Yang Sering Dilupakan Orang Tua

pendidikan anak yang sering dilupakan orang tua
Anak merupakan salah satu anugrah nikmat yang Allah berikan kepada setiap orang tua. Tak heran, banyak orang tua rela melakukan apa saja untuk meraih kebahagiaan anak-anaknya. Ibaratnya jika harus mendaki gunung dan turun gunung sekalipun, ia rela kerjakan untuk membahagiakan anak-anaknya.

Untuk dapat meraih kebahagiaan bagi anak-anaknya, banyak macam dan cara yang dapat dilakukan oleh orang tua. Dan modal utama dalam menjalankan sebab-sebab kebahagiaan untuk anak adalah Ilmu, yaitu Ilmu. Orang tua mana saja yang menginginkan kebahagiaan bagi anak-anaknya maka hendaknya ia memiliki ilmu tenting itu. Karena tidaklah suatu tujuan yang baik akan tercapai kecuali dengan berbekal ilmu terlebih dahulu.

Pentingnya Ilmu ini telah disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Firman-Nya,
Ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan yang berhak di sembah selain Allah dan mintalah ampunan untuk dosamu” (QS. Muhammad : 19)

Dalam ayat tersebut Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk berilmu dahulu, yaitu “Ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan yang berhak di sembah selain Allah”. Dan ini adalah dalil yang jelas tentang perintah menutut Ilmu yang datangnya langsung dari Allah. Dari ayat ini juga imam al Bukhori rahimahullah mengambil kesimpulan dalam salah satu bab dalam kitab shahihnya bahwa Ilmu Sebelum Ucapan dan Amalan.

Begitu pula dalam menggapai kebahagiaan untuk anak, bahkan untuk diri sendiri, maka itu dapat dicapai dengan berilmu mengenai bagaimana menempuh jalan-jalan kebahagiaan. Karena jika kita tidak mengetahui ilmu dimana jalan-jalan menuju kebahagiaan itu, bagaimana menapakinya, maka niscaya kita akan tersesat dari jalan itu, dan bukan kebahagiaan yang akan di dapat, justru malah jalan kesesatan yang akan mengantarkan kita kepada kesedihan yang abadi.

Seandainya ada seseorang yang mengalami kecelakaan kemudian ia dibawa ke Rumah sakit untuk mendapat penanganan, dimana orang tersebut harus mendapat tindakan bedah untuk memnyembuhkan lukanya. Kemudian ada seseorang di rumah sakit yang menanganinya, dan ternyata ia tidak memiliki ilmu mengenai anatomi fisiologi tubuh manusia, ia tidak memahami ilmu bedah, bahkan ia tidak mengerti ilmu kesehatan sama sekali, apakah anda percaya orang ini dapat menyembuhkan luka orang yang kecelakaan tersebut, sementara ia tidak memiliki ilmu kedokteran sama sekali? Apakah kesembuhan yang diharapkan atas berobatnya orang yang kecelakaan tersebut akan diraih dengan penanganan dokter gadunggan itu ataukah justru kesedihan atau bahkan kematian yang didapatnya?

Secara akal sehat, dari contoh kasus diatas tentu kita setuju jika ilmu itu didahulukan sebelum bertindak. Kasus diatas hanyalah permasalahan dunia, yang taruhannya hanya hidup dan mati. Coba anda bayangkan jika kejadiannya adalah permasalahan akhirat yang taruhannya adalah surga atau neraka? Anda dapat bayangkan ketika amalan akhirat tidak dibarengi dengan ilmu, maka apakah kebahagiaan yang akan kita dapat, ataukah justru akan menjerumuskan kita kepada kesedihan dan masuk ke neraka walliyyadzubillah.

Namun ternyata hal ini banyak dilupakan oleh kebanyakan orang tua dalam menjalankan sebab–sebab kebahagiaan untuk anaknya. Banyak orang tua lalai pentingnya berbekal ilmu dalam mendidik anak, yang akhirnya ia fikir itu adalah kebahagiaan, ternyata justru jalan kesedihan.

Posisi orang tua ini sangatlah penting bagi anak-anaknya. Ketika orang tua tau jalan kebahagiaan, maka insya Allah ia dapat membimbing anak-anaknya kepada jalan kebahagiaan itu, namun ketika orang tua tidak mengetahui jalan-jalan kebahagiaan, maka justru karena sebab ini dapat menjerumuskan anak kapada jurang kesedihan yang mendalam bagi anak-anaknya.

Kita lihat di zaman kita ini, betapa banyak orang tua yang ingin anaknya bahagia namun ternyata ia lalai terhadap kebahagiaan yang sesungguhnya, atau mereka kebanyakannya tidak mengetahui apa itu jalan utama kebahagiaan. Padahal jalan kebahagiaan itu mudah, dan jalan kebahagiaan itu selalu kita minta disetiap sholat kita, yaitu “Tunjukillah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.(QS. Al Fatihah : 6-7)

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman dalam ayat yang lain menjelaskan siapa itu orang-orang yang di beri nikmat oleh-Nya,
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin[314], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-Nisa’: 69)

Maka dari sini jalan kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mentaati Allah dan dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, untuk membimbing anak menempuh jalan kebahagiaan yang sebenarnya adalah dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya, dengan mengajarkan tauhid / akidah yang benar dan menjauhkan syirik, mengajarkan sunnah menjauhkan dari perkara bid’ah, mengajarkan kebaikan dan menjauhkan maksiat.

Namun ternyata banyak orang tua yang melalaikan ini semua dalam mendidik anak mereka. Mereka menginginkan kebaikan namun mereka tidak melaksanakan kebaikan itu. Bahkan banyak juga diantara mereka yang malah justru memberikan kebahagiaan kepada anak dengan jalan-jalan yang salah.

Seperti yang kita lihat di saat ini, betapa banyak orang tua yang ingin membahagiakan anaknya dengan memberikan apa saja yang diinginkan anak, dari perkara-perkara yang dilarang, seperti membiarkan anak asyik di depan televisi, padahal kita tahu acara-acara di tv saat ini banyak yang membahayakan akidah anak-anak kita. Banyaknya film-film kartun anak yang jika dilihat sekilas tidak ada masalah padanya, namun ternyata di dalamnya ditanamkan akidah-akidah bathil dari agama lain, juga acara-acara mistis seperti memburu hantu, perdukunan dan lain sebagainya. Padahal acara-acara seperti ini bukan hanya sekedar mengajarkan maksiat berupa dosa besar, bahkan lebih besar dari itu, yaitu mengajarkan kesyirikan.

Atau kita lihat banyak dari orang tua yang menginginkan kebahagiaan pada anaknya dengan mengajarkan menyanyi, memberikan mainan alat-alat permainan music, padahal jelas-jelas music ini hukumnya haram di dalam Islam dari dalil dalil yang kuat dari al-Qur’an dan Sunnah. Dan masih banyak lainnya dari apa-apa yang diberikan orang tua yang dianggap kebaikan ternyata adalah jalan yang buruk.

Hal yang demikian itu, kemungkinan disebabkan karena ketidak tahuan orang tua terhadap ilmu dan bahaya-bahaya apa yang ia berikan kepada anaknya itu. Ketika orang tua memiliki ilmu dalam mendidik anak dan mereka tahu bahwasannya apa yang ia berikan itu berbahaya untuk anak-anak mereka, maka tentunya ia tidak akan berikan kepada anaknya, namun ketika ia tidak mengetahuinya, maka terjadilah apa yang kita lihat banyak di saat ini, yaitu orang tua yang tidak sadar telah mengajarkan keburukan pada anaknya.

Maka disinilah pentingnya berbekal ilmu bagi setiap orang tua, dan bagi setiap muslim untuk beramal dalam kehidupan sehari-hari agar kita tidak terjerumus pada jalan-jalan kesesatan dan berakhir pada siksa yang pedih kelak. Mudah-mudahan Allah tetapkan hidayah-Nya kepada kita semua dan kaum muslim pada umumnya untuk dapat berpijak pada ajaran yang lurus yang berlandaskan dengan al-Qur’an dan as-sunnah yang sahih dengan pemahaman yang benar. Wallahu a’lam.
jilbab syar'i 


0 komentar: