Jadilah Pemenang
Jadilah Sang Pemenang |
Dalam kehidupan ini, terkadang kita di hadapkan dalam berbagai macam pilihan. Dalam setiap pilihan itu terdapat bisikan dan sebab - sebab yang menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Ada pilihan yang baik, ada pilihan yang lebih baik, ada juga pilihan yang paling baik. Begitu juga berkaitan dengan keburukan, ada pilihan yang buruk, ada yang lebih buruk, dan ada juga pilihan yang paling buruk.
Kita tidak selalu dalam dua pilihan antara baik dan buruk. Terkadang kita berada dalam pilihan sulit, antara dua keburukan. Yang kita tidak bisa menghindari kedua nya. Sehingga kita harus jeli dalam menentukan pilihan, mana pilihan dengan dampak keburukan yang lebih ringan yang harus kita pilih.
Begitu juga dalam kebaikan, terkadang kita berada dalam dua pilihan atau lebih yang kedua nya adalah pilihan yang baik, yang mau atau tidak mau kita harus meninggalkan salah satunya. Sehingga dalam memilihnya kita harus jeli, mana pilihan yang terbaik diantara pilihan - pilihan yang baik.
Dan inilah fakta dan kenyataan dalam kehidupan. Jika kita tidak mampu memilih dan memilah, membuat skala prioritas dalam pilihan. Maka tentu kita tidak akan pernah bisa menjadi SEORANG PEMENANG. Bahkan munkin saja kehidupan kita akan kacau, entah di dunia, entau di akhirat atau bahkan keduanya. Oleh sebab kita tidak bisa memilah dan memilih dalam menentukan skala prioritas, tentunya prioritas dalam ukuran AGAMA, bukan DUNIA.
Sang Penyeru
Dalam setiap pilihan baik atau buruk, biasanya terdapat penyeru - penyeru di dalamnya. Khususnya dalam hal ini yang akan kami lebih fokuskan dalam hal keburukan.
Setiap perkara buruk, dosa dan maksiat, di dalamnya ada penyeru - penyeru yang tak pernah perhenti menyeru untuk mengajak kepadanya. Entah penyeru itu berupa hawa nafsu, ataupun penyeru berupa bisikan syaitan. Karena memang kedua inilah hal yang jika diikuti akan selalu mengajak kepada keburukan.
Penyeru ini akan selalu ada selama manusia masih ada di dunia ini. Ia akan selalu mengajak anak adam kepada keburukan, dalam bentuk kesyirikan, bid'ah maupun maksiat. Dan ia akan menyeru manusia dari mulai perkara yang kecil, samar, halus sampai pada perkara yang besar, yang tidak samar lagi tentang keburukannya.
setiap perbuatan buruk itu akan di hias hiasi di hadapan manusia menjadi sebuah keindahan, sebuah kebaikan. Yang membuat menarik manusia untuk memilihnya. Jika seandainya sang penyeru tidak mampu mengajak manusia secara langsung kepada kesyirikan, maka ia akan menipunya dengan bid'an, jika dengan bid'an tidak mampu, maka ia akan menipu dan menghiasi perkara perkara yang mengandung maksiat, dosa besar, dosa kecil, bahkan sampai kepada kesamaran dalam agama. Hingga akhirnya selangkah demi selangkan sang penyeru keburukan tersebut akan pada akhirnya menjerumuskan anak manusia kedalam jurang sebesar besar dosa yaitu kufur kepada Allah ta'ala. Walaiyyadzubillah.
Sang Pemimpin
Seorang manusia, pada hakikatnya adalah seorang pemimpin. Minimal ia menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia akan selalu mengambil kebijakan dalam dirinya untuk berbuat sesuatu dan memilih sesuatu.
Sebagaimana telah di sebutkan sebelumnya, dalam kehidupan selalu kita di hadapkan dalam pilihan pilihan. Terkadang pilihan itu sulit. Dan di dalam pilihan - pilihan itu ada penyeru yang siap menyeru dan menghias hiasi sebuah keburukan menjadi hal yang indah dan mengesankan agar manusia terjerumus di dalamnya.
Maka seorang pemimpin hendaknya mampu menjadi pemimpin yang bijak. Pemimpin yang mempu memimpin dirinya sendiri Menjadi SEORANG PEMENANG, bukan menjadi seorang yang KALAH atau di KALAHKAN.
Karena ketika seseorang di hadapkan dalam pilihan - pilihan, dan ternyata ia memilih pilihan berbuat keburukan, maksiat, perbuatan dosa, dan tertipu dengan hiasan bujukan dari sang penyeru keburukan yaitu Syaitan ataupun Hawa Nafsunya, maka tentu dalam hal in ia Telah KALAH.
Namun ketika ia dalam dua pilihan berat, ia mampu memilih pilihan Terbaik berupa kebaikan bagi dirinya dan agamanya, betapapun Syaitan dan Hawa Nafsunya menghiasi dan mengajak pada keburukan tersebut, dan ia pun tetap kokoh diatas kebaikan itu, Maka saat tersebut ia telah menjadi SANG PEMENANG.
Berapa banyak dalam hidup ia telah memenangkan dirinya dari dua sang penyeru itu, maka ia akan menjadi SANG JUARA, yaitu Sang Pemenang Sejati. Namun siapa saja yang dalam kehidupannya, ia banyak kalahnya, dan mungkin selalu kalah dengan ajakan dua sang penyeru tersebut, maka pada hakikatnya ia adalah orang yang kalah. ia adalam pemimpin yang gagal.
Maka siapa saja yang ingin jadi Sang Juara, Sang Pemenang Sejati, hendaknya ia selalu mampu memenagkan pertempuran di dalam hatinya. Pertempuran dengan dua Penyeru yaitu Syaitan dan Hawa Nafsunya. Ia selalu tundukan keduanya, ia selalu tekan keduanya, sehingga kebiasaan dalam hidupnya adalah kebaikan.
Mungkin saja terkadang ia kalah, ia di tundukkan hawa nafsu, namun dengan kekalahannya ini ia selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah. Ia akan selalu memperbaiki diri, dan selalu berusaha menekan kedua penyeru keburukan tersebut.
Maka tidak tercela baginya. Karena memang manusia mana maksum, tidak punya kesalahan ? bahkan kita, berapa banyak kesalahan kita. Namun sebaik baik orang yang memiliki kesalahan, dosa dan maksiat, adalah orang yang selalu Istighfar dan bertaubat kepada Allah ta'la, dengan sebenar benarnya taubat.
Mudah-mudahan kita termasuk dalam jajaran orang - orang, pemimpin yang dapat menjadi Sang Juara, sang Pemenang Sejati, yang mempu menaklukkan dua penyeru keburukan dalam kebiasaan kehidupan kita.
Dan semoga Allah ta'ala selalu memberikan hidayah dan taufiqnya kepada kita semua. sehingga akhir kehidupan kita berada dalam kebikan, dengan penutup yang baik. karena amalan seseorang itu bagaimana pada akhirnya. Dan kita memohon akhir yang baik kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Innahu waliyu dzalika wal qodiru 'alaih
Abu Mumtazah
0 komentar: