Beramal Sesuai Syariat, Bukah Selera!
Pada
masa kita saat ini, kita dapati kebanyakan aturan syariat ini di balik-balik.
Contohnya dalam hal berbusana. Kita dapati dalam al-Qur’an, dalam hadits-hadits
yang shahih, dan penjelasan dari para Ulama dari kalangan sahabat dan
generasi-generasi setelahnya bahwasannya seorang wanita muslimah itu wajib
memakai busana yang menutupi seluruh tubuhnya. Dan dalam hal ini terdapat
perbedaan pendapat antara Ulama apakah menutup seluruh tubuh ini termasuk muka
dan kedua telapat tangan atau kecuali kedunya.
Kita
dapati juga syariat busana / pakaian pria itu salah satunya adalah dalam
mengenakan kain / celana hendaknya tidak musbil / melebihi mata kaki. Dan hal
ini banyak di jelaskan dalam hadits-hadits yang shahih. Berarti yang wajib
menutup seluruh tubuh termasuk mata kaki dan kaki itu sendiri adalah wanita
muslimah, sedangkan kaum pria malah justru dilarang memanjangkan pakaiannya
melebihi mata kaki.
Namun,
kita dapati pada hari ini, ternyata syariat ini dalam penerapannya banyak
terbalik. Betapa banyak kita dapati di hari-hari ini seorang wanita yang
katanya muslimah ternyata pakaiannya, busananya serba mini, pakai celana
ngetat, pakai rok mini, pakai celana dalam diluar, baju setengah jadi, tidak
mau memakai jilbab (kerudung) dsb.
Disisi
lain juga pada hari ini kita dapati kebanyakan seorang pria muslim di sekitar
kita justru mereka bangga mengenakan celana, mengenakan sarung, mengenakan
jubah yang panjangnya melewati mata kaki. Kebanyakan nya menganggap ini adalah
pakaian yang lebih rapi, ini pakaian yang lebih terlihat pantas di depan umum,
ini pakaian yang lebih memasyarakat, ini pakaian yang lebih indah dll. Padahal
syariat Islam melarang memakai celana sampai menutupi mata kaki apalgi ditambah
dengan sombong. Masalah indah atau tidak indah itu sangat relatif, karena
ternyata memakai celana cingkrang itu jika sudah terbiasa maka juga
terlihat rapi dan pantas-pantas saja di pakai hadapan umum. Karena ukuran kepantasan
bagi seorang muslim adalah syariat Islam dan bukan pandangan manusia. Maka
seandainya ada satu aturan Islam yang ternyata di pandangan manusia itu tidak
pantas, tidak layak, maka kewajiban seorang muslim adalah menomor satukan
syariat ketimbang pandangan manusia.
Bukankan
zaman dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga dianggap aneh,
bahkan diangggap orang gila, di celana karena membawa Risalah Allah? Namun
beliau tetap menerapkan dan mendakwahkan syariat ini dan tidak mengubahnya sesuai
selera manusia.
Oleh
karena itu, hendaknya sebagai seorang muslim kita koreksi ulang amalan kita.
Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang membalikan syariat. Mari kita
terapkan “kami dengan dan kami taat” pada syariat Islam ini pada diri kita dan
keluarga kita. Walaupun akhirnya nantinya kita terlihat asing di hadapan
manusia, tetaplah istiqomah menjalankan syariat Allah. Karena bukankah kata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu beruntunglah orang-orang yang
asing? Yaitu asing ketika menjalankan syariat disaat kebanyakan manusia lalai
terhadapnya.
Kita
juga mendapati banyak motivasi bagi kita untuk beramal di saat – saat sulit
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana beliau dahulu pernah
mengatakan bahwasannya kelak di akhir zaman ada orang yang beramal dan
pahalanya bisa melebihi para Sahabat. Maka ini adalah motivasi besar untuk
kita beramal menyesuaikan syariat, dan bukan menyesuaikan selera kita atau
selera manusia. Wallahu a’lam.
afwan
kami tidak mengutipkan hadits dan kami hanya memaparkan secara makna sebagai
nasehat dan motivasi
Fanpage
RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun
FB RUMAH BELANJA WHYLUTH
0 komentar: