Syariatkah Ataukah Trend?
Beberpa
fenomena yang terjadi di sekitar kita saat ini :
ü
Artis, aktor, penyanyi memakai celana cingkrang ketat
menjadi tren center yang kemudian diikuti oleh penggemarnya
ü
Artis, penyanyi atau sejenisnya memakai jilbab yang
katanya “syar’i” di ikuti modelnya
ü
Artis, penyanyi, pemain sinetron, dan sejenisnya memakai
jilbab dengan gaya yang njelimet, ribet ramai-ramai di cari tutorial
cara berjilbabnya dan di ikuti
ü
De el el ...
Entah benar,
entah salah, ketika seorang itu menjadi tren center, menjadi pusat perhatian,
menjadi orang yang dikagumi, maka gaya-gayanya akan diikuti oleh folowernya,
akan diikuti oleh fans nya. Dan yang menyedihkan gaya-gaya berpakaian ini
diikuti pula oleh kaum muslimin disekitar kita.
Salah
satu contoh diatas, betapa banya saat ini para aktor, pemain band penyanyi dan
sejnisnya dari kaum pria yang memakai celana dengan panjang diatas mata kaki
dan ini menjadi tren yang kemudian diikuti oleh para pemuda-pemuda disekitar
kita. Lihat model clana super ketat dengan panjang diatas mata kaki, bukankah
saat ini sanagat ramai dipakai para pemuda musli disekitar kita. Bahakn gaya
pakaian seperti ini pun tidak sungkan-sungkan mereka pakai memasuki masjid dan
sholat dengan pakaian super mini dan terkadang ketika ruku atau sujud
auratnyapun tersingkap. Lalu bagaimana sholat mereka jika seperti ini? Dan
ternyata kita tidak terlalu melihat penolakan ataupun penentangan dari
masyarakat terhadap gaya berpakaian seperti ini.
Atau
ketika kita kepasar misalnya, betapa banyak kita dapai seorang laki-laki yang
memakai celana cingkrang, bahkan ada diantaranya memalihara jenggotnya namun
hal tersebut ia lakukan karena mengikuti tren, karena ingin tampak disegani
atau sejenisnya maka kita tidak mendapati cacian itu pada mereka.
Namun,
mari bandingkan, ketika seorang pria muslim, saudara kita yang memakai celana yang bermodel longgar, cingkrang pula, dengan janggot tebal yang menghiasi
wajahnya dengan mengamalkan hal tersebut karena Allah, maka kita lihat ramai-ramai
orang-orang mengingkarinya, menolak gaya penampilannya, dan berbagai macam
celaan dan cacian ditujukan kepada saudara kita ini.
Begitu
juga bagi kaum muslimahpun seperti itu, ketika ada seorang muslimah memakai
busana yang katanya syar’i menutup aurat yang dimana model tersebut lagi tren
karena dipakai artis maka berbagai pujianpun terlontar dan busana model
tersebut mendadak booming menjadi incara muslimah saat berbelanja.
Tetapi
coba kita lihat, para muslimah yang memakai baju, gamis, busana yang lebih syar’i
menutup aurat, kemudian ia lengkapi dengan seprangkat cadarnya, maka seperti
yang ita lihat, bukan sambutan hangat, bukan pujian (dan memang bukan itu
tujuannya), bukan tanggapan positif yang di dapat tapi berbagai macam celaan,
cercaan dari orang-orang yang belum mengerti akan adab-adab berbusana muslim
dan muslimah.
Inilah
bukti bahwasannya sesungguhnya syaiton itu tidak akan pernah senang ketika
seorang muslim ini beramal dengan amalan yang ikhlas karena Allah, dengan
amalan yang ditujukan hanya karena Allah, dengan amalan yang sesuai dengan
syariat Islam. Ia (syaiton) akan terus menghalang-halangi manusia untuk berbuat
ketaatan. Kalaupun seandainya ia (syaiton) tidak mampu mencegah seseorang untuk
berbusana syar’i, maka ia akan berusaha dengan cara lainnya yaitu dengan
merubah niat seseorang tersebut menjadi tidak karena agama namun hanya karena
trend semata. Hal ini karena syaiton tahu, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah bersabda,
إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى
(متفق عليه)
Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya
mendapatkan sesuai niatnya. (Muttafaqun ‘alih)
Oleh
karena itu wahai saudaraku, hendaknya kita renungkan kembali apa yang kita
amalkan saat ini, baik yang berkaitan dengan model busana muslim dan muslimah
yang kita pakai, apakah sudah benar kita memakainya dengan niat ikhlas karena
Allah, ataukah karena hanya sekedar ikut-ikutan trend karena ada artis yang
memakainya juga sehingga menjadi ramai menjadi perbincangan kemudian ketika
trend itu berganti maka berganti pula gaya berbapakaian kita menjadi tidak syar’i
lagi.
Maka
mari kita benahi terus menerus niat kita dalam semua amalan kita. Hendaknya dua
kunci diterimanya amal yaitu ikhlas dan ittiba Rosulallah shallallahu
‘alaihi wa sallam terus berada dalam setiap amalan yang kita kerjakan.
Jangan
lupa LIKE fanpage facebook kami di RUMAH BELANJA MUSLIM
0 komentar: