Ulanglah Sejarahmu Wahai Pedagang Muslim
Oleh
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, M.A.
- Nenek moyang kita konon begitu terkesan oleh akhlak mulia para pedagang muslim yang singgah di bumi Nusantara ini. Sampai – sampai mereka rela meninggalkan agama yang mereka anut sedari dulu kala.
- Bila pedagang terdahulu berhasil mengislamkan orang Hindu dan Budha dengan melalui perniagaan mereka, maka tidakkan anda kuasa “mengislamkan” orang Islam dengan perniagaan anda pula?
Pedagang Muslim |
Pendahuluan
Alhamdulillah,
Shalawat da salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga
dan sahabatya.
Sejarah
setiap umat dan bangsa adalah modal awal bagi terwujudnya pembangunan masa
depan mereka yang cerah. Tatkala suatu bangsa telah melupakan sejarah masa lalu
mereka, maka itu pertanda kehancuran mereka telah tiba saatnya. Katahuilah
bahwa pada sejarah setiap bangsa pasti menyimpan pelajaran sangat berharga,
padahal sejarah tidak pernah lupa atau salah ingatan.
Wajar
bila Allah Ta’ala memerintahkan anda untuk menimba pelajaran dari orang-orang
yang telah mendahului anda. Bagaimana mereka mencapai kerjayaan dan mengapa
kehancuran menimpa mereka.
“Sungguh telah berlalu sebelummu sunnah –
sunnah (kebiasaan) Allah, maka berjalanlah engkau dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan rasul” (QS. Ali Imron : 137)
Pedagang Mengislamkan Nusantara
Saudarakau!
Sudahkah anda menggali berbagai mutiara hikmah dari sejarah nenek moyang kita?
Profesi dan status yang anda sandang saat ini tidak sepantasnya menghalangi
anda dari menggali mutiara hikmah dari nenek moyang anda.
Nenek
moyang kita konon begitu terkesan dan terpikat oleh akhlak mulia para pedagang muslim yang singgah dibumi nusantara ini. Begitu kuat simpati nenek moyang kita dengan
akhlak pedagang muslim, sampai-sampai mereka berani dan rela meninggalkan agama
yang mereka anut sedari dulu kala. Dalam waktu yang relatif singkat, bangsa
kita yang sebelumnya beragama Hindu dan Budha berubah menjadi beragama Islam.
Belumkah
tiba saatnya anda bertanya : begitu hebatkah kharismatik para pedagang muslim itu,
sehingga mereka berhasil mengislamkan bumi nusantara? Metode apakah yang mereka
gunakan sehingga berhasil menebarkan syariat Allah, padahal sudah barang tentu
mereka juga sibuk dengan perniagaan mereka?
Sejarah
masuknya agama Islam ke negeri kita tercinta Indonesia sungguhlah unik dan
menakjubkan. Betapa tidak, kala itu masyarakat setempat beragamakan Hindhu dan
Budha dan dibawah kekuasaan kerajaan – kerajaan Hindu dan Budha pula. Walau
demikian, semua itu tidak dapat menghadang laju pergerakan para penyebar syiar
Islam. Dan yang menambah sejarah ini semakin unik adalah, nenek moyang kita
dengan suka rela memeluk agama Islam tanpa paksaan dan iming – iming materi.
Bahkan sebaliknya, dengan keputusan mereka untuk masuk Islam ini berarti mereka
menyatakan siap menanggung segala risiko dan tantangan yang bakal mereka
hadapi.
Anda
bisa bayangkan, kira-kira bagaimana sikap para pendeta, biksu, dan para pemuka
agama Hindu dan Budha tatkala mengetahui pilihan masyarakatnya? Bayangkan pula
betapa besar kemurkaan raja - raja saat
itu akibat dari sakap masyarakatnya yang berbondong – bondong masuk Islam dan
meninggalkan agama rajanya.
Jadilah Pedagang Penyebar Islam
Tindakan
sering kali lebih cepat menyampaikan pesan dibandingkan seribu ucapan. Bahkan
tindakan mampu memberikan kesan yang tidak mungkin di ditumbuhkan oleh tutur
kata. Ini membuktikan betapa pentingnya peranan teladan yang baik bagi
kehidupan umat manusia secara umum dan umat Muslim secara khusus. Wajar bila
Islam menekankan agar lisan anda selaras dengan tindakan anda, dan tentu
tindakan anda selaras dengan Iman yang tertanam kokoh di dalam dada.
“Wahai orang – orang yang beriman, mengapa
engkau mengatakan sesuatu yang tidak engkau kerjakan. Sangat besar kebencian
Allah bila engkau mengatakan suatu ucapan yang tidak engkau kerjakan” (QS.
Ash – Shaff : 2 - 3)
Anda
mengaku beriman kepada Allah, dan hari akhir, akan tetapi sudahkah tindakan
anda mencerminkan akan keimanan tersebut? Anda percaya bahwa menepati janji,
amanah, dan jujur adalah suatu kepastian dalam agama anda. Namun sudahkah itu
semua tercermin dalam perilaku anda selama ini?
Wajar
bila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
banyak kesempatan menjadikan akhlak mulia dan santun anda sebagai bukti iman
anda. “Barang siapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaknya ia tidak mengganggu tetangganya. Barang siapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia menghormati tamunya. Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia bertutur kata yang baik atau
bila tidak kuasa, maka hendaknya ia berdiam diri.” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
Pada
hadits lain beliau bersabda : “Barangsiapa
mendambakan untuk dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, hendaknya ia
mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaknya ia
memperlakukan orang lain sebagaimana ia suka bila mereka memperlakukannya
dengan cara itu” (HR. Muslim)
Suatu
hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melintasi para pedagang yang sedang berniaga. Tidak
ingin kehilangan momentum yang bagus ini, maka beliau segera memanfaatkannya
untuk menyampaikan etika pokok para pedagang muslim. Denga suara yang lantang,
beliau menegaskan kepada mereka : “Wahai
para pedagang! Spontan mereka meyimak apa yang akan disampaikan oleh
Rasulullah. Mereka mengangkat leher dan pandangan mereka kepada Beliau. Lalu
beliau bersabda, sesungguhnya kelak pada hari kiamat, para pedagang akan
dibangkitkan sebagai orang – orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertaqwa
kepada Allah, berbuat baik, dan berlaku jujur.” (HR. At Tirmidzi, Ibnu
Hibban, Al Hakim, dan di Shahihkan oleh Al Albany).
Untuk
lebih menekankan pesannya ini, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mencontohkan dalam praktik nyata bagaimana para pedagang
seharusnya menjalankan perniagaannya :
“Abdul Majid bin Waheb, mengkisahkan, bahwa
Al (Addaa) bin Khalid bin Hauzah berkata kepadaku : sudikah engkau aku bacakan
kepadamu surat yang dituliskan oleh Rasulullah untukku? Aku-pun menjawab:
Tentu. Kemudian ia mengeluarkan secarik surat, dan ternyata isinya : ‘inilah
penjualan Al (Addaa) bin Khalid bin Hauzah kepada Muhammad Rasulullah. Ia (Al
<Addaa>) menjual kepadanya (Nabi) seorang budak laki-laki atau budak
perempuan. Budak yang tiada berpenyakit, berperangai buruk, tidak pula ada
pengelabuhan, sebagaimana lazimnya penjualan seorang muslim kepada orang muslim
lainnya.’” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan dinyatakan Hasan oleh Al
Hafizh Ibnu Hajar Al Aqalany).
Menurut
hemat anda, bila para pedagang muslim mematuhi petuah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas, akankah ada orang yang tidak
simpatik dengannya? Mungkinkah hati nurani para pelanggan tidak terpikat dengan
tutur kata anda yang lembut, senyum anda yang mencerminkan ketulusan batin dan
sikap anda yang jujur?
Pada
kesempatan lain, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam memberi contoh lain, beliau bersabda : “Semoga Allah senantiasa merahmati orang yang senantiasa berbuat mudah
ketika ia menjual, membeli dan ketika menagih” (HR. Bukhori).
Saudaraku!
Sebagai pedagang, apa perasaan anda tatkala memiliki pelanggan atau relasi yang
berperangai sebagaimana dipaparkan diatas? Mungkinkah anda sanggup menahan
badai simpati yang bergemuruh di dalam hati anda? Kuasakah anda untuk tidak
mendengar tutur katanya, bila ia sedang berbicara? Dan mungkinkah anda untuk
tidak mempercayaiya?
Wajar
bila nenek moyang kita semua terpikat dan dengan sukarela meninggalkan agama
nenek moyang mereka yang telah mereka anut berabad – abad lamanya. Dengan jiwa
yang besar dan hati yang tulus, nenek moyang kita menerima agama yang
disyiarkan oleh para pedagang muslim kala itu. Semua itu berkat keluhuran budi
pekerti dan ketulusan hati para pedagang muslim yang singgah di negeri kita
kala itu.
Fakta Pedagang Muslim Di Zaman Ini
Pedagang
muslim zaman dahulu telah berhasil menebarkan syiar Allah dan mengIslamkan
penduduk Nusantara. Nah, bagaimana dengan pedagang muslim zaman sekarang? Saya
yakin anda mengetahui fakta pilu yang dijalani oleh banyak dari pedagang
muslim. Segala cara mereka tempuh guna mengeruk keuntungan sesaat, walau harus
mengorbankan akhiratnya.
Saudaraku!
Belumkah tiba saatnya bagi anda untuk kembali membuktikan bahwa upaya
mendapatkan keuntungan niaga tidaklah menghalangi anda untuk bisa berdakwah dan
menebarkan syiar Allah. Tidakkah anda terpanggil untuk meneladani nenek moyang
anda terdahulu yang telah berhasil mengIslamkan penduduk Nusantara?
Bila
pedagang terdahulu berhasil mengIslamkan orang Hindu dan Budha dengan melalui
perniagaan mereka, maka tidakkah anda kuasa “mengIslamkan” orang Islam dengan
perniagaan anda pula? Buktikan kepada dunia luas bahwa Syariat Islam anda mampu
menjadikan anda mengeruk keuntungan dan menjadikan bisnis anda lancar. Anda
berbahagia dengan keuntungan anda dan masyarakatpun damai sejahtera dengan
perniagaan anda.
Semoga
paparan singkat ini menggugah iman dan semangat anda untuk menyingsingkan baju
dan membukatkan tekad untuk berniaga dapat memancarkan iman dan amal shaleh
pada perniagaan anda.
Sumber
: Majalah Pengusaha Muslim Edisi 13 Volume 2 Tahun 2011
0 komentar: