Belajar Dari Seekor Burung
Burung
merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah yang termasuk dalam golongan hewan.
Mereka hidup bebas di luar sana. Mereka tidak dibekali akal seperti manusia
sehingga mereka bebas berbuat sesukanya.
Ternyata
ada yang menarik dari burung ini. Walaupun ia tidak dibekali akal seperti
manusia, mereka bebas berbuat apa saja yang mereka suka, namun ternyata yang
uniknya burung itu memiliki sifat tidak malas.
Diwaktu
manusia yang memiliki akal, budi pekerti pikiran yang yang dapat digunakan
untuk menimbang baik dan buruk, layak da tidak layak, masih saja kita dapati
banyak manusia yang malas. Betapa banyak manusia yang tidak mau tanggung jawab
terhadap hidupnya, sehingga ia gunakan waktunya berleha-leha, bersenang-senang,
berhura-hura tanpa mau bekerja, malas beramal sholeh, shingga kita dapati
dengan kebutuhan hidup yang tinggi yang tidak disertai bekal agama yang cukup
banyak dari manusia malas ini berbuat onar, berbuat kerusakan, merampas,
merampok, menjabret, mengambil hak orang lain dan lain sebagainya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Coba
bandingkan dengan seekor burung yang notabene makhluk ini tidaklah dibekali
akal sehingga ia mampu mebedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang
layak mana yang tidak layak. Ternyata mereka tidak seperti manusia yang malas.
Perhatikan burung-buung diluar sana, setiap pagi burung-burung itu akan terbang
dari sangkarnya untuk mencari makan dan ia tidak pulang kecuali setelah dalam
keadaan kenyang di sore / malam hari. Mereka giat mengais rizki dengan tanpa merasa
khawatir akan kekurangan rizki. Ia mencari rizki di luar sana, tanpa dibekali
pendidikan dan akal yang memadai seperti manusia.
Benarlah
apa yang di sabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
diriwayatkan dari Umar ibn Khoththob radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu‘alaihi
wa sallam bersabda,
“Seandainya kalian benar-benar
bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar
dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR.
Tirmidzi)
Kembali
lagi kepada fenomena yang terjadi pada manusia yang dibekali akal oleh Allah.
Ternyata tidaklah serta merta akal ini dapat membimbingkan dalam bertindak.
Bahkan banyak dari manusia-manusia yang berakal justru dengan akalnya itu ia
tidak mampu bertawakal kepada Allah.
Berapa
banyak manusia di zaman ini yang ia berakal, bahkan berpendidikan tinggi namun
ia selalu di gerayangi rasa takut akan masa depannya? Takut miskin, taku besok
tidak bisa makan, takut anak-anaknya keak tidak bisa hidup, tidak bisa makan, tidak
bisa mendapatkan pendidikan yang layak, takut kelak ia sakit tidak mampu
mebayar pengobatan, takut ketika di masa tua ditema oleh kemiskinan dan
kefakiran, dan segala macam takut lainnya. Sehingga dengan bekal segala macam
ketakutan ini ia halalkan segala cara untuk membuatnya tenang. Ia ikuti
program-program yang mengatasnamakan jaminan terhadap kehidupannya dengan
berbagaimacam larangan di dalamnya, baik perbuatan riba, ghoror, dan
sejenisnya.
Padahal
rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya ruhul quds (malaikat jibril ‘alaihissalam) menghembuskan
(membisikkan) ke dalam hatiku bahwasannya jiwa
tidak akan mati hingga disempurnakan riski baginya. Oleh karena itu, bertaqwalah
kalian kepada Allah, berindah-indahlah kalian dalam meminta serta janganlah keterlambatan rizki atas
kalian, mendorong kalian untuk memintanya dengan cara melakukan perbuatan
maksiat terhadap-Nya, karena sesungguhnya apa yang ada disisi Allah tidak
akan didapat kecuali dengan melakukan ketaatan kepadanya.”
Tidakkah
kita malu dengan keadaan burung? Dimana mereka tidak dibekali akal, namun
mereka tidak takut tidak kebgian rizki. Mereka para burung-burung selalu
optimis mencari rizki disetiap harinya dengan tanpa berbekal untuk esok hari
dan tentuny tanpa diserta rasa takut akan kelaparan, kekurangan, dan
sejenisnya.
Mengapa
manusia yang dibekali akal dalam dirinya justru malah lebih takut dan khawatir
atas riskinya di dunia, kakurangannya di dunia, namun mereka ini justru tidak
merasa takut balasan yang pedih di akhirat kelak ketika ia tempuh jalan-jalan
yang haram untuk memuaskan keinginannya.
Banyak
dari kita takut miskin, takut sakit, takut hidup serba berkekurangan, namun
pada saat yang sama, ternyata justru tidak merasa takut akan masuk Neraka yang
ini merupakan sebuah kegagalan yang abadi. Nasalullaha
salamah.
Wallahu
a’lam.
Fanspage
RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun FB
RUMAH BELANJA WHYLUTH
0 komentar: