Tips Berbusana Gamis Syar’i Bagi Pemula
Mungkin
tidaklah semua orang mampu dan sanggup untuk berbusana gamis syar’i dimasa ini.
Terkadang banyak halangan dan rintangan dalam perjalanan. Mengingat kebanyakan masyarakat
kita masih mengaggap busana gamis syar’i dengan cadar bagi muslimah adalah sesuatu yang asing.
Masalah
yang sering dihadapi seorang muslimah saat ingin mengenakan gamis syar’i dalam
kesehariannya yang pertama adalah kurangnya keyakinan akan syariat Allah.
Bahwasannya berbusana syar’i menutupi seluruh aurat adalah perintah Allah yang
telah tercantum dalam al-Qur’an dan Sunnah yang dijelaskan oleh para ulama.
Oleh karena itu, mereka masih ragu, dan banyak mempertimbangkan untuk berbusana
gamis syar’i yang serba tertutup.
Apalagi
lingkungan kita, sanak saudara, kerabat, teman kerja, teman main kita adalah
orang-orang yang belum mengenakan busana gamis syar’i. Maka ini akan menambah
berat rintangan untuk dapat berubah dari busana yang kurang syar’i ke busana
gamis yang syar’i dan tertutup.
Yang
perlu diketahui oleh seorang muslimah, bahwasannya secara sadar ataupun tidak
sadar, lingkungan itu sangatlah berpengaruh dalam prilaku kehidupa kita. Ketika
kita memiliki lingkungan yang baik, maka kita akn lebih termotivasi ikut baik,
namun jika lingkungannya buruk, jauh dari syariat Islam, maka otomatis kitapun
akan terpengaruh keburukan tersebut, dan condong kepadanya.
Oleh
karena itu, perlu kiranya kita mengetahui tips – tips untuk berbusana gamis muslimah
yang syar’i sebagai motivasi kita untuk menuju kea rah kebaikan. Karena
sesungguhnya hidup itu dinamis. Jika kita merasa saat ini kita masih banyak
kesalahan dalam penerapan syariat Islam khususnya dalam berbusana, maka
hendaknya saat ini kita lakukan perubahan dalam diri kita. Berikut ini diantara
tips-tips untuk memantapkan muslimah berbusana gamis syar’i.
1.
Menuntut
Ilmu
Seperti
sekilas telah kita singgung diatas, bahwasannya salah satu kendala saat akan
mengenakan busana gamis syar’i adalah karena kurangnya keyakinan bahwasannya
ini adalah syariat Allah. Ini biasanya disebabkan oleh subhat-subhat yang
beredar di sekitar kita.
Maka
untuk menghilangkan subhat mengenai pemahaman bagaimana seharusnya seorang
muslimah berbusana dalam Islam ini, hendaknya kita semua terus menuntut Ilmu.
Karena dengan tegaknya Ilmu dalam diri kita, akan menambah keyakinan akan
syariat Allah, keyakinan dalam bertindak, keyakinan dalam pilihan, keyakinan
dalam menerapkan syariat Islam dalam hidup.
Dan
yang perlu diketahui dan selalu menjadi patokan dalam prilaku seorang muslim
dan muslimah, bahwasannya ilmu itu adalah imamnya amalan, dan amalah itu
mengikuti ilmu. Maka untuk mengamalkan segala sesuatu yang berkenaan dengan
syariat Allah subhanahu wa ta’ala hendaknya
di dahulukan ilmu. Karena dengan ilmu akan timbul keyakinan, dan pupuslah
kesamaran.
Dalam
al-Quran Allah berfirman,
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk
menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya..” (QS. Al-Mulk :
2)
Al Fudhail
bin’Iyadh rahimahullah mengatakan, “Maksudnya
supaya Allah menguji kalian, siapa diantara kalian yang paling ikhlas amalnya
dan paling benar. Sesungguhnya suatu amal jika ikhlas namun tidak benar, maka
tidak diterima, dan jika benar namun tidak ikhlas juga tidak diterima hingga ia
ikhlas dan benar. Ikhlas yaitu dilakukan karena Allah, dan benar yaitu harus
sesuai dengan Sunnah.”
Maka
disini telah jelas pentingnya berilmu terlebih dahulu untuk dapat menerapkan
syariat Islam dalam kehidupn yaitu dalam berbusana syar’i. Dengan ilmu akan
menuntun kita kepada jalan kebenaran yang membuat hati yakin, membenarkan
amalan, dan menuntun kepada keikhlasan dalam berbuat dan beramal.
Maka
seutama-utama ilmu dari semua ilmu itu adalah diawali dengan ilmu tauhid,
bagaimana kita dapat mengenal Allah dengan sifat-sifat-Nya, penciptaan-Nya,
pengaturan-Nya, kehendak-Nya, tunduk dan beribadah kepada-Nya. Dengan kita
berilmu tauhid yang benar, kokoh dan yakin, maka akan tumbuh kecintaan kita
kepada Allah yang dengan ini, apapun syariat yang Allah telah turunkan kepada
makhluknya, entah berat, entah ringan, entah penuh rintangan, atau akan
menyebabkan terasing, kita akan yakin dalam melaksanakannya. Karena di dalam
hati kita, di dalam diri kita hanya Allah lah satu-satunya pemandu kita. Dengan
rasa keterkaitan kita kepada Allah, maka apapun selainnya tidak akan berguna
kecuali hanya mentaati syariat Allah termasuk dalam berbusana muslimah.
2.
Memilih
Lingkungan
Mungkin
sebagian dari kita ada yang acuh tak acuh terhadap lingkungan tinggal kita.
Acuh terhadap lingkungan pergaulan kita, lingkungan pekerjaan kita, atau
lingkungan di mana kita selalu berkumpul di dalamnya. Padahal hal yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam perbaikan sikap dan perilaku diri dalam hidup
itu adalah lingkungan.
Coba
kita renungi kembali kisah seorang yang membunuh 100 nyawa. Bahwasannya ketika
ia bertanya mengenai keinginannya bertaubat dari dosanya itu (membunuh 100
nyawa) di jawab dengan ilmu oleh seorang ulama dengan disarankan untuk
meninggalkan lingkungannya yang lama dan menuju lingkungan baru dimana dilingkungan
itu terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah dan dilaranglah orang ini
kembali kelingkungannya dimana ia berasal karena lingkungan asalnya adalah
lingkungan yang buruk. Kisah ini dapat dibaca pada artikel Jangan Berputus Asa Wahai Saudaraku.
Disini
sudah jelaslah bahwasannya lingkungan baik akan membawa kita kepada kebaikan,
dan lingkungan buruk akan mempengaruhi kita kepada keburukan pula. Maka tips
yang sangat penting untuk diperhatikan agar dapat berbusana gamis syar’i sehari-hari
adalah memilih lingkungan dimana orang-orang disekitar kita adalah orang-orang
yang berbusana syar’i, dan mengagungkan syariat-syariat Allah.
Juga
sebagai konsekwensinya kita harus jauhi lingkungan yang buruk, dimana ditempat
itu orang – orang mengolok-olok syariat Allah, tidak mau berbusana syar’i, suka
membuka aurat, tidak mau taat dan mendahulukan hawa nafsu serta membuat
subhat-subhat yang menyebabkan hati menjadi sakit dan jauh dari Allah.
Sesungguhnya siapa saja yang tidak taat kepada Allah, tidak menjadi hamba Allah
maka pada hakikatnya ia adalah hamba hawa nafsu, dimana ia menjadikan hawa
nafsu sebagai tuhannya, menjadi tolok ukura baik buruk, ditinggalkan atau
dijauhi, dibenci atau dicintai dan lain sebagianya. Ingatlah friman Allah
berikut,
“Maka, pernahkan kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, Allah membiarkan berdasarkan
ilmu-Nya, Allah telah mengunci mati pendengaran juga hatinya dan meletakkan
tutup atas penglihatannya. Maka, siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah
Allah (membiarkannya sesat). Apakah kalian tidak mengambil pelajara?” (QS.
Al Jatsiah : 23).
3.
Jangan
Malu
Terkadang
ada sebagian orang yang sudah tahu syariat busana gamis syar’i untuk muslimah atau
untuk pria dilarang musbil, namun karena ada rasa malu kepada manusia, malu
dikatakan sok alim, malu karena gak modis dan lain sebagainya, mereka tetap
saja tidak berubah.
Sebenarnya
ini juga merupakan bagian dari ilmu dan lingkungan. Karena jika seseorang sudah
mantap dengan ilmunya mengenai syariat Islam, dan lingkunganpun mendukung maka
rasa malu ini tidak akan menjadi hambatan baginya. Yang ada justru motivasi
yang besar untuk berbusana syar’i baik muslim maupun muslimah.
Namun
pada kenyataannya, sangat susah mencari lingkungan yang seideal itu. Tetap saja
ada tantangan dan gangguan dalam menerapkan syariat Islam ini. Mengingat kita
saat ini tinggal dimana mayoritas masyarakat masih tergolong jauh dari Sunnah,
dan masih tabu dan aneh dengan pakaian yang mengikuti syariat dengan berbagai
macam doktrin dan image buruk Islam yang beredar yang dibuat oleh orang-orang
yang benci kepada Islam.
Maka
disinilah pembuktian keimanan kita terhadap Allah. Apakah kita telah jujur
mengatakan kita beriman dengan melakukan segala macam konsekwensinya termasuk
berbusana gamis syar’i ataukah kita hanya main main dan dusta belaka berkata
beriman namun tidak mau menjalankan konsekwensi keimanan.
“Apakah manusia
menyangka mereka dibiarkan untuk berkata ‘kami telah beriman’ padahal mereka
belum diuji. Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka maka Allah telah
mengetahui siapa saja yang jujur dan siapa saja yang dusta (dalam imannya). (Qs. Al Ankabut : 2-3)
Tinggalkan
rasa malu kepada manusia. Dan tanamkan rasa malu kepada Allah ketika kita
bermaksiat kepada-Nya. Karena bahwasannya setiap detik, setiap saat waktu dalam
kehidupan kita selalu diperhatikan Allah, dimanapun kita berada walaupun
dibalik benteng yang sangat kokoh. Maka malulah ketika bermaksiat, malulah
kepada Allah ketika kita membuka aurat ditempat umum, serta takutlah
bahwasannya kelak kita akan menanggung akibat perbuatan kita di akhirat. Kita
akan pertanggung jawabkan perbuatan kita didunia walaupun hanya sebiji dzarah.
4.
Menempatkan
Syariat Pada Tempatnya
Menempatkan
syariat pada tempatnya ini juga kiranya penting menjadi tips untuk berbusana
muslimah yang syar’i. Mengingat ada beberapa orang yang kita kethui mereka
kurang dapat menempatkan syariat Islam pada tempatnya. Masih salah dalam
menempatkan dan menerapkan mana syariat yang di dahulukan, mana yang
ditinggalkan.
Untuk
lebih jelas mengenai poin ini, mari kita lihat contoh. Misalnya, kita sebagai
seorang muslim wajib hukumnya untuk taat terhadap perintah orang tua. Tidak
boleh mengeluh bahwan berkata uhh / ahh saja kepada orang tua tidak boleh ktika
kita diperintahkan terhadap sesuatu.
Namun
terkadang dengan kondisi orang tua yang awam terhadap syariat Islam, terkadang
tidak semua perintah orang tua kita itu adalah sebuah kebaikan. Misalnya kita
diperintahkan untuk berpakain sebagaimana masyarakat sekitar berpakaian, tidak
menyelisihi mereka, padahal dimasyarakat tersebut kebiasaannya mengenakan
pakain buka – bukaan aurat. Hal ini, dikatakan karena takut dijauhi masyarakat,
takut tidak memiliki teman, takut dikatan Islam keras, takut dikatankan
teroris. Dan akhirnya kita sebagai anak dilarang untuk berbusana gami syar’i
yang menutup aurat secara sempurna.
Maka
dalam masalah ini kita ditempatkan pada posisi harus mentaati orang tua, namun
perintah orang tua menyelisihi syariat Islam. Hendaknya dalam hal ini seorang
muslim lebih bijak dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya. Karena
sesungguhnya Tidak ada ketaatan kepada
makhluk dalam bermaksiat kepada Allah.
Jadi
ketika orang tua menyuruh, memerintahkan sesuatu dimana perintah itu mengandung
maksiat kepada Allah, kita tidak wajib mengikutinya, dan menolaknya dengan cara
yang halus, lembut dan dengan cara yang baik pula kita berkewajiban menasehati
orang tua kita yang salah dalam menerapkan aturan dalam keluarga. Inilah yang
kami sebut menerapkan syariat pada tempatnya.
Hendaknya
kita dapat merumuskan mana diantara dua pilihan itu yang sifatnya haram, wajib,
sunnah, dan mubah. Kita harus mampu menimbang-nimbang mana yang lebih utama
dilakukan, dan mana yang harus mutlak ditinggalkan. Wallahu a’alam.
Artikel terkait, bisa di baca juga :
* Tips Berbusana Muslimah
* Tips Berbusana Muslimah
Fanpage Rumah Belanja Muslim
Akun Facebook Rumah Belanja Whyluth
Artikel : www.rumahbelanjamuslim.blogspot.com
0 komentar: