Mau Hidup Tenang? Jauhi Hasad

ingin hidup tenang jauhi hasad
Hidup tenang merupakan dambaan setiap muslim. Dan hampir setiap manusia menginginkan kehidupannya tenang. Banyak cara di tempuh manusia untuk menggapai kehidupan yang tenang ini, ada yang mencarinya dengan terus menerus menumpuk harta, terus menerus berkarir, terus menerus mengejar jabatan dan lain sebagainya.

Namun yang banyak dilupakan oleh manusia dalam mengejar ketenangan hidup ini adalah perkara hati. Banyak orang yang mengira ketenangan hidup ini berasal dari luar, dari materi, namun mereka melupakan perkara hati. Padahal jika kita perhatikan dengan baik hati ini perannya sangat besar dalam kehidupan manusia, namun sayang banyak orang lalai terhadapnya tidak memperhatikan kesehatan hatinya. Hingga akhirnya di dalam hatinya banyak terdapat penyakit ia pun tidak menyadarinya sampai kalaupun ia terus menerus mengejar apa yang ia anggap jalan-jalan untuk menggapai ketenangan hidup pun ternyata tidak ia dapatkan, karena masalah utamanya ada di dalam hati yang tidak pernah ia obati.

Salah satu penyakit hati yang banyak menghinggapi hati manusia adalah penyakit hasad. Penyakit ini sangat berbahaya bagi hati seorang muslim. Imbasnya dapat menimpa dirinya, orang lain bahkan masyarakat.

Lalu apakah yang dimaksud penyakit hasad ini? Jika di definisikan maka hasad dapat diartikan sebagai rasa tidak senang ketika orang lain mendapatkan nikmat dan memiliki keinginan agar nikmat tersebut di cabut dari orang yang bersangkutan. Berkaitan dengan hasad ini Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap menentang Allah Azza wa Jalla, karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah Azza wa Jalla atas hamba-Nya; padahal Allah Azza wa Jalla menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Allah Azza wa Jalla.”

Ketika penyakit hasad ini menempel di hati seorang hamba, maka hati yang di dalamnya terdapat penyakit hasad ini akan sulit mendapatkan ketenangan hidup. Ia sulit mendapatkan ketenangan hidup ini dikarenakan rasa tidak puas yang terus menerus berada di dalam hatinya yang membuatkan terus merasa resah, gundah gulana, dan terus berfikir hal yang tidak baik terhadap saudaranya agar nikmat yang Allah berikan itu tercabut darinya.

Coba kita lihat keadaan orang yang berpenyakit hasad ini begitu menyedihkan keadaannya. Dimana fokus orang tersebut bukanlah fokus akhirat, namuan justru seolah-olah dunialah tujuannya, sehingga ia tidak pernah ridho terhadap apa yang telah Allah tetapkan terhadapnya dari bagian di dunia atau bahkan ia merasa tidak adil terhadap ketetapan Allah. Waliyyadzubillah.

Maka jika kita menginginkan ketengan hidup hendaknya kita perhatikan hati kita, apakah hati kita terjangkiti penyakit hasad ini atau tidak. Ketika kita merasa penyakit hasad ini telah sedikit menjangkiti hati, jangan biarkan ia bertambah parah sehingga merusak hati kita. Segera mungkin hilangkan penyakit hasad ini dengan meyakini bahwasannya ketetapan Allah itu adalah sudah sebuah perkara yang paling adil, dan tidak akan Allah salah dalam memberikan takdir seorang hamba, baik dalam hal harta, tahta, ataupun ilmu.

Jika anda merasa hasad terhadap nikmat harta yang diberikan Allah terhadap seorang hamba, maka yakinilah harta ini bukanlah tujuan utama kehidupan seorang muslim. Karena tujuan kehidupan yang utama adalah kehidupan akhirat. Maka tidak perlu sewit, tidak perlu repot ketika melihat saudara anda memiliki kelebihan harta, cukup kita doakan harta yang didapatkan oleh saudara kita tersbut mudah-mudahan berkah dan membuahkan kebaikan.

Kalaupun kita tidak ridho terhadap ketetapan Allah ini, maka apa yang dapat kita lakukan? Mau protes? Mau marah? Toh tetap saja tinta sudah kering, dan anda tidak akan dapat merubah takdir. Perlu juga kita ketahui, bahwasannya harta / rizki itu sudah tetap bagi seorang hamba, dan harta ini tidak akan tertukar kepada satu orang ke orang lain. Dan inilah keyakinaan seorang muslim.


0 komentar: