Syariat Yang Terdzolimi Bag. I
Mungkin
ketika baca judul tulisan ini terasa cukup ekstreem, dan mungkin juga
menimbulkan seribu tanya. Apa maksut dari judul ini?
Bukanlah
maksut kami menulis ini sebagai bentuk penghakiman terhadap syariat Islam, tapi
tulisan ini adalah sebagai bentuk rasa miris terhadap perlakuan orang Islam terhadap
syariat Islam itu sendiri. Betapa banyak di hari-hari ini orang-orang Islam atau
minimal mengaku Islam namun ternyata mereka dengan lapang dadanya mencela
syariat Islam, bahkan memojokkan orang-orang yang menjalankan syariat Islam.
Padahal
jika seandainya ia mau sedikit memanfaatkan daya fikirnya, memanfaatkan daya
kritisnya, maka tentu ketika ia menerima
berita tentang sesuatu khususnya yang berkaitan dengan Islam, ia akan kritis
menelitinya terlebih dahulu sebelum menyebarkan statement-statement miring
terhadap Islam.
Kita
lihat saat ini, berapa banyak orang-orang yang menyerukan tauhid, ustadz-uztadz
yang mengajarkan tauhid, para ulama yang mendakwahkan tauhid langsung serta
merta mereka di tuduh wahabi, di tuduk tukang mengkafirkan, dan berbagai macam
tuduhan lainnya. Padahal tidak lain yang mereka ajarkan kepada umat adalah
al-Qur’an dan Hadits yang shahih dan tentunya dengan pemahaman yang di pahami
oleh para ulama salafush sholih.
Bahkan
di hari ini, merupakan sebuah fakta, orang Islam menjadikan hadits Nabi sebagai
ejek-ejekan.
Betapa
tidak, lihatlah sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang shahih ketika memulai berkhutbah berikut,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ
الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ
بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma
ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama)
yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah,
setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim)
Ataupun
hadits-hadits sejenis yang shohih datangnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya
banyak yang dijadikan olok-olokan manusia.
Katanya
yang suka mengucapkan bid’ah itu orang-orang wahabi. Sehingga ketika mendengar
kata bid’ah kalimat yang mengandung bid’h maka banyak yang seperti alergi
terhadapnya. Padahal kata ini asalnya dari Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam.
Lalu
benarkan dalam keadaan seperti ini jika ia menyebut dirinya sebagai pecinta
Rasul, atau orang yang mencintai Nabi? Padahal disisi lain ia dengan mudahnya
mengolok-olok hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kalaupun
dikatakan, mungkin saja orang yang mengolok-olok haidts Nabi ini mungkin tidak
tahu kalau kata bid’ah ini datangnya dari Nabi, maka kita harap maklumi. Kalau
memang seperti itu mungkin masih bisa di maklumi, tapi apakah ketika ia mengucapkan
olok-olokan itu kemampuan otak yang ada pada dirinya yang telah di karunia
Allah padanya untuk berfikir itu sedang di simpan di lemari? Sehingga ketika
mendengar sesuatu yang terasa miring, tidak ia sukai, tanpa kroscek terlebih
dahulu langsung ia lontarkan olok-olokan itu? Sungguh jika hal seperti ini
terjadi pada orang-orang muslim yang berakal sangatlah di sayangkan.
Ingatlah
sebagai peringatan, sebagai aturan yang hendaknya dapat mewanti-wanti kita
untuk lebih berhai-hati dalam berucap, apa yang ada di dalam al-Qur’an mengenai
orang-orang yang bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang pulang dari perang, dan ketika dalam perjelanan ia
ingin menghilangkan lelahnya dengan bercanda,
namun candaan itu menyinggung kehormatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dimana candaan itu hanyalah sekedar
candaan saja bukan maksut mencela Rasulullah, namun apa yang terjadi? Allah ta’ala berfirman,
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ
أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka
(tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:
“Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah:
“Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?”.
(QS. At Taubah : 65).
لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن
طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu
kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran
mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan
mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. At
Taubah : 66)
Maka
inilah istihza bid din yang pernah terjadi di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Jika perkataan main-main yang diucapkan ini saja sudah berakibat fatal
seperti ini, maka tidakkah kita lebih takut lagi untuk berucap dengan
kalimat-kalimat yang datangnya dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bahan ejekan / olok-olokan?
Mudah-mudahan
ini dapat menjadi peringatan bagi kita, untuk lebih waspada lagi menjaga lisan
kita dari celaan-celaan apalagi yang berkaitan dengan agama. Wallahu a’lam.
Fanspage
RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun
FB RUMAH BELANJA WHYLUTH
0 komentar: