Yang Paling Banyak Memasukkan ke Surga


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, maka beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan ahlak mulia”. Dan beliau ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, maka beliau menjawab, “Mulut dan kemaluan”. (Riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh al-Albani danam ash – Shahihah, no.977).

Takwa Kepada Allah
Takwa adalah sebuah kata yang mencakup setiap perbuatan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Karena hakikat takwa adalah seseorang mencari tameng yang bias melindungi dirinya dari siksa Allah. Dan tidak ada sesuatu pun yang bias menjadi tameng dari siksaan Allah kecuali dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Thalq bin Habib berkata, “Takwa adalah melakukan amal ketaatan kepada Allah, diatas cahaya dari-Nya, karena mengharap pahala-Nya. Dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah, di atas cahaya dari-Nya, karena takut akan siksa-Nya.”

Ali bin Abi Thalib pernah ditanya tentang takwa lalu dia menjelaskan, “Takut kepada Allah yang maha Agung, mengamalkan wahyu yang diturunkan, meridhai dunia yang sedikit, dan bersiap-siap menghadapi hari perpisahan (kematian).”

Takwa merupakan perkara yang sangat penting dalam agama ini. Allah telah menjadikan wasiat takwa sebagai wasiat untuk seluruh umat manusia. Demikian pula Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjadikan takwa sebagai wasiat utama bagi umatnya. Allah berfirman,
“Dan sungguh telah kami wasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepadamu, (yaitu) bertakwalah kelian kepada Allah.” (an-Nisa : 131).

Takwa bersumber dari hati yang kemudian akan nampak pengaruhnya pada keshalihan anggota badan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik maka baik seluruh tubuh. Segumpal daging itu adalah Hati.” (Muttafaq’alaih).

Sehingga, tidak cukup seseorang mengkalaim telah bertakwa dengan mengatakan “Yang penting hatinya” namun secara lahiriah dia menyelisihi aturan-aturan Allah. Bahkan, ketakwaan lahiriah adalah pertanda akan ketakwaan batin seseorang.

Ahlak Mulia
Salah satu penyebab utama seseorang masuk surga adalah ahlak mulia. Yaitu ahlak yang diajarkan dan dipraktikkan oleh Rsulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena, tidaklah beliau dating sebagai utusan Allah kecuali untuk menyempurnakan ahlak yang mulia, dan beliaupun telah meraih predikat pemilik ahlak yang agung dan mulia.

Dalam hadist ini, maka takwa lebih dominan berkenaan tentang hubungan seorang manusia dengan Penciptanya, sedangkan ahlak mulia lebih dominan berkenaan tentang hubungan seorang manusia dengan sesamanya. Meskipun pada dasarnya masing-masing dari ketakwaan dan ahlak mulia itu mencakup hubungan manusia kepada Allah dan hubungannya kepada sesame mahluk.

Para ulama telah menjelaskan bahwa ahlak mulia terhadap sesame adalah bersikap baik kepada mereka dengan menahan gangguan (baca : tidak mengganggu), memberikan pemberian, dan berwajah ceria di hadapan mereka.

Maka seorang pendamba surga tidak akan mengganggu orang lain, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatannya. Dia akan mudah memberi orang lain, baik berupa harta, ilmu, bantuan, jasa atau yang lainnya. Dan dia akan berusaha selalu berwajah ceria di hadapan sesama.

Di samping apa yang dia lakukan tersebut, dia akan berusaha untuk sabar. Karena setiap orang yang berusaha berahlak mulia pasti akan mendapatkan gangguan dari orang lain. Barangkali dia akan dizhalimi orang lain dari sisi hartanya, atau dari sisi kehormatannya atau yang lain, namun dia tetap bersabar dan mengharapkan pahala disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu kesabaran termasuk ahlak yang mulia.

Sesungguhnya banyak sekali bentuk ahlak mulia. Bahkan setiap pelaksanaan ajaran yang ada dalam al Qur’an dan al Hadist dengan pelaksanaan yang benar adalah ahlak yang mulia. Ketika Aisyah radhiallahu ‘anha ditanya tentang ahlak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang telah disifati dalam al Qur’an sebagai ahlak yang agung dan mulia, maka Aisyah radhiallahu ‘anha menjawab, “ Akhlak beliau adalah al Qur’an”. (Lihat Shahihul Jami’ no. 4811)

Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menjadikan ahlak mulia sebagai tanda kesempurnaan iman. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia ahlaknya.” (Riwayat Abu Daud dan at Tirmidzi, lihat ash-Shahihan, no. 284).
Wallahu a’lam.

Sumber : Disalin dari Majalah Sakinah Vol. 9 No. 10, 2011. 

0 komentar: