Prioritas Dalam Mendidik Anak
Mendidik anak merupakan sebuah tugas
yang telah diembankan bagi setiap orang tua. Hal ini karena anak adalah titipan
bagi orang tua di dunia, dan kelak di akhirat akan ditanyakan perihal
pertanggung jawaban orang tua terhadap anaknya. Hal ini sebagaimana yang pernah
disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits
yang kita kenali bersama,
ألا
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته ، فالأمير الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته ،
والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم ، والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي
مسئولة عنهم ، والعبد راع على مال سيده وهو مسئول عنه ، ألا فكلكم راع وكلكم مسئول
عن رعيته
“Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap
kalian akan ditanya tentang orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (pemimpin
negara) adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang rakyat yang dipimpinnya.
Seorang lelaki/suami adalah pemimpin bagi keluarga nya dan ia akan ditanya
tentang mereka. Wanita/istri adalah pemimpin terhadap rumah suaminya dan anak suaminya
dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak seseorang adalah pemimpin terhadap
harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap
kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang yang
dipimpinnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Oleh karena itu, mendidik anak adalah hal yang sangat
penting yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua. Bukan orang lain yang
akan ditanya tentang anak-anaknya namun orang tua lah yang akan ditanya dan
akan mempertanggung jawabkan. Jika orang tua telah mendidik anak dengan baik
maka harapan kita anak akan menjadi anak yang sholeh yang kelak dapat
menghantarkan kita ke dalam surga Allah ta’ala, namun ketika kita sia-siakan
pendiidikan anak kita, kita serahkan anak kita full kepada pembantu, baby
sister atau sejenisnya, hanya karena untuk mengejar dunia, maka bersiaplah
dengan beban yang berat kelak kita akan bertemu dengan Rabb kita untuk
mempertanggung jawabkan semuanya.
Lalu yang menjadi penting harus diperhatikan oleh setiap
orang tua, apa kira-kira priorits pertama dan utama dalam mendidik anak? Apakah
sudah benar apa yang kita ajarkan saat ini kepada anak kita adalah hal yang
paling penting yang dapat menjadi landasan dan dasar kehidupannya kelak?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, maka mari kita
meneladani kisah seorang yang sholih yang di cantumkan di dalam al-Qur’an dalam
mendidik anak. Apa prioritas beliau, apa hal yang pertama yang beliau sampaikan
kepada anaknya dalam rangka mendidik anak. Mari simak firman Allah berikut,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.”
(QS. Lukman: 13).
Inilah perkara besar yang harus diperhatikan orang tua
dalam mendidik anaknya. Bukan peri hal anak bisa mendapat juara kelas, anak
bisa bergaul, anak bisa menghitug yang pertama kali haru kita perhatikan, namun
Tauhidlah yang yang mesti kita tanamkan kepada anak kita.
Sebagaimana Tauhid adalah perkara yang paling besar yang
dapat menghantarkan seorang manusia ke dalam kebahagiaan, maka Syirik juga
merupakan perkara terbesar yang merupakan sebab utama manusia sengsara dunia
akhirat. Maka dengan kita mengetahui perkara yang paling besar dalam hidup kita
ini, kita akan fokus padanya, dan fokus mendidik anak kita agar anak bisa
beramal sholih dengan tauhid yang lurus dan tidak mencapurnya dengan kesyirikan
karena kesyirikan adalah sebuah kedzoliman yang besar.
Jika dalam kehidupan sehari-hari takut berbuat dzolim
kepada manusia, mendzolimi anak, mendzolimi keluar karena masalah dunia,
masalah harta atau selainnya, maka bukankah kita seharusnya lebih takut lagi
berbuat Dzolim kepada Allah dengan kesyirikan?
Oleh karena itu, maka perhatikan perkara yang paling
besar ini. Jangan sampai karena kita cuek dengan perkara ini menggap ringan
sehingga secara tak sadar kita telah terjerumus dalam jurang kehancuran dengan
perbuatan syirik ini.
Jangankan kita, Nabi Ibrohim saja sang kekasih Allah
masih takut dirinya dan keluarganya terjerumus ke dalam kesyirikan, bagaimana
dengan kita? Apakah layak bagi kita merasa aman dari perkara terbesar ini?
Allah ta’ala berfirman mengenai doa Nabi Ibrohim untuk diri beliau keluarga
beliau agar dijauhkan dari kesyirikan,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
berkata: “Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari pada
menyembah berhala-berhala (shonam).” (QS. Ibrahim: 35).
Maka sangat tidak layak bagi kita di
zaman ini merasa aman dari perbuatan syirik. Dimana syirik ini sebagaimana yang
pernah dikatakan Ibnu Abbas sang mufasir adalah suatu perbuatan
dosa yang lebih sulit untuk dikenali dari pada jejak semut yang merayap
di atas batu hitam di tengah kegelapan malam.
Oleh karena itu, selayaknyalah kita
selalu berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari berbagai macam perkara syirik,
yang mengandung syirik ataupun yang mengarah kepada kesyirikan.
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ
لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu
agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun
pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
Fanspage RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun FB RUMAH BELANJA WhyLuth
0 komentar: