Mendidikan Anak Dengan Ketegasan

mendidik anak dengan ketegasan
Masa kanak-kanak merupakan masa-masa belajar, dimana pada masa ini tentunya anak akan lebih sering melakukan kesalahan dikarena ia masih belajar. Berbagai macam kesalahan yang diperbuatnya kemungkinan karena ketidaktahuan sang anak, ataupun lupa, atau kealpaan perhatian orang tua sehingga anakpun “caper” dengan melakukan perbuatan yang berbahaya atau salah. 

Memang benar bahwasannya mendidik anak itu hendaknya dengan kasih sayang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah mencotohkan cara mendidik anak dengan kasih sayang melalui sabdanya dan perilakunya terhadap cucu-cucu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka mendidik anak dengan kasih sayang ini bukan berarti meniadakan tindakan tegas pada anak. Ketika seorang anak dalam masa belajarnya melakukan kesalahan, hendaknya setiap orang tua dapat mengerti dan memahami apakah sebab si anak melakukan kesalahan. Apakah sebab si anak tidak tahu bahwasannya yang ia lakukan itu salah, atau kurangnya perhatian orang tua, atau sebab lingkungan, atau sebab tauladan yang buruk dari dari orang tua ataukah sebab-sebab yang lainnya. Dengan memahami sebab ini maka orang tua dapat lebih bersikap adil kepada anaknya dalam mengambil tindakan tegas terhadapnya.

Namun yang harus difahami juga bukanlah ketegasan itu adalah sebuah kekerasan, seperti membentaknya, memarahi anak didepan umum, atau memukulnya. Karena tegas itu berbeda dengan keras. Setiap ketegasan belum tentu kekerasan, dan setiap kekerasan bukan berarti itu adalah ketegasan.

Sesungguhnya yang disebut dengan ketegasan dalam mendidik anak ini adalah sikap konsistensi terhadap perintah dan larangan. Artinya ketika orang tua memerintah sesuatu dan melarang terhadap sesuatu hendaknya ia konsisten di dalamnya. Jangan ketika memerintah dan melarang saat ini di perintah atau dilarang, dikarenakan rengekan anak maka berubah sikap.

Mari kita ambil contoh, misalkan seorang anak ingin bermain game disebuah tempat dimana ditempat tersebut banyak terdapat pelanggaran syariat, diantaranya diputar musik, wanita membuka aurat, ikhtilat, orang-orang melalaikan sholat, dan lain sebagainya. Ketika sang anak meminta maka niscaya orang tua tidak memberi izin untuk main game di tempat tersebut, namun kemudian anak tersebut merengek-rengek meminta dengan belas kasihan agar diberi izin untuk main ditempat tersebut, akhirnya karena kasihan sang orang tuapun memberikan izin padanya.

Inilah contoh dari tindakan tidak tegas dari orang tua, yaitu tidak konsisten terhadap larangan. Sehingga ketika sang anak menangkap sikap ini, dan menyimpulkan dalam dirinya bahwasannya rengekan dapat meluluhkan orang tua. Akhirnya pada kemudian harinya merengek ini kembali dijadikan senjata ampuh untuk melanggar aturan orang tuanya.

Namun ketika suatu perintah dari orang tua atau larangan orang tua itu dianggap tidak mengandung larangan syariat, maka sesekalipun boleh memenuhi permintaan anak, namun dengan penjelasan terlebih dahulu dan dengan melihat latar belakang anak menginginkannya, apakah karena manja saja, ataukah memang karena benar-benar membutuhkan apa yang ia inginkan tersebut.

Maka ketegasan dalam bertindak itu sangat diperlukan dalam mendidik anak. Hal ini agar si anak menjadi tahu bahwasannya ketika sesuatu itu tidak boleh dikerjakan ia tidak akan mengerjakannya karena tahu tidak ada kelonggaran di dalamnya jika dalam perkaranya terdapat pelanggaran syariat Islam.

Hal yang sama pun berlaku ketika sang anak melakukan kesalahan. Ketegasan disini adalah dalam rangka menasihati sang anak. Dan mesti disesuaikanpula dengan sebab-sebab apa yang membuat anak ini melakukan kesalahan.

Karena bisa jadi sebab anak melakukan kesalahan ini adalah karena teladan yang buruk dari orang tuanya sendiri, maka ketegasan itu berlaku pada diri orang tua agar dapat memperbaiki kesalahannya terlebih dahulu dan menjelaskan kepada anak bahwasannya apa yang ia contoh dari orang tua itu adalah kesalahan yang harus diperbaiki.

Maka merupakan cara mendidik anak yang baik adalah sikap kasih sayang dan tegas yang pada porsinya. Dalam mendidik anak haruslah diiringi dengan kasih sayang dan terkadangpun harus tegas tanpa kekerasan.

Sikap tegas dalam mendidik anak ini telah dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saat cucu beliau memakan kurma sedekah. Hal ini sebagaimana hadist yang di ceritakan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,

Al Hasan bin Ali radhiallahu anhu mengambil sebutit kurma sedekah lalu memasukkannya kemulutnya. Melihat hal itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepadanya, ‘kikh, kikh!’ supaya al Hasan memuntahkannya. Kemudian, beliau bersabda, ‘tidakkah engkau tahu bahwa kita (ahli bait Nabi) tidak boleh memakan harta sedekah?” (HR. Bukhori, dan Muslim)

Begitu juga teladan sikap tegas yang dapat kita ambil dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika anak tirinya melakukan kesalahan kemudia beliu nasihati dengan kalimat yang bijaksana,

“Dari sahabat Umar bin Abi Salamah radhiallahu ‘anhu, ia mengisahkan: Dahulu ketika aku masih kecil dan menjadi anak tiri Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, dan (bila sedang makan) tanganku (aku) julurkan ke segala sisi piring, maka Rasulullahshallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Hai nak, bacalah bismillah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari sisi yang terdekat darimu.’ Maka semenjak itu, itulah etikaku ketika aku makan.” (Muttafaqun ‘alaih)

Disinilah ketgasan orang tua diperlukan dalam mendidik anak. Ketegasan ini dipelukan ketika memerintah, melarang, dan juga ketika melihat anak-anak kita melakukan kesalahan. Ketika memerintah hendaknya orang tua kosisten dalam memerintah, melarang dan menasihati anak ketika melakukan kesalahan. Seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai perintah sholat dari usia tujuh tahun, dan di usia sepuluh tahun boleh dipukul (tanpa kekerasan) ketika tidak mau sholat.

Dari contoh yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini juga dapat kita tarik kesimpulan bahwasannya mendidik anak itu terdapat dua hal, yaitu memerintah pada kebaikan dan melarang dari keburukan. Maka cara mendidik anak yang baik adalah dengan selalu memerintahkan berbuat baik kepada anak, dan melarang dari perbuatan buruk. Jangan sekali-kali membiarkan akan melakukan perbuatan buruk yang melanggar syariat dengan alasan tidak mau mengatakan “tidak boleh” karena alasan kasihan, atau yang lainnya. Wallahu a’lam.

Akun Facebook Rumah Belanja Whyluth 


0 komentar: