atau dibantah dengan nafsunya. Namun banyak juga yang mengakui bahwasannya ini merupakan bagian dari syariat Islam namun mereka malu memelihara jenggot karena banyak celaan padanya, seperti kambinglah, gak punya pencukur, atau sejenisnya dari cacian yang dapat membahayakan diri seorang muslim yang mengatakannya. Karena mencaci orang yang mememihara jenggot sejenis dengan mencaci atau mencela bagian dari syariat Islam.

Juga kita mengetahui mengucapkan salam kepada saudara kita sesama muslim merupakan sunnah dan bagian dai syariat Islam. Namun banyak dari kita yang malu untuk memulai mengucapkan salam kepada saudaranya sesama muslim. Atau bahkan enggan mengucapkan salam, atau menjawab salam kepada / dari sesama muslim karena beda ustadz tempat ngaji.

Lalu, bagaimana kita bisa meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika kita enggan dan malu melaksanakan syariat baliau. Entah enggan karena nafsu, karena malu, ataupun karena syubhat.

Betapa banyak umat muslim di zaman kita ini, namun banyak ini tidak menunjukkan kualitas. Bahkan banyaknya umat muslim ini ibarat buih di sungai.

Maka apakah kita berbangga dengan banyaknya kuantitas namun minim kualitas ini. Maka hendaknya saat ini juga kita perbaiki diri kita. Kita bersatu diatas jalan yang lurus, yaitu jalannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dikuti para Sahabatnya dengan baik. Tinggalkan rasa malu yang dapat menyebabkan kita jauh dari syariat Islam. Tinggalkan nafsu yang membuat kita terpecah belah. Mari kita bersatu diatas manhaj yang haq. Mari kita bersatu diatas agama Allah, diatas agama Islam. Tinggalkan berkelompok-kelompok yang menyebabkan hati-hati kita bercerai berai, yang menyebabkan hati-hati kita berpecah, yang menyebabkan ukuran loyalitas tidak lagi Islam.

Mudah-mudahan dengan kita tinggalkan semua penyebab-penyebab, dan penghalang dari dari kabaikan ini, umat Islam dimenangkan Allah di muka bumi ini. Dan tidak ada lagi malu untuk menjalankan syariat Allah, tidak ada lagi malu memakai simbol-simbol Islam. Yang ada kecintaan terhadapnya, dan semangat untuk menegakkannya dibumi Allah ini. Wallahu a’alam.


0 komentar: