Tawakkal Quotes

Konsep Tawakkal
Konsep Tawakkal
Diantara amalah hati yang besar bagi seorang muslim adalah tawakkal. Banyak dari kita yang menyebut dan menyandarkan sesuatu hal dengan nama tawakkal, namun ternyata kurang pas dalam penempatan.

Sehingga di kenal bagi sebagian kita saat ini, makna tawakkal itu adalah menyerahkan semua urusan murni kepada Allah ta'ala dengan tanpa meksanakan sebab. 

Jadi ada kesan yang kurang nyaman terhadap seseorang yang bertawakkal tanpa usaha. Padahal orang muslim itu, bukankanlah orang yang malas. Namun seorang muslim hendaknya ia bersamngat dalam hal yang bermanfaat baginya, dan selalu memohon pertolongan kepada Allah. 

Dan bukan hanya berasndar sembari berleha leha di pintu pintu masjid, dan berharap tiba tiba kebutuhan ini dan itu pada dirinya terpenuhi. 

Karena diantara hal yang harus terpenuhi dalam tawakkal adalah seseorang yang bertawakkal itu menjalani sebab yang di benarkan dalam Islam. 

Konsep Tawakkal Yang Benar

Dapat di ringkas, mengenai konsep tawakkal yang benar yaitu seseorang bersandar kepada Allah ta'ala, kemudian ia menjalani sebab - sebab yang di benarkan dalam syariat, lalu setelah terjadi ia melihat kepada Allah dan menyandarkan apapun yang terjadi hanya karena Allah, dan bukan karena sebab yang ia lakukan.

Jadi seorang di katakan bertawakkal kepada Allah adalah ketika ia telah menjalani sebab yang dibenarkan kemudian ia menyandarkan apapun yang terjadi baik itu yang ia harapkan ataupun yang bukan harapannya, semua nya hanya karena Allah dan bukan karena sebab. 

Contoh Tawakkal

Untuk menggambarkan konsep diatas, mungkin ada baiknya kita buat study kasus tentang penerapan makna tawakkal ini. 

Misalkan seseorang ingin mendapatkan rizki, penghidupan untuk dirinya dan anak - anaknya. Maka di katakan ia telah bertawakkal ketika ia sudah menjalani sebab untuk mendapatkan rizki tersebut. 

Diantara sebab untuk mendapatkan rizki yaitu dengan ia bekerja, berdagang, bertani, atau selainnya. 

Ketika ia telah menjalani sebab yang benar, ternyata ia mendapatkan apa yang ia inginkan berupa harta rizki yang berkecukupan. 

Maka ia sandarkan apa yang ia dapat tersebut kapada Allah ta'ala. Bahwasannya apa yang ia capai, apa yang ia raih, apa yang ia dapatkan berupa harta dan selainnya semua itu hanyalah dari Allah. Dan bukan karena usahanya, bukan juga karena kepandaiannya dalam bekerja atau berdaganag. 

Jangan sampai ada diantara kita yang ia meraih kesuksesan dalam usahanya, lalu ia sandarkan kesuksesan tersebut pada usaha dan kepadaiannya. 

Jangan sampai diantara kita ada yang mengikuti jejak Qorun yang telah dibinasakan Allah ta'ala, yang ia telah bersombong terhadap kemampuan dirinya, kufur terhadap nikamat Allah ta'ala padanya. 

Qorun berkata: “”Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” (QS Al-Qashash : 78)

Selain menjalani sebab - sebab diatas. Maka ada juga sebab - sebab syar'i untuk melpangkan rizki. Sebab syar'i yaitu sebab - sebab yang di sebutkan Allah ta'ala di dalam syariat - Nya yang dapat melapangkan rizki seorang hamba. 

Diantara sebab sebab syar'i dalam mendatangkan rizki misalkan seperti menyambung silaturahim, berinfaq kepada penuntut ilmu, istighfar, taubat, mensyukuri nikmat, dan lain sebagainya. 

Jangan Berlebihan 

Menjalani sebab adalah bagian dari tawakkal yang di benarkan. Tapi jangan sampai diantara kita kebablasan dalam menjalani sebab. Sehingga dalam kehidupannya ia berfokus hanya pada sebab saja. 

Seperti contoh diatas, menjalani sebab dengan mencari rizki, bekerja berdagang atau bertani. Maka semua ini hanyalah wasilah dan penopang kehidupan kita di dunia. Bukan tujuan kita hidup di dunia. 

Karena tujuan kita hidup di dunia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah, mentauhidkan Allah ta'ala.

Maka bekerja, emncari rizki tujuannya agar kita dapat beribadah kepada Allah. 

Bukan justru sebaliknya, pekerjaan kita yang melalaikan kita dari mengingat Allah ta'ala. 

Maka jangan sampai berlebihan. Jadilah orang yang pertengahan, yang menempatkan sesuatu pada tempatnya. 

Tidak menjadi orang yang bermalas malas dan hanya duduk duduk saja di masjid tanpa berusaha. Namun juga tidak menjadi seorang pecinta dunia yang kehidupannya ia habiskan hanya untuk mengurusi dunia

Wallahu a'lam.

Admin | www.RumahBelanjaMuslim.Blogspot.Com

0 komentar: