Kisah Imam Bukhori Mendatangi Seorang Perowi

Ketika itu Imam Bukhori rahimahullah melakukan perjalanan selama kurang lebih 3 bulan perjalanan untuk mendatangi seorang perowi hadits untuk mendengar hadits darinya. Ketika sampai kepada perowi tersebut, Imam Bukhori melihat perowi tadi sedang mengejar2 ayam untuk ditangkap. Beliau lihat perowi tersebut memegang / menggenggam jagung (atau sejenisnya) untuk mengundang ayam tersebut agar datang kepada perowi untuk ditangkap. Setelah perowi tadi mengiming-imingi ayam menggunakan jagung yang ada ditangannya akhirnya mendekat padanya kemudia ditangkaplah ayam tersebut.

Melihat kejadian ini, Imam Bukhori yang tadinya meu mengambil / mendengar hadits dari perowi diatas akhirnya pulang kembali dan tidak jadi mengambil hadits dari perowi tadi dikarenakan perowi tersebut melakukan perbuatan membohongi hewan.

Kisah ini dikutip secara makna dari kajian Syarah Syamail Muhammadiyah yang di sampaikan oleh Ustadz Muhammad Barmim hafidzohullah.

Faidah kisah (penulis)

ü  Betapa sangat perhatian para ulama dalam mengambil ilmu, sampai karena alasan yang mungkin menurut kita adalah hal yang kecil yaitu seseorang berbohong kepada binatang saja beliau tidak mau mengambil / mendengar hadits darinya. Kalau kita bandingkan dengan kita saat ini, betapa mudah kita mengambil ilmu agama dari siapa saja bahkan tanpa hujjah yang jelas, tanpa landasan ilmu yg kuat. Terkadang asal orang bisa berbicara di depan umum, maka langsung ramai diundang mengisi kajian-kajian Islam yang membahas tentang Agama. Semakin menarik seorang dai dalam berbicara, apalagi pandai membuat orang tertawa, maka semakin banyak digandrungi, bahkan mungkin bisa pasang tarif yang tinggi. Lahaula wala quwwata illa billah.

Padahal jika kita mau berobat ke dokter tentu kita gak mau berobat ke dokter gadungan yang ngakunya dokter tapi gak pernah belajar ilmu kedokteran. Ketika ada seseorang yang luka patah tulang, kemudian ada ustadz lewat dan menawarkan diri untuk membedah lukanya maka tentu orang tersebut tidak akan mau mau.

Lalu bagaimana kalau urusannya adalah urusan agama. Apakah kita rela korbankan akhirat kita dengan mengambil ilmu agama, dengan belajar agama dari orang-orang yang tidak jelas Ilmunya, entah belajar otodidak, ataupun orang yang hanya asbun (asal bunyi) karena memang pandai berceloteh. Jika dalam masalah dunia saja kita khawatir terhadap keselamatan kita, maka seharusnya kita lebih khawatir terhadap keadaan akhirat kita dengan memperhatikan siapa dan darimana kita mengambil agama. Karena "Sesungguhnya agama ini adalah ilmu, maka perhatikanlah darimana kalian mengambil agama kalian.”

ü  Dari kisah ini juga kita dapat mengambil sebuah pejaran pentingnya adab dan akhlak dalam Islam. Imam Bukhori sampai tidak mau mengambil hadits dari seorang perowi karena akhlak yang kurang baik terhadap hewan. Dan hal ini maklum di dalam Ilmu mustholhul hadits menjadi pertimbangan penting dalam penentuan status hadits apakah diterima atau tidak. Wallahu a’lam.

AMW


0 komentar: