Sabar, Buah Keimanan Terhadap Takdir


Sabar dan Syukur buah keimanan terhadap takdir
Salah satu rukun iman yang merupakan keyakinan bagi setiap kaum muslimin adalah beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. Keimanan ini wajib di yakini oleh setiap muslim, bahwa apa-apa saja yang telah terjadi, dan akan terjadi merupakan takdir yang telah Allah subhanahu wa ta’ala tetapkan. Tidaklah sesuatu itu berjalan dengan sendirinya tanpa ketetapan dari Sang Pencipta Segala Sesuatu.

Tidaklah hewan-hewan, tumbuhan-tumbuhan, dan berbagai macam jenis makhluk baik yang hidup maupun yang mati kecuali hal itu telah di tetapkan keadaannya, telah di tetapkan takdirnya oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Terkadang takdir bagi makhluk ini di rasakan oleh manusia buruk, dan terkadang baik. Ketika kita mendapati diri kita berada pada takdir yang kita rasakan baik terkadang kita lupa, namun ketika manusia di timpakan padanya takdir yang menurutnya adalah buruk maka akan menggerutu, mengeluh, bahkan sampai-samapai menyalahkan takdir, atau mencari kambing hitam untuk di salahkan.

Maka ketika kita mayakini bahwa semua perkara apa saja yang terjadi di muka bumi ini adalah kehendak Allah (baik takdir baik, maupun buruknya), kita akan lebih sabar menghadapinya dan terus bersyukur. Karena Allah sbuhanahu wa ta’ala tidaklah menciptakan sesuatu itu pasti terdapat hikmah di baliknya. Entah kita dapat mengetahui hikmah itu, maupun kita tidak mempu menangkapnya.

Bukankah Allah telah ber firman dalam al-Qur’an :
“Alif Laam Miim. Apakah manusia mengira dibiarkan berkata, ‘Kami telah beriman’ sedangkan mereka tidak diberi ujian?” (al-‘Ankabut: 1-2).

Maka jelas dari ayat di atas setiap muslim yang beriman akan ditimpa fitnah, akan di timpa ujian, akan di timpa cobaan. Barang siapa yang mampu selamat dari fitnah ini, ujian ini, dan dapat bersabar di atas kebenaran, maka inilah bukti keimanannya terhadap takdir.

Dan fitnah, ujian yang paling berat adalah ujiannya para Nabi ‘alaihimus sholatu wa salam. Tidaklah para Nabi dalam menjalani ujian – ujian itu kecuali bersabar dan besyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena para Nabi ‘alaihimus sholatu wa salam kesenangannya sama ketika Allah berikan ujian maupun Allah berikan nikat. Dan inilah tingkatan tertinggi dalam Islam.

Sesungguhnya manusia dalam menghadapi ujian terbagi menjadi empat macam. Yang pertama adalah orang yang bersyukur, kedua orang yang ridho, ketiga orang yang sabar, keempat orang yang berkeluh kesah. Dan yang minimal wajib bagi seorang muslim ketika menghadapi musibah adalah Sabar dan tidak berkeluh kesah.

Karena sesungguhnya di dalam kesabaran ini terdapat banyak manfaat, baik dari sisi dunia maupun akhirat. Dengan kita bersabar, ridho terhadap ketentuan Allah maka kita akan rasakah hidup lebih terasa lapang, hati akan terasa tenang, dan ini merupakan bukti keimanan seorang muslim.

Namun, jika kita tidak mampu menerapkan sabar dan syukur dalam diri kita, maka berarti kita belum mampu membuktikan keimanan kita terhadap takdir Allah.

Betapa banyak orang-orang yang banyak melakukan bunuh diri karena mereka tidak mengetahui takdir Allah. Mereka tidak beriman kepada Allah. Mereka tidak mengetahui al-Haq yaitu Islam.

Seperti di jepang, AS dan yang lainnya, tingkat bunuh diri di negeri-negri itu sangat tinggi. Hal ini bukanlah dikarenakan kemiskinan atau yang lainnya, karena berdasarkan data, bahwa pelaku bunuh diri ini bukanlah orang miskin yang kekurangan harta. Namun ini di karenakan kekurangan mereka terhadap keimanan terhadap Allah, keimnan terhadap takdir, sehingga mereka tidak pernah mendapatkan buah manis di dalamnya yaitu bersabar, ridho dan bersyukur terhadap segala ujian yang menimpanya.

Kesabaran dalam Islam ini menuntut keikhlasan di dalamnya. Karena tidaklah ada kesabaran kecuali ia telah ikhlas beriman kepada Allah dan takdirnya. Maka sabar ini dapat bermanfaat ketika seorang muslim dapat meng ikhlaskan niatnya hanya karena Allah dalam sabarnya, bukan karena makhluk atau lainnya.

Karena betapa banyak orang yang terlihat sabar ketika di timpa musibah, ketika di timpa coabaan, ujian, namun ini di karenakan mereka memiliki harapan terhadap manusia. Entah berharap terlihat sholih, terlihat taat, atau tujuan-tujuan yang lainnya.

Yang yang juga perlu di pahami disini, bahwa ujian, cobaan ini dapat berupa ujian kebaikan maupun kesulitan. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan (al-Anbiya’: 35).

Mungkin sebgian orang ada yang merasakan hidupnya baik-baik saja, datar-datar saja, senang-senang saja. Maka berhati-hatilah, bisa jadi kesenangan yang ada pada diri anda itulah ujian dari Allah. Apakah anda dapat bersyukur dengan nikmat itu, atukah kufur, apakah nikmat itu talah dimanfaatkan untuk kebaikan di jalan Allah, ataukah justru hanya di sia-siakan saja.

Maka kita harus terus berlindung dari Allah agar di selamatkan dari fitnah, ujian yang melanda kita. Mudah-mudahan kita bisa merasakan hakikat keimanan kepada takdir Allah dan memetik buahnya berupa sabar, syukur, dan ridho terhadap takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Amiin. Wallahu a’lam.

Mari like fanpage facebook kami di RUMAH BELANJA MUSLIM 
Mari gabung pertemanan dengan kami di RUMAH BELANJA WhyLuth  

0 komentar: