Fanatik Agama atau Apatis ?
Fanatik Agama atau Apatis |
Fanatik atau Apatis?
Ketika ada orang yang melihat saudaranya,
- Tidak mau mengambil Riba
- Tidak mendengar Musik
- Tidak berjabat tangan dengan lawan jenis (bukan mahrom)
- Tidak mengumbar aurat
- Pakai celana diatas mata kaki (laki-laki)
- Tidak pacaran
- Menundukkan pandangan terhadap yang haram
- Tidak mau kredit KPR / Kendaraan yang mengandung Riba
- Tidak sembarangan dalam bergaul
- dan sejenisnya dari perkara yang di larang dalam Islam
Maka terkadang kita dapati nyinyiran dan sindiran kepada orang yang melakukan hal tersebut.
Dari ucapan kuno, gak mengikuti perkembangan zaman, kolot, hidup tidak realistis, sampai anggapan FANATIK AGAMA.
Pertanyaan besar yang timbul dari fenomena ini adalah, apakah benar muslim yang mengamalkan hal tersebut diatas itu Fanatik Agama, ataukah Justru Penuduhnya yang Apatis Terhadap Agama? Sampai-sampai hal-hal yang merupakan bagian dari syariat Islam. Amal ketaatan kepada Allah. Dianggap asing seolah-olah menjadi sebuah cacat / kemunduran.
Jika ada yang orang mengamalkan agama pada setiap lini kehidupan baik yang sesuai dengan kebiasaan atau yang tidak dianggap sebagai cela. Lalu bagaimana beragama yang benar menurut anda?
Menyesuaikan Diri Dengan Agama
Padahal Allah telah memerintahkan kita untuk beragama secara menyeluruh. Tidak pilih-pilih. Apalagi menyesuaikan zaman. Hal ini telah dijelaskan dalam al-Quran Surat al-Baqarah ayat 208 diatas. Tentang perintah beragama / masuk ke dalam agama Islam secara kaffah / menyeluruh.
Lalu masihkah ada pilihan bagi kita untuk tebang pilih dalam syariat? Apalagi melabeli orang yang melaksanakan agama dengan julukan-julukan negatif?
Maka hendaknya selaraskan hidup kita dengan agama dan Syariat Islam. Jangan pelintir, jangan tebang pilih dengan menyesuaikan agama sesuai kebutuhan hidup. Sehingga berbagai aturan Islam pun di pelintir sedemikian rupa sehingga sesuai dengan hawa nafsu.
Maka ditengah badai fitnah yang besar ini. Dimana yang benar terlihat cela, sementara yang buruk menjadi biasa. Hendaknya kita selalu berdoa dan memohon kepada Allah agar ditetapkan diatas ketaatan kepada-Nya.
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu”
Wallahu a'lam.
Abu Mumtazah
0 komentar: