Pakai Baju Muslim? Siapa Takut! (Toleran dan Adil Sesama Muslim)
Pria
memakai gamis, disebagian tempat di negeri kita ini masih terlihat aneh, dan
dilihatin dengan ekspresi aneh juga. Bahkan di sebagian tempat ada julukan
tersendiri bagi pria yang suka pakai gamis, entah julukannya itu hanya dalam
bentul pencirian, atau julukan yang sifatnya mengejek atau merendahkan.
Namun
kenyataan sebaliknya, ketika ada seorang pria yang pakaiannya, penampilannya
gak karu-karuan pakai celana robek, pakai celana pendek jauh diatas lutut, atau
bahkan pakai pakaian dengan lambang-lambangnya orang kafir, maka jarang
komentar yang keluar. Jangankan menasehati, mungkin malah banyak dari kita yang
cuek dan menganggapnya sebagai sebuah hal yang dimaklumi karena sudah terbiasa
ada di lingkungan kita.
Terkadang
alasan-alasan seperti ini yang membuat kita enggan mengenakan pakaian yang
terlihatnya sedikit berbeda dengan kebanyakan orang, seperti baju gamis pakistan, atau sejenisnya. Akhirnyapun sering kita dapati para ikhwan, para
pria yang ketika sholat kurang perhatian terhadap pakaian, seperti baju yang
terlalu pendek sehingga ketika tuku’ atau sujud tersingkap auratnya, atau pakai
baju terlalu ketat, bahkan pakai baju dngan logo-logo non muslim yang menempel
di berbagai macam pakaian bola dan ini terjadai kita lihat di masjid-masjid
kaum muslimin.
Walaupun
sebenarnya tidak ada kewajiban bagi seorang pria untuk memakai baju muslim
dengan model-model gamis ini, namun hendaknya anggapan-anggapan negatif
terhadap pria yang ingin berpenampilan dengan gaya seorang muslim di cabut /
dihilangkan. Jika anda yang membaca artikel ini adalah salah satu orang yang
mungkin masih memiliki persepsi buruk terhadap seorang muslim yang
berpenampilan mamakai gamis, maka hendaknya saat ini juga mari kita hilangkan
persepsi itu.
Logikanya,
masak ketika kita melihat seorang muslim berpenampilan aneh atau berdandan ala
orang non muslim kita dapat mentoleransinya, sedangkan ketika kita melihat
saudara muslim kita berpenampilan Islami kita cela mereka? Tentu ini perbuatan
yang tidak adil.
Seperti
juga yang saat ini terjadi pada saudara kita Teuku Wisnu. Ketika ia
berpemahaman dengan salah satu pemahamannya ulama yaitu tidak sampainya pahala
bacaan al-Fatihan kepada mayyit, lalu kemudian kita celana karena kita berbeda
pendapat dengannya dengan celaan celaan yang sangat kasar dan tidak beradab.
Padahal permasalahannya juga masih masalah ijtihadiyah dalam hal furu yang
mungkin saja kita bisa benar ataupun bisa salah.
Namun
ketika kita melihat di acara televisi yang isinya JELAS MAKSIAT yang mempertontonkan
aurat, bahkan ada juga acara yang mengajarkan secara tidak langsung perbuatan
syirik, maka kita DIAM, tiada komentar tiada NASEHAT. Atau seperti kita jumpai
juga komentar-komentar calon atheis, orang-orang liberal yang ingin menentang
Syariat Islam dengan akalnya, maka kita terdiam seribu bahasa tanpa ada upaya
penyangkalan. Ini tentu sangat tidak adil.
Begitu
juga terhadap orang-orang muslim, pria muslim yang ingin berpenampilan Islami
dengan mengenakan gamis, mana mungkin tanpa kita tahu orangnya, tahu akidahnya,
lalu serta merta kita cap jelek atau aliran sesat orang tersebut. Padahal
ketika kita melihat orang yang berpenampilan kacau saja kita toleran
terhadapnya.
Sungguh
keadilan itu harganya sudah cukup mahal untuk hari-hari ini. Betapa susah kita
untuk bisa toleran dengan sesama muslim, dalam keadaan kita teriak-teriak agar
ingin terjadinya toleransi diantara penganut berbagai agama.
Maka
mari kita kita biasakan berbusana muslim dalam keseharian kita, entah dengan
memakai gamis ataupun memakai baju koko dan sarung. Yang jelas mari kita
tinggalkan kebiasan pakaian yang buruk mulai dari diri kita dan keluarga dan
mudah-mudahan juga msayarakat di sekitar kita.
Fanspage
kami RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun
FB RUMAH BELANJA WHYLUTH
0 komentar: