Kenapa Masih Enggan Berbusana Syar’i?
Memakai
busana syar’i merupakan sebuah kewajiban bagi seorang muslim dan muslimah. Ketika
ia beranjak dewasa, masuk pada usia baligh, maka semua hukum – hukum syariat
khususnya dalam hal ini kewajiban menutup aurat berlaku padanya. Dan usia
baligh ini biasanya berkisar pada usia belasan tahun. Artinya kewajiban menutup
aurat bagi seorang muslimah itu belaku dari semasa kecil setelah baligh.
Namun,
ternyata walaupun secara teori kewajiban menutup aurat itu berlaku semenjak
kecil bagi muslim dan muslimah, ternyata hal ini tidak serta merta orang-orang
langsung menerapkannya di dalam keseharian. Kita dapati di negeri kita yang
mayoritas muslim ini ternyata masih sangat banyak orang dewasa, bahkan
orang-orang tua tidak menutup auratnya dengan baik. Banyak dari mereka yang
kesannya seperti bangga dengan mengumbar auratnya sehingga kita dapati
justru muslimah yang berbusana tertutup di cela, di ghibah, bahkan di caci.
Padahal
kita juga melihat di berbagai perusahaan, tempat kerja dimana di tempat
tersebut diberlakukan aturan-aturan berbusana yang tidak syar’i bahkan bisa
dikatan tidak pantas, seperti harus memakai rok mini, tidak boleh berjilbab, baju
ketat dan mini, harus berbusana terbuka, banyak dari wanita-wanita muslimah
yang dengan mudahnya mentaati aturan tersebut hanya untuk sekedar mendapatkan
balasan gaji semata.
Tetapi
di sisi lain, kita juga mendapati betapa banyak wanita muslimah yang sudah
terbiasa berbusana yang kurang syar’i ketika diajak berbusana syar’i masih ada
yang menjawab belum siap, belum berani dan lain sebagainya. Padahal kita lihat
juga fenomena diatas, ketika wanita diajak membuka aurat dengan balasan gaji
banyak yang dengan sigap menyambut ajakan tersebut. Namun mengapa ketika
ajakannya itu berasal dari penciptanya dengan balasan yang tidak bisa
dibandingkan dengan dunia karena tentu balasan bagi ketaatan kepada Allah itu
tidak lain adalah Surga namun sangat amat jarang yang menyambut ajakan tersebut
dengan berbagai macam alasan.
Lalu
jika keadaannya demikian, maka masih pantaskan kita berharap surga, berharap
kebahagiaan, namun kita enggan menjalankan jalan-jalan yang dapat mengantarkan
kita kepada surga, jalan-jalan yang mengantarkan kita kepada kebagiaan yang
hakiki? Bukankah perahu itu tidak akan berjalan di daratan?
تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا
Engkau menghendaki keselamatan, sedang engkau tidak menempuh jalan-jalannya
إِنَّ السَّفِيْنَةَ لَا تَجْرِيْ عَلَى
الْيَبَس
Sesungguhnya perahu tidak akan berjalan di atas daratan kering
Fanpage RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun FB Rumah Belanja Whyluth
0 komentar: