Berkata “Jangan” Pada Anak
Bismillah..
Kita
ketahui bersama menasehati anak merupakan bagian dari pendidikan anak. Dan
bentuk dari nasehat ini ada dua macam, yaitu menasehati untuk melakukan
kebaikan dan menasehati untuk menjauhi dan melarang dari perbuatan tercela.
Hal
ini juga sesuai dengan implementasi ketaqwaan seorang muslim yaitu dengan
menjalankan apa yang telah diperintahkan Allah dan menjauhi segala apa yang
telah dilarang Allah dalam syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Maka tentu di dalam syariat Islam terdapat perintah, dan
terdapat larangan. Islam mengajarkan umatnya tidak hanya sekedar memerintahkan
saja berbuat baik, memerintahkan saja mentauhidkan Allah tapi tidak melarang
dari perbuatan syirik. Namun ternyata di dalam Syariat ini kita juga dilarang
dari perbuatan buruk dan seburuk-burk perbuatan adalah syirik.
Mungkin dalam hal mendidik anak, kita
dapati dari beberapa referensi tulisan yang kita baca, atau anjuran yang kita
dengar, bahwasannya dalam mendidik anak itu janganlah kitamengatakan “Jangan”
pada anak. Alasannya karena dengan melarang anak dengan kata “jangan” ini maka
dapat berefek negative padanya. Seperti dapat menurunkan mentalnya, mengurangi
percaya diri anak sehingga anak tidak dapat bebas berekpresi karena banyak
dibatasi. Ada juga yang beralasan bahwa kata “jangan” ini merupakan kata yang
berkonotasi negative, sehingga saat melarang anak harus dihindarkan kata jangan
dengan mencari alternative kata lainnya. Dalam referensi lain dikatakan
digantikan dengan kata-kata preventif, seperti
hati-hati, berhenti, diam di tempat, atau stop. Itu sebabnya kita
sebaiknya tidak menggunakan kata ‘jangan’ karena alam bawah sadar manusia tidak
merespons dengan cepat kata ‘jangan’.
Tentu ketika kita membaca
referensi-referensi ini kebanyakan dasar dari pendapat dasar dari ilmu atau
pengatahuan mengenai cara mendidik anak ini adalah bersumber dari
penelitian-penelitian, jurnal-jurnal dan berbagai macam referensi-referensi
dari dunia pendidikan orang-orang barat. Yang tentu kebanyakannya tidaklah
diambil dari referensi-referensi Islam.
Padahal mendidik anak ini merupakan
salah satu tanggung jawab orang tua yang termasuk di dalam perkara iabadah di
dalam Islam. Diamana dalam sebuah hadits yang shahih di jelaskan bahwasannya
seorang manusia adalah pemimpin yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya
terhadap apa yang ia pimpin. Dan seorang ayah adalah pemimpin, maka kelak akan
dimintai pertanggung jawabannya. Maka perkara pendidikan anak ini sangat
penting untuk diperhatikan oleh setiap orang tua atau calon orang tua.
Sebagai seorang muslim, tentu kita
telah mengetahui bahwasannya landasan dalam bersikap, landasan dalam berperilaku,
landasan dalam bermuamalah, dan termasuk landasan dalam mendidik anak adalah
berdasarkan al-Qur’an dan al Hadits. Oleh karena itu, mengingat pentingnya
pendidikan anak ini yang merupakan sebuah ibadah ketika kita meniatkannya
karena menjalankan syariat Islam, maka tentu ibadah ini harus dibangun diatas
ilmu agama. Karena sesungguhnya agama ini sudah sempurna terhadap segala macam
aturan termasuk dalam mendidik anak.
Mari kita ambil contoh ketika Allah subhanahu
wa tala merekomendasikan seorang sholeh dalam mendidik anaknya dengan
nasihat yang agung, nasihat yang lembut, nasihat yang indah, yaitu nasihat
Luqman kepada anaknya.
Allah subahanahu wa tala berfirman,
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Luqman: 13)
Dalam ayat tersebut
Luqman al Hakim saat memberikan pelajaran pada anaknya yaitu memperingatkan
terhadap perkara yang dilarang yaitu Syirik menggunakan kata “Jangan”. Namun
kata jangan disini diiringi dengan kalimat lembut dan penuh kasih sayang tanpa
menagandung perendahan atau unsur negative lainnya. Lalu apakah akan kita katakana
pengunaan kata jangan ini dilarang? Tentu tidak.
Maka kita harus memahami
bahwasannya tidaklah benar kalau kata “jangan” ini tidak boleh digunakan atau
lebih baik digantikan dengan kata yang lain. Karena kata jangan ini
adalah kata yang menunjukkan larangan dimana maksut dari penggunaannya adalah agar
anak tahu bahwasannya perbuatan yang dilarang itu tidak boleh dilakukan.
Dimana ketika kita menggantikan kalimat jangan ini dengan kalimat yang lebih
positif (katanya) atau kalimat preventif atau kalimat pengalihan pada hal lain
yang lebih baik maka tidak akan tercapai tujuan agar anak mengetahui larangan
ini. Mungkin mereka tau perbuatan pengalihan itu baik, namun ia tidak mengetahui
bahwasannya hal yang akan ia lakukan sebelumnya adalah hal yang dilarang.
Seperti larangan untuk
berbuat syirik yang disampaikan seorang
ayah (Luqman) kepada anaknya itu tidak akan tercapai kecuali dengan melarangnya
dengan kalimat larangan yaitu “Jangan”. Jika seandainya misalnya diganti
larangan “janganlah kamu berbuat syirik” ini dialihakn dengan kata yang
tidak mengandung jangan, misalnya “wahai anakku berbuat baiklah kamu” maka
tidak akan tercapai pelarangan terhadap perbuatan syirik itu. Dimana perbuatan
syirik ini adalah sebuah kedzoliman yang paling besar yang Allah tidak
mengampuni dosanya ketika tidak bertaubat sebelum meninggal.
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ
أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُوَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ
بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan
Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (An Nisaa : 116)
Kembali mengenai pendidikan anak, Allah subahanahu wa ta’ala juga berfirman,
وَلَا
تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا
تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).
Maka tentu minimal dalam dua ayat al-Qur’an Allah menerangkan
nasihat dalam bentuk larangan dengan menggunakan kata ‘Jangan’ ini sudah dapat
membuat kita faham bahwasannya teori larangan penggunaan kata jangan itu
tidaklah tepat.
Sesungguhnya ini sudah cukup untuk kita kembali memutar arah
kiblat pendidikan anak kita kepada metode cara pendidikan anak yang bersumber
dari Islam yang sumbernya dari al-Qur’an dan Hadits yang shahih yang telah
dijelaskan oleh para ulama.
Terkadang karena semangatnya kita ingin mendidik anak,
menjadikan anak pintar, kita mengambil cara-cara pendidikan anak dengan cara
yang kurang tepat, dengan cara-cara yang dibumbui maksiat dan sejenisnya. Dan
tenyata saat melakukan ini kita tidak sadar, karena kita kurang dalam memahami
ilmu agama yang sudah sempurna ini.
Oleh karena itu, saat inilah saatnya kita lebih fokus lagi
untuk berusaha menjalankan metode-metode dan cara mendidik anak yang telah
dijelakan di dalam Islam, yang telah dicontohkan dalam Islam. Jangan sampai
kita sangat perhatian dalam masalah dunia anak kita namun kita lalau malasah
akhiratnya. Mudah-mudahan Allah mudahkan kita untuk mempelajari agamana, dan
mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dikehendaki kebaikan pada diri
kita, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
من
يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah
akan memahamkannya dalam urusan agama.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Untuk melengkapi referensi pendidikan anak bagi anda mari simak kajian yang bertema 50 Pelajaran Berharga Dari Nasehat Luqman Al Hakim Kepada Anaknya pada tautan di bawah ini,
Mari like fanpage facebook kami
di Rumah Belanja
Muslim
Akun facebook kami Rumah Belanja
Whyluth
Artikel : Berkata “Jangan” Pada Anak
0 komentar: