Renungan Usai Ramadhan

renungan usai ramadhan
Ramadhan bulan yang penuh berkah, dimana didalamnya bercurah ampunan dan pahala yang melimpah telah melalui kita. Bulan tarbiyah yang didalamnya banyak muslim yang menjadikannya sebagai sarana untuk mensucikan jiwa, meninggalkan kemaksiatan, memperbanyak amalan shalih dengan selalu berharap ampunan dan pahala dari Allah. Bulan dimana di dalamnya di wajibkan untuk berpuasa, baik berpuasa dari makan dan minum, maupun berpuasa dari hal-hal yang diharamkan maupun dimakruhkan.

Bulan ramadhan yang setiap harinya adalah hari-hari kesabaran, yaitu sabar untuk melaksanakan ketaatan, ibadah, amal shalih, dan juga sabar menahan amarah, hal-hal yang maruh, dan hal-hal yang haram demi hanya mengharap pahala yang besar dari Allah.

Kini Ramadhan itu telah berlalu. Bulan ramadhan telah berganti syawal, dimana pada tanggal satunya setiap muslim merayakan hari kemenangan yang dinanti-nanti yaitu hari raya idul fitri. Keadaanpun berubah, yang tadinya di bulan ramadhan semua muslim diwajibkan berpuasa di siang harinya, kini dibulan syawal kewajiban itu hilang, setiap muslim berbuka di bulan ini, dan masih tersisa dibulan ini puasa sunnah di bulan syawal.

Namun begitu, dengan berlalunya bulan ramadhan ini apakah kita kemarin telah banyak beramal shalih, bertaubat di dalamnya. Ataukah kita hanya sekedar melaluinya tanpa ada bekas, dan tanpa ada upaya lebih dalam meraih ampunan Allah.

Ada baiknya setalah kita merayakan hari raya idul fitri kemarin, setelah kita banyak bersenang-senang, kini kita merenungi apakah kita telah mengupayakan yang tebaik dengan amalan-amalan shalih pada hari-hari sebelumnya.

Apakah dibulan ramahdan yang lalu kita telah mentarbiyah diri kita, mensucikan diri kita sehingga kita terbebas dari dosa Ria, Hasad, Menggunjing, dan lain sebagainya. Apakah kita telah mampu bersabar dengan syariat Allah baik dalam melaksanakannya maupun dalam meninggalkan larangannya. Atau masih saja kita berjalan dengan berbagai kesalahn dan dosa-dosa di masa lalu tanpa mendapat ampunan Allah karena lalai dari bertaubat kepada Allah, lalai beramal shalih dan terlalu banyak tertawa, terlalu banyak berbicara akan hal-hal yang membahayakan diri, dan lain sebagainya.

Jangan semata-mata kita teah mendapatkan hari kemenangan lalu kita juga berlepas dari dari ibadah-ibadah kepada Allah. Kita lupakan shalat, kita lupakan membaca al – Qur’an, kita tinggalkan menuntut ilmu, dan disibukkan dengan urusan dunia yang melalikan, urusan dunia yang membuat lupa diri.

Mari kita renungkan perkataan Imam Ibnu Qoyyim berikut, bahwasannya kata beliau, orang yang mencintai dunia secara berlebihan itu tidak akan terlepas dari tiga hal, Kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir.

Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus berambisi mengejar yang lebih daripada itu, sebagaimana dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas) maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang ketiga (HR Bukhari, dari Muslim.Or.Id)   

Oleh karena itu, bagi setiap muslim yang mengetahui bahwasannya tujuan kita diciptakan didunia ini adalah hanya untuk beribadah kepada Allah sebagaimana Firman Allah subhanahu wa ta’ala, Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56), hendaknya kita berfokus pada tujuan kita yaitu beribadah kepada Allah.

Maka dengan tujuan ibadah ini, hendaknya dunia ini tidak melalaikan kita, tidak membuat kita lupa hakikat kehidupan dunia ini adalah hanya ibarat menjadi seorang musafir yang sedang dalam perjalanan, dimana dalam penjalanan didunia ini seorang musafir memiliki tujuan akhir. Dan dunia bukanlah akhir tujuannya, namun tujuan akhir kita adalah akhirat, yaitu surga Allah subahanahu wa ta’ala.

Oleh karena itu, karena didunia kita sebagai musafir, tentunya kita membutuhkan bekal untuk mencapai tujuan kita yaitu surga. Karena tanpa bekal kita tidak akan sampai pada tujuan tanpa memiliki bekal yang cukup. Maka mari di dunia ini kita perbanyak bekal kita menuju akhirat kelak dengan berbagai amalan shalih yang di syariatkan oelh Allah subahanahu wa ta’ala, agar kita dapat sampai ditujuan akhir kita, dan tiddak tersesat kelak. Amiin.

Fanpage kami Rumah Belanja Muslim  
Akun Facebook Rumah Belanja Whyluth 

Artikel :  Renungan Usai Ramadhan 

1 komentar: