Fenomena Arab dan Islam

Fenomena Arab dan Islam
Isu Arabisasi dari waktu ke waktu terus bergulir dan selalu menjadi topik yang selalu hangat di bicarakan baik dikalangan muslim maupun non muslim. Sebagian ada yang menggunakan isu Arab atau Arabisasi untuk menyerang Islam, atau menyandingkan isu Arab di identikan dengan isu Wahabi sebagai aliran sesat, lahaulla wala quwwata illa billah.

Padahal jika kita lihat dengan adil, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu adalah orang Arab, al-Qur’an turun dengan bahasa Arab, hadits-hadits Nabi juga dari bahasa Arab, namun mengapa masih tetap saja ada sebagian orang yang kesannya seperti anti Arab?

Jangan salah faham dulu? Dengan apa yang kami katakan diatas, bukan berarti Arab itu bangsa / suku yang tidak memiliki cacat, bangsa / suku yang semuanya harus kita contoh. Bukan itu yang kami maksut. Karena jika ingin mencontoh maka tentu contoh terbaik adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika ingin meniru orang yang tidak memiliki cacat / orang yang maksum yang dosanya di ampuni Allah ta’ala, maka tirulah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Firman Allah,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا

Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)

Kembali lagi kepada permasalahan Arabisasi. Kita juga mendapati pada sebgian kaum muslimin di sekitar kita yang ketika melihat seorang pria memelihara jenggot, memakai jubah, atau seorang muslimah yang mengenakan cadar maka sontak mereka katakan itu adalah budaya Arab, itu kebiasaan orang Arab, mengapa kita harus tiru-tiru budaya Arab, padahal kita bukan orang Arab, dimana kita orang Indonesia memiliki kebudayaan tersendiri yang berbeda dengan budaya Arab.

Maka agar tidak salah faham, dan tidak mengkritik dengan cara yang asal, dan agar tidak termasuk dalam orang-orang yang menjadikan syariat ini sebagai bahan olok-olokan, kita harus memahami, bahwasannya memelihara jenggot bagi pria, mengenakan cadar bagi wanita, memakai jilbab-jilbab yang panjang menutupi seluruh tubuh bagi wanita, itu bukanlah semata-mata kebudayaan Arab yang serta merata setiap muslim harus mengamalkannya. Hal tersebut wajib kita amalkan bukan karena budaya Arabnya, namun kita mengamalkan hal – hal yang kami contohkan diatas karena memang perkara tersebut telah disyariatkan di dalam Agama Islam ini, telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Maka mengamalkan memilhara jenggot, memakai cadar itu bukan karena budaya Arab, tapi karena Allah dan Rasul-Nya telah mensyariatkan hal tersebut.

Sedangkan berkenaan dengan mamakai jubah bagi pria, maka saat ini kami meyakini bukanlah hal yang harus di amalkan, karena memang di negeri kita ini, masyarakatnya terbiasa memakai pakaian seperti celana, baju dan sejenisnya. Maka selama memakai celana, memekai baju (selain jubah) itu baik selama tidak terdapat di dalamnya pelanggaran syariat / tidak melanggar ketentuan umum dalam berpakaian, seperti tidak terlihat aurat, hendaknya pakaian itu longggar, tidak mengenakan celana di bawah mata kaki dll.

Dari sini maka jelas sudah, bahwasannya alasan mengamalkan atribut yang terlihat sepeti budaya Arab itu bukanlah karena budayanya semata, namun hal tersebut karena merupakan bagian dari syariat Islam yang setiap muslim wajib mengamalkannya.

Tentu kita sepakat bahwasannya setiap muslim dan muslimah itu wajib baginya menutup aurat dan tidak menampakkan auratnya, wajib bagi setiap muslimah untuk tidak tabarruj, wajib bagi muslim dan muslimah untuk tidak ikhtilath, wajib bagi muslim dan muslimah untuk menjaga pandangan dan ini semua asalnya bukan budaya Arab, namun dari perintah Allah yang sumbernya dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih.

Tentu dengan hal – hal tersebut diatas bukanlah orang yang mengamalkan syariat Islam itu anti / benci dengan kebudayaan lokal, bukan juga ingin merubah agar Indonesia ini berbudaya seperti Arab. Karena pada hakikatnya selama budaya lokal itu tidak menyelisihi syariat Islam, maka kita boleh-boleh saja mengikutinya, namun ketika budaya itu bertentangan, berseberangan dan melanggar syariat Islam, maka kita wajib menjauhinya.

Bukankah ketika di negeri kita ini jika kebudayaannya itu adalah budaya Islam yaitu kebiasaan yang selalu dibangun diatas dasar-dasar keIslaman dan selalu menjadikan tolok ukur kabikan itu adalah Islam akan lebih membuat kita lebih maju? Coba lihat kemajuan umat-umat Islam yang terdahulu itu karena mereka mengakkan tauhid, mereka mengamalkan syariat Islam? Maka jika kita ingin maju, negeri Indonesia beserta budaya-budaya yang ada di dalamnya ingin mengalami kemajuan, hendaknya mulai saat ini juga, mulai dari masyarakatnya, mulai dari diri sendiri, kita rubah kebiasaan hidup kita dengan kebiasaan hidup yang selalu menjadikan Agama Islam, Syariat Islam sebagai tuntunan utama, sebagai acuan utama dalam beramal, dalam menentukan baik dan buruk, dalam memutuskan sebuah perkara dan dalam seluruh perkara yang berkaitan dengan seluruh hajat hidup kita. Karena hanya dengan Islam kita akan maju, dan kemajuan di akhir zaman adalah milik Islam, bukan yang lainnya.

Maka betapa heran kita lihat saat ini, jika seorang muslim lebih bangga dengan budaya barat yang ternyata budayanya kebanyakan merusak, dan justru ia anti / tidak suka / tidak ridho terhadap budaya dan kebiasan Islam di amalkan ? Jika ada orang berpenampilan ala korea atau ala barat maka tidak ada satupun lisan yang menasehatinya dan bahkan mungkin banyak pujian terhadapnya padahal penampilannya meniru orang kafir, atau penampilannya melanggar syariat seperti membuka aurat atau sejenisnya. Lalu ketika ada seorang yang mengamalkan Islam memelihat jenggot, muslimahnya memakai cadar, maka langsung keluar ejekan, olok-olokan, yang sama sekali ini tidak layak jika yang mengucapkannya adalah seorang muslim. Maka terbalik sudah perkaranya.

Mudah-mudahan Allah selalu perbaiki Amalan kita, Allah selalu beri kekuatan kita untuk selalu berada dalam jalan yang lurus, menjalankan syariat-Nya tanpa pamrih dunia dan menjauhi segala apa yang terlarang bagi muslim walaupun hal tersebut panas, penuh onak dan duri. Mudah-mudahan kesabaran selalu bersama kita untuk tetap sabar dalam menjalankan syariat Islam, menahan perihnya cobaan, dan sabar untuk menjauhi segala yang haram walaupun terlihat indah dipandang mata. Wallahu a’lam.


0 komentar: