Mendidik Anak Dengan Pembiasaan

Jika kita lihat kenyataan di lingkungan masyarakat kita pada di saat ini, maka merupakan pemandangan umum bahwasannya anak-anak muslim di sekitar kita dalam kesehariannya berpakaian dengan pakaian serba minim. Hal ini terjadi baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Mereka sudah terbiasa dengan pakaian – pakaian yang tidak menutup aurat dari masa masih kecil.
Mendidik anak dengan pembiasaan

Kenyataan ini cukup memprihatinkan bagi kita seorang muslim. Mengingat salah satu cara mendidik anak agar kelak dapat menjadi anak yang shalih-shalihah adalah dengan mengajarkan syariat Islam semenjak kecil dan membiasakan menerapkan sayariat Islam dari mengenalkan tauhid, mengajarkan al-Qur’an, mengajari berakhlak yang baik, bermuamalah yang baik, sampai mengenakan pakaian yang syar’i dan mencegah dari apa—apa yang dilarang syariat.

Namun ternyata tidak semua orang tua muslim tau bahwasannya mendidik anak itu haruslah dimulai dari masih kecil, bahkan dari saat mencari suami / istri untuk menjadi calon ayah atau ibu untuk anak-anaknya.

Kebanyakan dari kita mendidik anak diserahkan kepada orang tua kita yang memang dari segi pengalaman, mereka lebih dahulu pengalamannya dalam mendidik-anak. Namun jika dilihat pengalaman itu sudah menerapkan cara mendidik anak yang sesuai dengan syariat Islam, atau sudah mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka belum tentu.

Sebab jika kita kita lihat dari kebanyakan orang tua di saat ini, belumlah memasuki keriteria sebagai orang tua, dan ternyata kriteria dari kebanyakan adalah orang yang menyandang usia yang sudah tua, dan sudah berpengalaman hidup terlebih dahulu. Dan ini bukanlah jaminan bahwa mereka memiliki kemampuan lebih, namun tentunya kita harus tetap menghormati orang tua sebagai orang yang telah melahirkan kita, dan manusia yang paling banyak jasanya terhadap kita.

Jika kita lihat dari kaca mata syariat Islam, bahwasannya kewajiban mendidik anak adalah kewajiban setiap orang tua. Karena kelak orang tualah yang akan ditanya dan dimintai pertanggung jawaban terhadap anak-anaknya. Mari kita renungi ulang sabda Nabi berikut yang artinya,

Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya & akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Maka dalam mendidik anak, hendaknya kita perhatikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas. Karena anak adalah tanggung jawab kita, baik dari segi pendidikan, nafkah dan selainnya. Maka hendaknya kitalah sebagai penanggung jawabnya yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak.

Oleh karena itu, setiap orang tua hendaknya memiliki perhatian lebih terhadap anak-anaknya, khususnya dalam pembahasan ini adalah berkenaan dengan pakaian yang dikenakan sehari-hari. Karena sesungguhnya untuk mendapatkan anak yang kelak mau berpakaian syar’i, menutup auratnya, mengenakan jilbab dan menjaga pergaulan, ini didapat dengan cara membiasakannya sejak kecil.

Logika sederhananya, bagaimana anak mau berbusana tertutup jika seandainya mereka sejak kecil terbiasan membuka auratnya dan tidak diajarkan berpakaian syar’i, mengenakan jilab? Atau bagaimana seorang anak laki-laki mau mengenakan pakaian syar’i, celana diatas mata kaki, menutup aurat, jika seandainya dari kecil dibiasakan berpakaian mengikuti mode orang kafir?

Inilah urgensi pendidikan dari segi berpakain yang baik bagi anak. Walaupun di masa masih kecil anak-anak belum emiliki beban syariat, namun pendidikan pembiasaan dari kecil ini adalah bentuk latihan pembiasaan, agar kelak mereka setelah beranjak remaja, dewasa terbiasan dengan hal-hal yang sesaui syariat islam , baik dalam akidah, akhlak, muamalah sampai dalam adab berbusana muslim dan muslimah serta menjauhi hal-hal yang dilarang.

Contoh sederhana berkaitan dengan sholat. Nabi menghimbau orang tua memerintahkan shalat pada usia tujuh tahun, dan memukulnya jika tidak melaksanakan usia 10 tahun. Hal ini menunjukkan dalam tenggang waktu antara tujuah tahun samapai sepuluh tahun tersebut adalah waktu mendidik dengan pembiasaan.

Maka memakai pakaian yang syar’i merupakan buah dari pendidikan anak dan pembiasaan sejak kecil.

Dan harus diingat juga, bahwasannya jika kita ingin anak kita menjadi anak yang shalih dan sholihah, maka bentuklah pribadi shalih dan shalihan itu sebelumnya pada diri kita. Karena keshalihan orang tua itu berdampak pada kesholihananak-anak kita. Wallahu a’alam.

0 komentar: