Mencandai Syariat
Bercanda
merupakan hal yang sering dilakukan oleh manusia. Terkadang bercandang ini juga
berkaitan dengan pembawaan seseorang. Maka tidak heran terkadang banyak kita
lihat orang yang sangat sering bercanda, dan hampir seluruh perkataannya
mengandung canda, namun ada juga orang yang sangat sulit bercanda sehingga
kesan yang ditimbulkan darinya adalah serius terus.
Lalu
apakah bercanda itu dilarang dalam dalam syariat Islam? Tentu bercanda yang
sewajarnya ini tidak ada larangan dari syariat Islam. Bahkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun ternyata juga pernah bercanda. Namun jika bercanda
itu diluar batas wajar, terlalu sering maka ini dapat membahayakan hati seorang
hamba. Hal ini sebagaimana Nasehat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berikut,
“Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan
mematikan hati.” (Hadits Hasan Riwayat Tirmidzi)
Berkaitan
dengan bercanda ini, kita dapatkan di sekitar kita saat ini begitu banyak orang
yang berlebihan dalam bercanda. Bahkan candaan tersebut dapat membahayakan
keIslamannya. Dimana dengan candaan tersebut seorang muslim bisa mandapatkan
ancaman yang sangat keras yaitu keluar dari Islam.
Coba
kita lihat dilingkungan sekitar kita saat ini, betapa banyak saudara-saudara
kita yang sangat hobi bercanda / mentertawakan syariat Islam. Seperti yang saat
ini tidak asing ditelinga kita bahwasannya mereka mencandai syariat
memanjangkan / membiarkan jenggot panjang seperti kambing, mencandai syariat
menutup aurat dengan busana yang tertutup dengan warna yang gelap-gelap sebagai
istri teroris, orang aneh, mencandai dan meledek seorang laki-laki yang memakai
celana diatas mata kaki seperti kebanjiran dan lain sebagainya.
Jika
anda juga termasuk orang yang suka / pernah mencandai syariat-syariat Islam,
maka hendaknya kita melihat kembali Firman Allah ta’ala berikut,
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ
وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ
لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka
lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanya
bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: "Apakah dengan
Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu
minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman (At Taubah : 65-66).
Sebab turunnya ayat ini,
Dahulu
ketika dalam peristiwa perang tabuk ada sekelompok manusia bersama Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dan mereka adalah muslimin, kemudian dalam suatu
majelis ada yang mengatakan: “Kita tidak pernah melihat seperti para qurro’ (pembaca-pembaca)
kita ini yang paling dusta lisannya, paling buncit perutnya (paling rakus dalam
makan), paling penakut ketika bertemu musuh”, mereka memaksudkan dengan
ucapannya itu adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat
beliau.
Maka berkatalah
Auf bin Malik kepadanya: “Omong kosong yang kamu katakan. Bahkan kamu adalah
munafik. Niscaya akan aku beritahukan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam ”. Lalu pergilah Auf kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
untuk memberitahukan hal tersebut kepada Beliau. Tetapi sebelum ia sampai,
telah turun wahyu Allah kepada Beliau. Ketika orang itu datang kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau telah beranjak dari tempatnya
dan menaiki untanya. Maka berkatalah dia kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah!
Sebenarnya kami hanya bersenda-garau dan mengobrol sebagaimana obrolan
orang-orang yang bepergian jauh untuk pengisi waktu saja dalam perjalanan kami”.
Ibnu
Umar berkata,”Sepertinya aku melihat dia berpegangan pada sabuk pelana unta
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , sedangkan kedua kakinya
tersandung-sandung batu sambil berkata: “Sebenarnya kami hanya bersenda-gurau
dan bermain-main saja”, dalam keadaan Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam tidak menoleh sedikitpun kepadanya dan beliau hanya membacakan atasnya
(kepadanya) ayat ini, “Apakah terhadap Allah,
ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
Lihatlah wahai saudaraku, orang yang bersenda gurau, orang
yang mencandai syariat, orang yang mencadai Rasulullah shallallahu ‘laihi wa
sallam dalam ayat ini, mereka telah ikut serta dalam perang tabuk, mereka
bersama Rasululllah namun ternyata akibat candaannya ini mereka tidak
dimaafkan, padahal betapa besar jasa mereka.
Sementara kita, apa yang telah kita perbuat untuk agama ini,
apa yang telah kita lakukan untuk agama ini, sehingga kita dengan berani
mencandai, meledek, dancela bagian dari syariat Islam ini?
Jika seandainya maksut bercanda anda itu bukanlah syariat
memelihari jenggot, bukan syariat memakai kain / celana diatas mata kaki akan tetapi
yang anda maksut adalah individunya, orangnya, fisik pelakunya, maka mungkin
anda dapat terlepas dari ancaman seperti dalam ayat ini. Namun bukankah candaan
anda dengan merendahkan fisik orang lain apalagi orang yang menjalankan syariat
Islam ini adalah sebuah pencelaan, penghinaan / pelecehan? Lalu apakah mencela
orang lain, merendahkan orang lain, menghina orang lain adalah halal? Ditambah
lagi yang anda hina ini adalah orang yang ta’at menjalankan salah satu syariat
Islam, bukankah ini juga merupakan beban dosa tambahan bagi pelakunya?
Mungkin jika seandainya, kita di zaman ini, atau khususnya
orang-orang yang suka mencandai syariat Islam seperti jenggot atau selainnya
itu hidup di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apakah tetap
mereka akan mencandai syariat ini yang ternyata bentuk fisik Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memelihara jenggot? Entah tidak tahu jika mereka ini
hidup di zaman Rasulullah apakah tergolong kaum muslimin yang bersama
Rasulullah ataukah justru berada di barisan kaum munafiqin.
Oleh karena itu, jika anda belum mampu menjalankan syariat
Islam ini, mungkin karena kejahilan, syubhat, ataupun nafsu, maka janganlah
sekali-kali mencandai syariat Islam. Mencela individunya saja dilarang yang
merupakan perendahan diri seseorang, apalagi merendahkan syariat, maka tentu
ini lebih berbahaya lagi. Wallahu a’alam.
Fanspage
RUMAH BELANJA MUSLIM
0 komentar: