Menimbang Validitas Berita
Di
zaman modern serba instan saat ini betapa mudah kita untuk mengakses
berita-berita dari luar sana. Terkadang berita itu tidak kita inginkan
mencarinyapun muncul di beranda-beranda media sosial yang kita buka. Bahkan
ketika kita mencari tulisan-tulisan yang baik, inslami, ilmiyah melalui media
internet terkadang berbagai macam suguhan berita yang tidak layak untuk
dibacpun muncul di jendela pencarian kita.
Mengenai
berita ini, maka tentu ada sumber yang mebawakan berita. Terkadang berita ini
bersumber sah dari kaum muslimin, terkadang bersumber dari orang-orang fasiq,
orang-orang non muslim, ataupun orang-orang munafiq yang menyamar sebagai
muslim.
Oleh
karena banyaknya kemungkinan dari sumber pembawa berita ini, maka tidaklah
serta merta berita yang disajikan kepada kita ini dapat kita telan
mentah-mentah dan mengkonsumsinya menjadi sebuah keberanan. Apalagi jika berita
itu berkaitan dengan agama kita, berkaitan dengan keyakinan kita, berkaitan
dengan kehormatan orang lain, dan sejenisnya.
Maka
ketika suatu berita banyak beredar di kaum muslimin, apalagi berita itu jelas
sumbernya dari kaum fasiq, dari kaum kafir, maka tentu lebih-lebih yang seperti
ini kita harus selektif lagi dalam menerimanya. Apalagi kalau orang fasiq itu,
orang kafir itu menyebar berita yang berkaitan dengan agama dan keyakinan kita.
Tentu saja kita harus ekstra hati-hati terhadao berita darinya.
Karena,
bisa saja berita yang ia buat, berita yang ia sebarkan itu mengandung unsur pemecah
belah umat Islam. Dengan memecah belah umat Islam ini, membuat keributan di
dalamnya, mebuat perselisihan, mengibarkan bendera peperangan terhadap
sesamanya, maka tentu akan semakin membuat lemah kaum muslimin saat ini yang
memang sudah lemah karena terpecah-pecahnya kita. Ketika umat Islam ini sudah
semakin lemah, maka dengan mudah saja orang-orang kafir itu, orang-orang jahat
/ fasiq itu menghancurkan kita, mencobak cabik kehormatan kita, sehingga
barisan kaum muslimin menjadi kocar kacir.
Maka selektiflah
dalam mengambil berita. Kalau saja dalam sebuah penelitian ilmiah di
kampus-kampus ataupun lembaga penelitian yang meneliti permasalahan dunia saja
ketika akan mengambil materi uji, pengambilan sampel yang akan dipergunakan
dalam penelitian saja harus diuji validitasnya, maka apalagi kalau materi
berita yang kita konsumsi itu berkaitan dengan Agama, berkaitan dengan akhirat
kita yang akan menjadi keyakinan kita dan tentu kelak akan kita pertanggung
jawabkan di hadapan Allah. Tidakkah akhirat itu lebih utama untuk kita
perhatikan ketimbang dunia?
Perhatikan,
Allah ta’ala telah berfirman di dalam al-Qur’an mengenai sikap seorang muslim
dalam menerima berita dari orang-orang fasiq sebagi berikut,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى
مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Al
Hujurat : 6).
Oleh
karena itu, marilah kita jadikan timbangan dalam kita bersikap khususnya dalam
penerimaan berita itu adalah sumber agama kita, yaitu al-Qur’an dan Sunnah yang
shahih. Jangan sekali-kali kita menjadikan tolok ukur kebenaran sesuatu itu
berdasarkan akal-akal kita yang lemah. Karena akal ini bukanlah hakim penentu
kebenaran dan kebaikan, akal hanyalah perantara untuk kita memahami dalil dalam
rangka menimbang sesuatu itu baik atau buruk.
Dan
ingatlah wahai saudaraku yang suka menyebar berita-berita yang tidak jelas
sumbernya, atau berita-berita yang memjokkan umat Islam yang asalnya dari
orang-orang fasiq. Ketika kamu tidak memiliki pengetahuan tentang perihal apa
yang diberitakan itu, kamu tidak memiliki ilmu, dan kayikinan yang Ilmiah
terhadap sebuah berita itu, maka tahanlah lisan-lisanmu untuk berucap. Bisa
jadi itu adalah sepela bagimu, namun besar di sisi Allah. Allah ta’ala berfirman,
وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّالَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ اللهِ عَظِيمٌ
“Kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak
kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal
dia pada sisi Allah adalah besar”. (An Nur : 15).
Wallahu
a’alam.
Fanspage
RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun
FB RUMAH BELANJA WHYLUTH
0 komentar: