Sudah Benarkah Pendidikan Anak Kita?
Pendidikan
anak sangatlah penting dalam membentuk kepribadiannya kelak. Maka baik atau
buruknya pendidikan anak kita saat kecil, bahkan saat dalam kandungan, dengan
izin Allah akan berpengaruh terhadap kepribadian anak ketika dewasa. Anak yang
di didik dengan pendidikan yang baik, dengan izin Allah akan tumbuh berkembang
menjadi pribadi yang baik pula saat dewasanya, anak yang di didik dengan
pendidikan yang buruk maka atas izin Allah pun akan berkembang menjadi pribadi
yang buruk pula.
Namun
hal ini bukanlah rumus yang pasti dalam pendidikan anak. Karena semua itu tetap
berdasar pada kehendak Allah. Bisa saja anak yang saat kecil tidak terlalu
mendapat pendidikan yang baik oleh orang tuanya, namun atas Rahmat dan Taufiq
Allah tumbuh saat dewasa menjadi pribadi yang baik, dan bisa juga sebaliknya.
Intinya semuanya adalah bergantung pada kehendah Allah subhanahu wa ta’ala.
Peranorang tua dalam pendidikan anak sangatlah penting. Karena orang tua adalah
orang yang paling bertanggung jawab dan seharusnya paling banyak intensitasnya
berinteraksi dengan anak. Maka dalam mendidik pun orang tua lah sebagai kunci
yang menentukan mau di bawa kemana arah pendidikan seorang anak. Apakah akan
berkiblat pada pendidikan yang berfokus pada dunia, pendidikan anak yang ber
kiblat ke barat, atau cukup dengan pendidikan anak yang Islami.
Namun,
banyak juga yang mesti di sayangkan. Ternyata banyak juga orang tua yang lalai
dalam perhatiannya terhadap pendidikan anak. Mereka lebih sibuk dengan urusan
dunia mereka hingga lupa, bahwa kelak seorang pemimpin (dalam hal ini orang tua)
akan di mintai pertanggung jawaban terhadap kepemimpinannya di akhirat kelak. Seorang
ayah akan di tanyakan tetang kepemimpinannya dalam keluarga, bagaimana mereka
mentarbiyah keluarga mereka. Seorang ibu akan di mintai pertanggung jawabannya
terhadap kepemimpinannya dalam rumah tanggan, pendidikan anak-anak nya. Karena
seorang ibu adalah madarasah pertama bagi anak.
Maka
peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah di butuhkan oleh seorang anak. Jangan
sampai kita serahkan pendidikan anak kita kepada para pengasuh-pengasuh anak
yang tidak memperhatikan pendidikannya, kepada lingkungan yang sudah kacau,
atau kita rela anak kita didik oleh telivisi yang jika di lihat di dalamnya
antara maksiat dan manfaat justru lebih banyak maksiat. Ingatlah wahai para
orang tua, anak yang shalih adalah bekal amal yang tidak akan terputus ketika kita
sudah meninggal. Maka perhatikan kemana
arah tujuan pendidikan anak kita. Sudah benarkah pendidikan anak kita.
Jika
kita lihat kenyataan di masa ini. Banyak orang tua dari seorang anak muslim
yang fokus pendidikan anak adalah fokus kepada tujuan dunia. “Nak, kamu harus
sekolah atau kuliah disini dengan jurusan ini, agar nantinya kamu bisa mudah di
terima kerja di perusahaan, atau mudah menjadi PNS”. Itulah sedikit gambaran
kebanyakan pendidikan anak muslim kita. Dengan mereka berfokus mendapat
pekerjaan dan bisa berhasil mendapatkan dunia, mereka lupa mengajarkan
pendidikan Islam untuk anak mereka. Mereka lalai bahwa hakikat di ciptakannya
manusia adalah untuk mengikhlaskan beribadah hanya kepada Allah. Sehingga
tujuan mereka hanyalah dunia yang sangat terbatas kenikmatannya.
Ingatlah
perkataan Imam Ibu Qoyyim al Jauziyyah, bahwa orang yang cinta kepada dunia itu
tidak akan terlepas dari tiga hal,
yaitu kesedihan yang harus diterima, keletihan
yang terus-menerus, dan kerugian yang tidak ada habisnya. Maka masihkah fokus pendidikan
anak kita hanya pada dunia saja jika telah melihat kenyataan diatas.
Dalam mendidik seorang anak, seharusnya orang tua tidak
melupakan pendidikan Islam untuk anak. Karena bekal untuk melakukan ibadah
penghambaan diri kepada Allah adalah ilmu agama. Pembentuk akhlak dalam diri
anak adalah ilmu agama yaitu Islam. Maka pokok pendidikan yang harus di
tanamkan pertama kali dalam diri anak adalah pendidikan anak dalam agama Islam.
Dengan bekal yang baik dalam pendidikan Islam ini, maka niscaya seorang anak
akan dapat menimbang mana yang baik, dan mana yang buruk memakai timbangan
Islam. Bukan timbangan syahwat nya.
Wallahu a’lam.
0 komentar: