Mengenal Skala Prioritas


Mengenal Skala Prioritas
Dalam sebuah perusahaan, dalam sebuah organisasi atau dalam sebuah rumah tangga bahkan dalam setiap individu, kita selalu di pertemukan pada berbagai macam pilihan. Dan dari berbagai macam pilihan ini kita di tuntut dapat memilih yang terbaik dari beberapa pilihan tersebut. Maka sebuah langkah yang bijak, dalam menentukan piliha, kita mengenal skala prioritas guna memplot-plotkan mana kebutuhan yang mendesak, mana kebutuhan yang bisa ditunda, dan mana kebutuhan yang hanya sekedar pelengkap sehingga kita bisa memlih diantara pilihan tersebut sesuai dengan apa yang paling kita butuhkan.  

Biasanya skala prioritas ini sangat identik dengan langkah-langkah dalam pengambilan kebijakan di berbagai bidang, baik bidang politik, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.

Dalam menentukan skala prioritas ini, maka tidak terlepas dari tiga hal yang mempengaruhinya, diantaranya yaitu tingkat urgensi, pertimbangan masa depan, dan kemampuan diri. Ketiga hal ini saling berkait satu dengan yang lainnya dalam proses kita menentukan skala prioritas.

Ini semua biasanya selalu kita gunakan dalam hal dunia. Lalu bisakan skala prioritas ini kita terapkan dalam perkara akhirat kita? Jawabnya tentu sangat bisa dan hendaknya setiap muslim dalam kehidupannya selalu menggunakan skala prioritas dalam hal akhirat. Jika urusan dunia saja kita perhatikan mana yang paling penting dari perkara-perkara yang penting lainnya, mana yang paing urgen diantara perkara perkara yang urgen lainnya, sehingga kita bisa memilih pilihan yang terbaik dalam urusan dunia. Maka apalagi dalam perkara akhirat? Tentu ini akan lebih ditekankan lagi.

Sebagai contoh, dalam hal ibadah. Ketika kita tidak meperdulikan skala prioritas maka tentu kita akan serampangan dalam beragama. Tidak peduli apakah iabdah ini akan diterima atau tidak, apakah ibadah ini sesuai dengan sunnah atau tidak. Sehingga terkadang kita banyak yang melalikan hal yang terbesar dalam agama karena menekuni cabang-cabang setelahnya yang terkadang itupun masih terjadi khilaf.

Jika kita lihat dari tiga ukuran diatas, yaitu tingkat urgensi, pertimbangan masa depan, dan kemempuan diri. Maka kita akan dapati hal yang paling urgen bagi kita di saat ini adalah tauhid. Dimana tauhid ini merupakan kunci dari segala macam amalan sholeh, segala macam ibadah. Ketika seorang banyak amalnya, banyak ibadahnya namun ia tidak bertauhid, atau tauhidnya batal, atau tauhidnya cacat baik karena kesyirikan atau selainnya maka hal ini akan membatalkan atau mencacati semua amalan dan ibadahnya.

Dari segi pertimbangan masa depan, maka tentu karena ini adalah kuncinya diterima amalan kita, tentu ini merupakan hal yang paling diperhatikan oleh kita karena merupakan penentu masa depan kita kelak di akhirat. Dan dari segi kemampuan, tentu setiap kita pada dasarnya mampu untuk mengenal, dan mempelajari tauhid dengan benar. Karena ini merupakan dasar dan pokoknya agama Islam.

Maka jika kita menerapkan skala prioritas dalam hal akhirat kita, kita akan mendapatkan pilihan-pilihan terbaik menjadi prioritas kita. Selain hal yang kami sebutkan diatas, kita juga bisa mendapati bahwasannya menuntut Ilmu itu akan lebih penting dan lebih urgen dibanding berdakwah ketika kita dalam keadaan jahil dalam agama. Karena sangat berbahaya ancama bagia seseorang yang menyampaikan agama tanpa ilmu dan hanya berdasarkan akal-akalan saja, atau bahkan berdasarkan bertaqlid kepada seoang makhluk.

Dalam hal lain juga kita akan mendapatkan bahwasannya belajar Bahasa Arab itu lebih utama dibandingkan dari belajar bahasa Inggris atau selainnya. Karena bahasa Arab ini merupakan bahasa dimana Kitab Allah diturunkan dengannya, dan setiap kita tentu lebih utama mempelajari Bahasa dimana dengan bahasa itu kita bisa mendalami agama ketimbang bahasa yang hanya dipergunakan untuk kepentingan dunia saja. Dan banyak lagi hal lainnya.

Ketika kita sudah bisa menerapkan skala prioritas dalam diri kita dalam perkara akhirat ini, maka kita akan lebih bisa mengukur kapasitas diri kita. Sehingga ketika kita tahu sebatas mana kapasitas diri kita, kita akan lebih berhati-hati dalam berucap apalagi dalam perkara akhirat.

Mungkin saja diantara kita saat ini ada yang sudah belajar berdakwah dilapangan padahal tauhid saja belum pernah belajar atau mungkin belum bisa membedakan mana tauhdi mana syirik, mana sunnah mana bid’ah. Atau mungkin ada sebagain kita yang belum mengerti bahasa al-Qur’an sudah berani menghakimi ayat-ayat al-Qur’an dengan akal dan logika kita agar orang mau mengikuti pemahaman kita terhadap al-Qur’an dan bukan pemahaman orang-orang yang fiqih dari kalangan salafush sholih. Dan lain sabagainya.

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dapat memilih pilihan yang paling prioritas sebelum menempuh pilihan-pilihan setelahnya. Sheingga kita tidak salah tempat, dan tidak salah pilih dalam perkara akhirat yang berakibat jatuh dalam hal yang dapat membinasakan kita. Wallahu a’lam.  


0 komentar: