Fokus Usaha Halal, Akhlak Pengusaha Muslim
Diantara
akhlak yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha muslim adalah bahwasannya
seorang muslim hanya berusaha dan berbisnis di bidang-bidang usaha yang halal –
halal saja. Tidak akan seorang pengusaha muslim memaksakan diri menerjang
syariat Allah hanya demi mengejar materi dunia. Dan akhlak pengusaha muslim
inilah yang membedakan antara pengusaha muslim atau pebisnis muslim dengan yang
lainnya.
Dalam melaksanakan
kegiatan bisnis atau usaha dalam kesehariannya seorang pengusaha muslim
hendaknya selalu memperhatikan Firman Allah subahanahu
wa ta’ala beriukut, artinya,
“Dan (Allah) menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, dan membuang dari
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang
yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (al-qur’an), mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (AQ. Al-A’raf : 157)
Setiap
muslim hendaknya memperhatikan apa – apa yang terdapat dalam rujukan hidupnya
yaitu al-Qur’an. Maka firman Allah diatas sudah cukup untuk seorang muslim
berfokus dalam segala hal khususnya dalam masalah usaha membatasi diri dari
hal-hal yang halal saja, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang haram yang dapat
mengundang kemurkaan Allah subahanahu wa
ta’ala.
Dengan
kita hanya mencari rizki di jalan yang di halalkan Allah saja, maka harta ini
aman di tangan seorang muslim, dan tidak akan malah justru berubah menjadi alat
perusak mental dan akhlak seorang pengusaha muslim. Dan akhirnya harta yang
dimiliki dengan jalan yang halal tersebut dapat berfungsi sebagaimana yang
dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta’ala
dan mengundang kebaikan, berkah, dan kebahagiaan.
Tidakkah
kita melihat dari orang-orang yang mencari harta dari jalan-jalan yang
diharamkan Allah bahwasannya harta tersebut malah menjadi perusak bagi mereka.
Rusak akhlak mereka, rusak akidah mereka, rusak mental, dan rusaklah hatinya.
Dan tidak jarang dari kalangan orang-orang yang mengambil harta dari jalan yang
haram mendapat adzab yang disegerakan olehh Allah didunia.
Ketika
harta itu didapat dari usaha – usaha yang diharamkan Allah, entah dari menjual
barang-barang haram seperti minuman keras, obat-obat terlarang, narkotika,
rokok, alat-alat music atau didapat dengan cara korupsi, menipu, sogok, MLM,
mengambil harta dengan tidak hak dan lain sebagainya, maka harta ini tidak akan
menentramkan pemiliknya, tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan justru
berpotensi merusak jiwa dan raga seorang muslim.
Sebagai
nasihat, ingtalah Firman Allah subhanahu
wa ta’ala berikut, artinya,
“Katakanlah, ‘Tidaklah sama yang buruk dengan
yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah
kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan’.”
(QS. Al Maidah : 100)
Ungkapan
‘yang buruk’ bisa berlaku bagi ucapan, ketetapan, dan perbuatan, atau sikap
penolakan yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka
hendaklah seorang muslim dalam usahanya mencari rizki harta di dunia adalah
bertujuan akhirat. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang terlalaikan dari akhirat hingga menjadi orang yang “Cinta
Dunia” secara berlebihan. Akhirnya muncul dari sebgian orang yang
terlalikan ini ungkapan “Waktu Adalah
Uang”. Setiap waktu dalam hidupnya diukur dengan uang. Apapun yang
dikerjakan dalam hidupnya adalah bernilai finansial yang harus dipertimbangkan
untung dan ruginya (didunia), dan ia mengabaikan akhirat.
Semua
waktunya habis sudah untuk berusaha mencari segala macam pernak-pernik dunia dengan
segala perhiasannya yang Nampak hijau dan mearik hati. Hingga hatipun lupa dan
lalai dari berdzikir dan mengingat Allah.
Maka
cukuplah ancaman yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an ini hendaknya cukup untuk
membuat kita ingat, dan bertaubat kepada Allah jalla jallaluhu, artinya,
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan
bersenang-senang serta dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka
akan mengetahui (akibat dari perbuatan mereka itu).” (QS. Al-Hijr: 3)
Dan
Nasihat terakhir yang perlu kita renungkan dan amalkan adalah hendaknya kita
selalu bertaqwa kepada Allah, dengan menjalankan perintah dan menjauhi apa –
apa saja yang dilarang dan di haramkan Allah subahanahu wa ta’ala. Allahlah satu-satunya yang memberikan rizki kepada makhluk-Nya. Allahlah ar Rozzaq, maka jangan pernah mencari harta, berusaha, berbisnis dari hal-hal yang di haramkan Allah subahanahu wa ta'ala. Wallahu
a’lam.
Disarikan
dengan penambahan dari buku Fikih Ekonomi
Islam.
Mari
like fanpage kami di RUMAH BELANJA MUSLIM
Akun
FB kami di RUMAH BELANJA WHYLUTH
Artikel
: www.RumahBelanjaMuslim.Blogspot.com
0 komentar: